Kemen PPPA: Peringatan Hari Ibu Ke-92 Tahun 2020

Peringatan Hari Ibu di Indonesia tidaklah sama dengan Mothers day yang ada di luar negeri.
Titi Eko Rahayu selaku Wakil Ketua Umum Panitia Nasional PHI ke-92. (Foto: Tagar/RizkaDesriYusfita)

Jakarta – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) mengatakan bahwa Peringatan Hari Ibu (PHI) Ke-92 Tahun 2020 bertemakan “Perempuan Berdaya Indonesia Maju” ini merupakan suatu upaya untuk mengembalikan pemaknaan Hari Ibu di Indonesia yakni untuk mengapresiasi serta meneladani perjuangan kaum perempuan pada tahun 1938 di mana Kongres Perempoean Indonesia III diadakan di Bandung dan menjadi dasar penetapan Hari Ibu.

Titi Eko Rahayu selaku Wakil Ketua Umum Panitia Nasional PHI ke-92, PHI ke-92 mengatakan bahwa mengembalikan makna sesungguhnya dari PHI amatlah penting dan PHI merupakan saat yang tepat untuk mengenang semangat para perempuan luar biasa yang berjuang menetang penjajah terlebih dalam memperjuangkan nasib perempuan untuk mendapatkan kesetaraan dengan laki-laki dalam bidang pendidikan, kesehatan, serta kebebasan bersuara.

“Peringatan Hari Ibu tahun ini memaknai kembali semangat para perempuan untuk mengambil peran mengisi pembangunan dengan melakukan aksi solidaritas merespon pandemi Covid-19,” ucap Titi dalam Media Talk “Hari Ibu Bukan Mother’s Day” pada Jumat, 11 Desember 2020.

Dirinya pun katakan karena masih berada di dalam situasi pandemi untuk itu PHI ke-92 banyak diadakan secara daring.

“kalau untuk offline atau tatap muka itu sangat terbatas dan minimalis dengan memperhatikan protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah tentunya tanpa mengurangi makna, semangat, dan kekhidmatan acara” ucapnya.

Titi mengatakan PHI tahun ini diadakan secara berbeda mengingat adanya penyesuaian karena pandemi Covid-19.

“Kami melaksanakan kegiatan dan mengangkat tema dalam PHI Ke-92 menyesuaikan dengan situasi pandemi saat ini. Tema utama PHI yang akan kita usung sampai 2024 adalah Perempuan Berdaya, Indonesia Maju,” ujarnya.

Pada tahun ini disampaikan oleh memiliki 4 sub tema yakni:

  • Perjuangan Perempuan Masa Kemerdekaan: Perempuan Pejuang – “Perjuanganku Bagian Sejarah Perjuangan Bangsaku”,
  • Perjuangan Perempuan – Masa Kini: “Perempuan – Inspirasiku untuk Kemajuan Bangsaku”,
  • Perjuangan Perempuan di Era Tatanan Baru: “Perempuan -Penyemangat dan Garda Terdepan di Era New Normal”
  • Kemitraan Perempuan dan Laki-laki untuk 5 Prioritas Kemen PPPA: “Perempuan dan Laki-Laki – Bersama dan Berbagi untuk Negeri”.

Dirinya juga menyampaikan pada masa pandemi ini banyak perempuan yang berada di garda terdepan, “Terkait dengan kesehatan, 70% tenaga kesehatan adalah perempuan, bagaimana perempuan menjaga ekonomi keluarga dan juga tentunya ekonomi bangsa di masa Covid ini.” Ujarnya.

Dalam peringatan ini pun berikan ruang bagi wirausahawan perempuan yang memiliki produk orientasi pasar, pelestarian budaya dan perlindungan lingkungan alam yang mampu bangkit di masa pandemi ini serta berika ruang untuk para perempuan inspirator selama pandemi. Pelibatan seluruh pihak juga dilakukan serta kaum millennial dalam Peringatan Hari Ibu.

Sementara itu Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) Giwo Rubianto mengatakan PHI di Indonesia memiliki makna yang berbeda dengan mother’s day seperti di luar negeri karena merupakan upaya bangsa Indonesia dalam mengenang dan menghargai perjuangan perempuan Indonesia dalam merebut dan mengisi kemerdekaan sebagai kebangkitan bangsa.

