Keluarga dan Sekolah Diharap untuk Bersinergi

Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbud, Jumeri, berharap keluarga dan sekolah bisa bersinergi.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Dasar dan Menengah (Dasmen) Kemendikbud Jumeri. (Foto: Tagar/Kemendikbud).

Jakarta – Tripusat pendidikan yang terdiri dari keluarga, sekolah, dan masyarakat, diharapkan dapat bersinergi. Harapan itu disampaikan oleh Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbud, Jumeri.

Jumeri menyampaikan harapannya itu dalam dengan tema “Sinergi Pembelajaran Kondisi Khusus”, yang digelar terkait penyesuaian Surat Keputusan Bersama (SKB) empat Menteri tentang Penduan Pembelajaran pada masa pandemi COVID-19, Sabtu, 15 Agustus 2020.

Menurut Jumeri, selama ini ada kemungkinan orang tua berkomunikasi dengan pihak sekolah hanya jika anak mereka bermasalah.

“Selama ini mungkin orang tua berhubungan dengan sekolah hanya sekadar mengantarkan anaknya, datang ke sekolah, atau mengambil rapot saat akhir semester atau membayar iuran,sekolahnya. Orang tua jarang sekali berkomunikasi dengan pihak sekolah untuk hal penting tentang putra-putrinya, mungkin sekolah juga hanya memanggil saat anak mereka bermasalah ini kondisinya,” tutur Jumeri dalam paparannya.

Jumeri juga menjelaskan bahwa pandemi covid telah membuat pihaknya mengambil langkah-langkah darurat atau skoci. Namun skoci yang dibuat untuk bisa dinaiki oleh anak-anakdalam pembelajaran itu tidak sepenuhnya membawa dampak yang baik kepada anak-anak.

Kegagalan dalam PJJ (pembelajaran jarak jauh), ketidak berhasilan dalam PJJ, kekurngan-kekurangan kita dalam PJJ bisa menyebabkan lost of learning, anak-anak kehilangan hasil belajar.

Kegagalan-kegagalan itu juga bisa berdampak pada kemiskinan hasil belajar, juga bisa menyebabkan kerdil pengetahuan kerdil skillnya, dan kerdil attitudenya.

Sekolah, kata dia, juga tidak bisa mengondisikan masyarakat, tidak bisa mengatur masyarakat, tidak bisa mengendalikan masyarakat, karena memang mereka adalah komunitas yang berbeda.

Untuk siswa, PJJ bisa berdampak negatif yang permanen atau jangka panjang. Stres karena tugas berat, timbul rasa cemas atau depresi, ada peluang putus sekolah karena sekolah dianggap tidak penting, resiko learning lost.

“Juga sering kali ada kejadian kekerasan peserta didik di rumah dan tidak terdeteksi oleh pihak sekolah.”

Dalam pemaparannya juga disebutkan bahwa ada potensi banyak orang tua yang tidak bisa melihat peranan sekolah dalam proses belajar mengajar apabila proses pembelajaran tidak dilakukan secara atap muka

Hasil studi juga menunjukkan bahwa pembelajaran di kelas menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik saat dibandingkan dengan PJJ.

“Perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh dapat mengakibatkan kesenjangan capaian belajar, terutama untuk anak dari sosio-ekonomi berbeda,” lanjut pernyataan dalam paparan tersebut.

Untuk mengantisipasi konsekuensi negatif dan isu dari pembelajaran jarak jauh, pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud, telah mengimplementasikan dua kebijakan baru.

Pertama, pelaksanaan pembelajaran tatap muka diperbolehkan untuk semua jenjang yang berada zona hijau dan zona kuning.

Kedua, sekolah diberi fleksibilitas untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa. Modul pembelajaran dan asesmen dibuat untuk mendukung pelaksanaan kurikulum darurat (dalam kondisi khusus).

Kemendikbud melakukan revisi Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri untuk digunakan sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran.

Dalam revisi SKB 4 Menteri tersebut disampaikan bahwa daerah yang berada di zona oranye dan merah, tetap dilarang melakukan pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan. Sekolah pada zona-zona tersebut tetap melanjutkan Belajar dari Rumah (BDR).

Sementara, Mona Ratuliu, artis yang juga hadir menjadi narasumber dalam webinar tersebut, menyampaikan bahwa orang tua sangat boleh memberikan saran-saran kepada guru untuk pembelajaran karena ini merupakan tantangan. “Ada baiknya dibuat banyak kesepakatan antara guru dan orang tua,” kata Mona.

Mona menjelaskan bahwa dirinya sering mengingatkan anak-anaknya bahwa kita bukan sedang liburan, melainkan membuat semua kegiatan sekolah dipindah ke rumah. “Hal terpenting dari itu semua adalah komunikasi antar guru dan orang tua. Komunikasi positif adalah kunci dari kondisi khusus ini,” ujar Mona. []

Berita terkait
Kemendikbud Gelar Lomba Berhadiah Puluhan Juta
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kembali menggelar menggelar lomba foto serta artikel jurnalistik terkait pendidikan dan kebudayaan.
BOP PAUD untuk Paket Data, Mendikbud Diapresiasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membolehkan Dana BOS)dan BOP Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk membeli paket data.
Tahapan Pembukaan Asrama Sekolah dan Madrasah
Pemerintah mengatur tahapan jumlah penghuni asrama yang dibolehkan, di sekolah dan madrasah berasrama di zona hijau dan kuning selama pandemi.