Kemenko Marves Tinjau Pelabuhan Tahuna, Tol Laut dengan Penurunan Disparitas Harga Tertinggi

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Daerah Gregorius Londo, Bersama dengan Kemenhub, PT Pelni, para pengusaha di Kabupaten Sangihe.
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. (Foto: Tagar/Kemenko Marves)

Jakarta - Kemenko Marves yang diwakili oleh Asisten Deputi Infrastruktur Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Asdep IPW Kemenko Marves) Djoko Hartoyo melakukan monitoring dan evaluasi Tol Laut Tahuna yang terletak di Sangihe, pada hari Selasa (01-02-2022). 

Pada hari yang sama, Asdep Djoko juga mengunjungi PT Nukla Mitra Indo Indah dan melakukan diskusi bersama Bupati Sangihe Jabes Ezar Gaghana, Sekretaris Daerah Melanchton Harry Wolff, dan Asisten bidang Perekonomian dan Pembangunan yang juga sebagai Plt. 

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Daerah Gregorius Londo, Bersama dengan Kemenhub, PT Pelni, para pengusaha di Kabupaten Sangihe.

Tol Laut trayek Surabaya (Pelabuhan Tanjung Perak)-Makassar (Pelabuhan Soekarno Hatta)-Sangihe (Pelabuhan Tahuna) berfungsi untuk mengangkut logistik barang kebutuhan pokok dan barang penting lainnya. Pelabuhan Tahuna memiliki panjang dermaga 325 meter dan draft maksimal -17 meter.


Kami ingin ada pemerataan ekonomi dan semoga Tol Laut mampu membantu Saudara kita yang di wilayah 3TP dan wilayah timur mampu menguasai perdagangan Asia Pasifik.


Perlu diketahui pada pada tahun 2021 Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Sangihe menerima penghargaan dari Kementerian Perdagangan melalui ajang Gerai Maritim Award 2021 terkait dengan penurunan disparitas harga tertinggi khusus bahan pokok dengan peringkat ke-II secara nasional. 

Selain itu, Sangihe dinilai sebagai operator terbaik dan muatan kontainer terbanyak se-Indonesia oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) dan pemenang muatan balik terbanyak dari Kementerian Perhubungan dalam Rapat Koordinasi Tol Laut bertema .

“Dukungan Penyelenggaraan Tol Laut Dalam Mewujudkan Konektivitas Logistik untuk Pacu Ekonomi Menuju Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh," ucapnya.

Tol Laut merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk menekan disparitas harga dan memperbaiki kondisi perekonomian di daerah 3TP (Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Perbatasan).

Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 70 Tahun 2017 yang diperbarui dengan Perpres Nomor 27 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik untuk Angkutan Barang dari dan ke Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, dan Perbatasan (3TP).

"Melalui program ini, kami ingin ada pemerataan ekonomi dan semoga Tol Laut mampu membantu Saudara kita yang di wilayah 3TP dan wilayah timur mampu menguasai perdagangan Asia Pasifik," sebut Asdep Djoko di sela-sela kunjungan. 

Lebih lanjut, ia juga mengutarakan harapannya agar pada masa mendatang, masyarakat yang saat ini sudah menikmati program Tol Laut mampu memahami teknis sistem yang ada dan dapat mengaplikasikannya dengan maupun tanpa program tersebut.

Sepakat dengan Asdep Djoko, Kepala Subdirektorat (Kasubdit) Angkutan Laut Khusus dan Usaha Jasa Terkait Bharto Ari Raharjo berharap Tol Laut mampu memberi dampak bagi perekonomian sekitar, sama seperti tol laut pada umumnya yang menghidupkan aktivitas masyarakat setempat. 

"Kita pakai konsep ship promote the trade dan semua pihak, terutama pemerintah daerah, memiliki peran penting," ucapnya.

"Dengan adanya Tol Laut, kami semakin menyadari bahwa aksesibilitas itu penting. Kini kami punya Tol Laut, penerbangan 3 kali per minggu, dan operasionalisasi kapal ferry membuat perekonomian di Sangihe ini mulai bergerak," kata Bupati Jabes. 

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kepulauan Sangihe Vera Masora menuturkan bahwa Tol Laut sudah membawa dampak besar bagi perekonomian masyarakat. "Kalau ada yang bilang Tol Laut nggak ada gunanya, saya berani tantang," katanya. 

Lebih lanjut, ia menginformasikan bahwa harga bahan pokok di Sangihe dan di Manado pun berbeda, jauh lebih murah di Sangihe. Sebut saja minyak goreng. "Di Sangihe harganya hanya belasan ribu, tapi kalau di Manado bisa sampai Rp22.000," ucapnya.