“Karena mau melakukan Kongres perempuan pertama di Yogyakarta itu banyak hambatan, larangannya, dan hambatannya dari Pemerintahan zaman Belanda pada saat itu” ucapnya

Dirinya mengatakan dari seluruh penjuru Indonesia seperti Ambon, Sulawesi, Sumatera pada saat itu ingin pergi ke Yogyakarta dengan menggunakan kereta karena kereta merupakan transportasi satu-satunya namun mendapatkan larangan dari Belanda.

“Akhirnya apa yang dilakukan? Perempuan-perempuan founding mother tidur di bantalan kereta api, ada hujan, ada panas. Akhirnya belanda tidak bisa menjalankan keretanya dan akhirnya diizinkanlah para pejuang untuk mengikuti kongres perempuan Indonesia dengan menggunakan kereta api.” ujarnya.

Karena itu dirinya mengatakan pada PHI ke-92 anggota kongres wanita Indonesia yang anggotanya lebih dari 87 juta perempuan berharap peringatan PHI tahun ini dapat menjadi momentum yang dapat dijadikan semangat bukanlah hanya sekedar diperingati namun harus ada langkah yang nyata dalam hal untuk pemenuhan kualitas hidup, pemenuhan hak dan kemajuan perempuan Indonesia.

“Terutama di masa pandemi Covid di mana banyak perempuan yang menjadi garda terdepan, terpuruk, dan mengalami beban ganda” ucapnya.

Giwo pun mengajak para perempuan Indonesia untuk dapat menjadi Ibu bangsa yang dapat mengemban tanggung jawab mulia, inovatif, serta memiliki kepribadian bangsa nasionalisme, serta sehat dan jasmani.

“Mari berkolaborasi dan bersinergi mengemban amanat para founding mothers (ibu bangsa) untuk sebaik-baiknya menjadi ibu bangsa sejati. Jangan melupakan sejarah, kita harus menjalankan amanah para perempuan terdahulu yang memberikan pengorbanan luar biasa bukan hanya materi tapi juga jiwa dan raga,” tegasnya.

Sementara itu, Maman Suherman Pegiat Literasi pada kesempatan yang sama mengatakan perlu adanya upaya untuk meluruskan pemaknnan dari hari ibu yang sesungguhnya di Indonesia seperti halnya sosialisasi dan literasi digital khususnya terhadap millennial.

Kerja sama ini menurutnya perlu dilakukan oleh berbagai pihak seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Perpustakaan Nasional, Siber Kreasi, dan pihak lainnya, melaui penyelenggaraan lomba reading report.

“Sangat penting bagi generasi milenial agar membaca sejarah hari ibu untuk kemudian disebarluaskan ke media massa maupun media sosial. Digitalisasi data yang terarsip di Perpustakaan Nasional juga begitu penting untuk dilaksanakan sehingga anak muda dapat mudah mengakses informasi penting tersebut,” ucap Maman.

Maman pun sampaikan bahwa hari ibu semestinya menempatkan perempuan pada posisi yang lebih terhormat.

“Pentingnya menghilangkan perilaku objektif terhadap perempuan, mereka juga merupakan subjek pembuat keputusan dalam proses pembangunan bangsa, bukan properti dalam kehidupan. Saya tegaskan bahwa berbagai persoalan terkait perempuan bukan hanya menjadi masalah perempuan saja, tapi ini masalah kemanusiaan. Jadikan perempuan sebagai mitra yang setara dengan laki laki,” ucap Maman. []

Berita terkait
Kemen PPPA Beri Bantuan ke 9 Perempuan Pejuang Kemerdekaan
Kemen PPPA bekerja sama dengan KOWANI dan PT Kimia Farma berikan perhatian kepada perempuan pejuang kemerdekaan RI.
Hari AIDS Sedunia, Kemen PPPA: Jauhi Virusnya Bukan Orangnya
Kemen PPPA berharap masyarakat terus menyampaikan pengetahuan yang benar mengenai HIV/AIDS agar diskriminasi kepada ODHA dan ADHA dapat berkurang.
Kementerian PPPA Dukung Geliat Perempuan dalam UMKM
Kemen PPPA terus berusaha untuk membangun sinergi, khususnya dengan organisasi-organisasi yang membawahi para perempuan pengusaha
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.