Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mendiskusikan strategi komunikasi krisis bagi industri pariwisata di masa pandemi dalam forum ASEAN Sustainable Tourism Solutions Expo (ASTSE) 2020.
ASTSE merupakan platform regional yang mendorong solusi pariwisata berkelanjutan, teknologi efisiensi sumber daya, diskusi tentang ketahanan krisis dan praktik terbaik negara-negara ASEAN. Tahun ini, ASTSE diselenggarakan secara virtual oleh pemerintah Laos.
Hal ini dilakukan agar publik menerima informasi yang akurat dan aktual dengan lebih cepat.
Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf, Agustini Rahayu, menyampaikan bahwa dalam menangani komunikasi krisis, Kemenparekraf memaksimalkan berbagai platform digital untuk menyebarkan informasi penanganan dampak pandemi COVID-19 di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Selain itu, Kemenparekraf juga bekerjasama dengan stakeholders terkait, seperti instansi pemerintah dan swasta, serta komunitas pariwisata dan ekonomi kreatif agar dapat menjangkau khalayak yang lebih luas dalam menyebarkan informasi mengenai program dan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.
"Hal ini dilakukan agar publik menerima informasi yang akurat dan aktual dengan lebih cepat. Karena yang terpenting dalam menangani sebuah krisis adalah menjaga komunikasi yang baik dan menumbuhkan solidaritas antarpelaku terdampak," kata Agustini Rahayu.
Ia menambahkan bahwa pada masa pandemi ini, Kemenparekraf menemukan kekuatan baru dalam komunikasi krisis. Diantaranya pesan resiliensi pelaku parekraf atas pandemi yang melanda dan optimisme mereka bahwa dengan toleransi dan gotong royong, sektor parekraf akan mampu melalui krisis ini dan siap untuk bangkit lebih kuat.
Pesan inilah yang perlu digaungkan oleh seluruh negara anggota ASEAN untuk semakin menumbuhkan kepercayaan wisatawan, baik dalam maupun luar negeri, tentang kekuatan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif ASEAN.
“Selain itu, ketika situasi krisis ini mulai kembali pulih, platform digital tersebut dimanfaatkan untuk memberikan informasi terkait promosi di destinasi wisata yang ada di Malaysia, seperti membuat paket-paket liburan yang menarik wisatawan untuk berlibur di suatu destinasi,” ujar Iskandar Mirza.
Sementara itu, General Director Clickable Impact Consulting Group, Jason Lusk, mengatakan terdapat empat cara dalam menangani komunikasi krisis. Pertama, always be listening.
"Dalam hal ini kita harus tahu bagaimana membangun alarm system, salah satunya dengan cara memantau jumlah mention di media sosial terkait perusahaan atau instansi kita," kata Jason.
Kedua, perencanaan untuk menghadapi krisis, seperti membuat protokol penanganan krisis, walaupun krisis yang dimaksud belum terjadi. Ketiga, mengimplementasikan protokol penanganan krisis yang sudah dibuat ketika krisis datang. Terakhir, melakukan evaluasi terhadap perencanaan dan implementasi yang telah dilakukan.
“Krisis memang terjadi secara tiba-tiba, oleh karenanya sangat penting bagi setiap industri, khususnya pariwisata, untuk memiliki perencanaan krisis yang matang, sehingga ketika krisis itu datang, pelaku industri pariwisata sudah siap untuk menghadapinya,” kata Jason. []
Baca juga:
- Kemenparekraf Gelar Pelatihan Penulisan Skenario di Medan
- Kemenparekraf Apresiasi Konser Colorful Ambon City of Music
- Kemenparekraf Dukung Prambanan Jazz Virtual Festival 2020