Banyuwangi - Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi, mengatakan berdasarkan hasil pengamatan wilayah Kabupaten ujung timur Pulau Jawa dihampir seluruh wilayahnya telah memasuki musim kemarau.
“Tapi meski sudah memasuki musim kemarau, wilayah Banyuwangi masih dilanda hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Itu artinya Banyuwangi dilanda kemarau basah, akibat menghangatnya suhu permukaan laut,” ujar Prekirawan BMKG Banyuwangi, Yustoto Widiarto, Selasa, 21 Juli 2020.
Tinggi gelombang laut bisa sampai 2 hingga 4 meter. Tinggi gelombang ini akibat tekanan udara rendah di wilayah bumi belahan Selatan khatulistiwa.
Yustoto mengatakan hujan terjadi pada kemarau basah saat ini, didominasi hujan dengan intensitas ringan bersifat lokal. Yustoto mengatakan suhu muka laut hangat itu, mengakibatkan terjadinya penguapan dan membentuk awan hujan.
“Penyebab lainnya yaitu akibat aktivitas gelombang equartorila rossby yang fluktuatif. Sehingga berdampak terhadap suplai air ke awan pembentuk hujan,” kata Yustotok.
Yustoto mengatakan hujan terjadi pada kemarau basah saat ini, didominasi hujan dengan intensitas ringan bersifat lokal.
Baca juga:
- Markah Mirip MotoGp di Traffic Light Banyuwangi
- Erupsi Gunung Raung Banyuwangi Masih Skala Kecil
- Komitmen Bupati Banyuwangi Tak Kurangi ADD
Akibat kemarau basah ini, Yustotok mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai terjadinya tinggi gelombang laut.
“Terkadang juga terjadi hujan dengan intensitas sedang tapi itu jarang terjadi saat ini, karena hujan ringan itu saja sifatnya lokal. Seperti saat ini di Kota Banyuwangi hujan ringan, namun di wilayah Pelabuhan Ketapang terkadang tidak ada hujan sama sekali,” tutur Yustotok.
Akibat kemarau basah ini, Yustotok mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai terjadinya tinggi gelombang laut.
“Tinggi gelombang laut bisa sampai 2 hingga 4 meter. Tinggi gelombang ini akibat tekanan udara rendah di wilayah bumi belahan Selatan khatulistiwa,” ujar Yustotok.
Sementara itu, untuk menghadapi kemungkinan terjadinya kebakaran lahan dan hutan di wilayah Banyuwangi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat menggelar apel gabungan penanganan Karhutla di wilayah Banyuwangi.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi Eka Muharram mengatakan apel gabungan siaga kebakaran lahan dan hutan ini, sebagai bentuk kesiapsiagaan terkait kemungkinan terjadinya kebakaran lahan maupun hutan. Alasannya, Kabupaten Banyuwangi dikelilingi hutan yang cukup luas dan pajang.
“Banyuwangi ini hutanya cukup luas, seperti hutan di Taman Nasional Alas Purwo, Meru Betidir dan hutan di wilayah Gunung Ijen dan Gunung Merapi Ungup-Ungup. Sehingga ketika musim kemarau tiba perlu kesiapsiagaan kebakaran lahan dan hutan,” tutur Eka Muharram.
Belum lagi kata Eka, ditambah luas lahan hutan produksi milik perhutani juga cukup luas. Hutan produksi tersebut rata-rata ditanami kayu jati, yang setiap musim kemarau daunnya mengering dan rawan terbakar.
“Untuk itu kesiapsiagaan karhutlah ini sangat diperlukan agar tidak terjadi kebakaran yang luas,” ucap Eka.
Menurut Eka, terbakarnya hutan di wilayah Gunung Ijen tahun lalu yang cukup luas menjadi pelajaran yang sangat penting. Sehingga diupayakan untuk tahun ini tidak ada lagi kebakaran hutan cukup besar di wilayah Banyuwangi.
“Kebakaran hutan di wilayah Gunung Ijen tahun 2019 lalu cukup dahsyat. Sehingga agar tidak terulang lagi kita perlu kewaspadaan dengan cara terus mensosialisasikan bahanya membakar lahan pada musim kemarau," ucapnya.
Eka mengaku tahun kemarin hutan yang terbakar di wilayah Gunung Ijen mencapai 1000 hektar lebih, belum lagi ditambah dengan kebakaran hutan di wilayah lainnya.
"Sehingga kita harus benar- benar waspada pada musim kemarau tahun ini,” ucap Eka Muharram. []