Jakarta - Belum lama ini, seorang pendaki bernama Muhammad Gibran Arrasyid (14) ditemukan di Curug Koneng (Cikoneng) setelah enam hari menghilang di Gunung Guntur, Jawa Barat. Gibran ditemukan oleh Tim SAR Gabungan dalam kondisi selamat, sadar, dan sehat.
Tim evakuasi mengakui, Curug Koneng adalah titik pencarian yang sudah disisir di hari pertama. Akan tetapi saat itu, tim pencarian sama sekali tidak menemukan Gibran.
Bagi para pendaki, Curug Koneng memang dikenal angker meski lokasinya terbilang tak terlalu jauh dari pos.
Sebelum hilang, Gibran sebenarnya menolak ajakan temannya ke pucak Gunung Guntur. Dia memilih untuk tetap di pos 3 Gunung Guntur. Semenjak teman-temanya pergi, Gibran ternyata sudah tak berada di dunia nyata.
- Baca Juga : Lima Gunung yang Terkenal Angker di Indonesia
Gibran mengaku mengukuti 5 sosok yang tak dikenalnya. Ada dua lelaki dan tiga wanita yang kesemuanya memakan baju serba putih.
Selama berada di dunia lain, Gibran mengaku memilih meminum air sungai yang dilihatnya sangat jernih.
Gibran menceritakan, kelima sosok berbaju putih itu sebenarnya bergantian menawari makanan padanya. Namun, Gibran menolak makanan itu dan tetap bermain dan minum air sungai yang jernih.
Gibran mengaku ada wanita berbaju putih datang mebawa nasi dan ikan, lagi-lagi hal itu ditolaknya.
"Ada yang nawarin bekel, perempuan. Nasi sama ikan, engga dimakan karena gak kenal," katanya.
Pengakuan mengejutkan lainnya adalah Gibran merasa tidak hilang, karena sejak ditinggal oleh temannya ke puncak Gunung Guntur, dia merasa tidak pernah menemukan malam hari.
Sehingga selama berada di "dunia lain", Gibran merasa berkegiatan biasa sambil menunggu teman-temannya pulang.
Sebenarnya Gibran tak terlalu jauh dari pos tiga atau wilayah jangkauan tim evakuasi.
Tapi, dirinya sama sekali tidak mendengar suara apapun dari tim evakuasi yang mencarinya.
Kalau yang waktu itu, namanya Afrizal, kejadiannya Juli 2020, dia ditemukan dalam kondisi telanjang, kalau Gibran ini saat ditemukan masih berpakaian terakhir yang ia pakai. Mulai jaket, celana, namun tidak menggunakan alas kaki. Anehnya, saat Gibran dan Afrizal hilang, mereka ini posisi terakhirnya sama-sama di pos 3 juga, mereka hilangnya saat malam hari.
Gibran mengatakan, dia tidak mengalami gangguan apapun selama berada di Gunung Guntur seorang diri. Saat itu, dia hanya merasakan keanehan saat bangun dan keluar tenda, tiba-tiba dia ada di samping sungai.
"Tiba-tiba bangun ada di sungai. Sungainya warna kuning, airnya jernih," kata Gibran.
Semenjak terbangun itulah, Gibran merasakan hari tanpa ada malam, dia mengaku selama itu hanya menunggu temannya pulang.
"Enggak ada malam. Siang hari, terang," ujarnya.
Tim SAR, para pendaki, bahkan Komandan Koramil Tarogong, Kodim 0611, Garut juga tak menampik adanya misteri ataupun kejadian sebelumnya yang juga tidak masuk akal terkait penemuan pendaki yang hilang di Curug Cikoneng.
“Kalau yang waktu itu, namanya Afrizal, kejadiannya Juli 2020, dia ditemukan dalam kondisi telanjang, kalau Gibran ini saat ditemukan masih berpakaian terakhir yang ia pakai. Mulai jaket, celana, namun tidak menggunakan alas kaki,” kata Komandan Koramil Tarogong, Kodim 0611 Garut, Kapten Inf Dedi Saepuloh yang juga ikut mencari Gibran.
Dedi tidak menjelaskan secara detail kenapa dua pendaki yang hilang itu ditemukan di sekitar Curug Koneng yang lokasinya hanya 750 meter dari pos 3. Untuk diketahui, jika hendak ke Curug Koneng, jalan yang dilalui cukup terjal. Secara logika pada malam hari untuk menuju ke sana harus dilengkapi dengan alat penerangan yang cukup agar tidak tergelincir.
"Anehnya, saat Gibran dan Afrizal hilang, mereka ini posisi terakhirnya sama-sama di pos 3 juga, mereka hilangnya saat malam hari," kata Dedi.
Sejarah Curug Koneng
Sebelumnya Curug Koneng dikenal dengan nama Curug Bidadari. Warga menyebut Curug Bojong Koneng, sebagaimana nama desa tempat keberadaan air terjun tersebut. Perubahan nama tersebut tentu tak bisa sembarangan. Apalagi menghapus nama desa.
Ternyata ada kisah menarik di balik perubahan nama tersebut. Menurut cerita warga setempat, di air terjun ini pernah muncul pelangi. Warga percaya, pelangi merupakan jembatan untuk bidadari yang akan mandi di air terjun tersebut. Jadilah air terjun tersebut dinamakan Curug Bidadari.
Ada juga yang menyatakan perubahan nama tersebut, setelah pihak pengelola menata kawasan air terjun menjadi lebih menawan dan eksotis.
“Dulu warga kampung menamakan Curug Bojong Koneng. Namun nama tersebut diubah menjadi Curug Bidadari, setelah manajemen Sentul Paradise Park menata kawasan air terjun ini lebih modern,” kata Asep, seorang pekerja di sana.
Asep menceritakan, saat dilakukan sedang dilakukan penataan terhadap kawasan air terjun ada seorang pekerja kontraktor sempat melihat sosok mahluk astral berwujud wanita cantik seperti bidadari. Mulai dari situlah, pihak pengelola menyebut air terjun tersebut Curug Bidadari. []