Dari total 106 pelabuhan singgah trayek Tol Laut di Indonesia, selain di Morotai juga ada Pelabuhan Tahuna yang memiliki jumlah muatan datang dan muatan balik yang terus meningkat dan diharapkan akan seimbang.

Pada situasi normal, Pelabuhan Tahuna biasanya menerima 94-120 buah kontainer berisi bahan pokok dan mengirim muatan balik sebanyak 60-70 buah kontainer yang didominasi oleh hasil bumi, seperti kopra, kayu kelapa, arang tempurung, pala, cengkih, dan juga ikan. 

Kapal Tol Laut yang digunakan di Sangihe adalah 3 buah kapal Sabuk Nusantara dan satu kapal Lognus 6, namun akan segera digantikan dengan Lognus 4.

Sayangnya, fasilitas pelabuhan, seperti crane darat; alat bongkar muat forklift, dan tronton yang masih kurang, kebutuhan asuransi barang; keamanan barang, serta pengenaan pajak juga biaya lain yang yang masih dapat ditekan. 

Hal ini pun perlu didukung oleh pemerintah karena peforma yang optimal dan aktivitas tinggi harus diimbangi dengan fasilitas yang memadai. 

"Namun, kita butuh data untuk segala permasalahan tersebut," ucap Asdep Djoko dalam kesempatan yang sama.

Selain meninjau Tol Laut di Pelabuhan Tahuna, Asdep Djoko beserta jajaran juga mengunjungi sebuah pabrik yang menggunakan Tol Laut dan merupakan pabrik pengolahan terbesar di Sangihe, yaitu PT Nukla Mitra Indo Indah. 

Pabrik ini berdiri pada tahun 2021 dan telah memproduksi segala olahan kelapa, mulai dari coco peat dan coco fiber hingga ratusan ton per bulan. Dengan potensi tersebut, PT Nukla menargetkan mampu menyumbang 40 kontainer per bulan untuk program Tol Laut di Pelabuhan Tahuna.

Untuk peralatan dan fasilitas yang digunakan di sana sudah sesuai standar ekspor. "Kami bukan hanya kirim produk lewat Tol Laut saja karena hanya datang satu kali per bulan, tetapi kami juga ekspor ke Cina dan India dengan menyewa kapal ferry ke Bitung," kata Plan Manager PT Nukla Jefry. 

Namun, karena hal tersebut, ia mengaku biaya ekspedisi masih jadi kendala untuk ekspor sehingga diperlukan efisiensi harga dan riset alternatif lain. Selain itu, ada juga kendala akses menuju pabrik akibat adanya potensi longsor dan abrasi, serta kondisi cuaca yang tidak dapat diprediksi.

"Melalui kunjungan ini, saya melihat Sangihe punya sumber daya alam yang melimpah. Yang penting harus mengedepankan sinergi, kolaborasi, dan integrasi," ujar Asdep Djoko. 

Terkait Tol Laut, masih ada kemungkinan penambahan volume karena Kapal tol laut dapat mengangkut 350 TEUs dan masih banyak hasil bumi yang dapat diolah. 

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa Sangihe juga memiliki potensi pariwisata, terlebih di sini banyak pantai yang exotic, terumbu karang yang masih bagus serta obyek kapal tenggelam yang bisa dikembangkan menjadi spot diving

Terkait masih banyaknya blank spot di Sangihe, Asdep Djoko juga memberikan arahan agar Pemda setempat mengirimkan surat permohonan dukungan kepada pemerintah pusat. []

Berita terkait
Menko Marves Tinjau Kesiapan Infrastruktur Venue G20 di Bali
Dalam rangka menyambut acara Presidensi G20 Indonesia Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan meninjau sejumlah titik di Pulau Bali sebagai lokasinya.
Bahas Perubahan Iklim dan Lingkungan, Kemenko Marves Adakan Pertemuan dengan Singapore
Nani Hendiarti mengadakan Working Level Meeting dengan Singapura terkait penjajakan kerja sama bidang perubahan iklim dan lingkungan.
Kemenko Marves: Keberadaan KJA di Danau Toba Perlu Diatur
Keseimbangan ekosistem dan kualitas air Danau Toba menjadi prioritas.
0
Investasi Sosial di Aceh Besar, Kemensos Bentuk Kampung Siaga Bencana
Lahirnya Kampung Siaga Bencana (KSB) merupakan fondasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Seperti yang selalu disampaikan Mensos.