Kehadiran Sekuter Listrik Perlu Dikaji Ulang

Hasil penelitian tersebut mencatat sebanyak 249 orang terlibat dalam kecelakaan saat mengoperasikan skuter listrik di jalan umum.
Warga Jakarta menggunakan skuter listrik. (Foto: Antara/Laily Rahmawati)

Jakarta - Kehadiran skuter atau otoped listrik di Indonesia perlu dikaji ulang dari sisi keselamatan untuk dioperasikan di jalan umum. 

Demikian dikatakan pengamat perkotaan dari Rujak Center for Urban Studies (RCUS) Elisa Sutanudjaja.

Pernyataan Elisa itu didasarkan pada penelitian Forbes.com tentang penggunaan skuter listrik di Amerika Serikat (AS) yang dilakukan pada 1 September 2017 hingga 31 Agustus 2018.

Hasil penelitian tersebut mencatat sebanyak 249 orang terlibat dalam kecelakaan saat mengoperasikan skuter listrik di jalan umum.


Sebesar 40 persen dari cedera itu adalah patah tulang.


"Sebesar 40 persen dari cedera itu adalah patah tulang. Kemudian kasus menderita trauma kepala sebesar 31,7 persen. Sementara sebesar 27,7 persen korban menderita luka, terkilir, dan memar," kata Elisa dalam keterangan tertulis di Jakarta, dikutip dari Antara, Sabtu, 5 Oktober 2019.

Berdasarkan penelitian tersebut, kata Elisa, seluruh korban memerlukan perawatan medis dengan sepertiga di antaranya dibawa ke rumah sakit menggunakan ambulans.

Penelitian juga menemukan bahwa hanya 4,4 persen pengendara skuter listrik yang patuh menggunakan helm.

Kecelakaan yang paling umum terjadi adalah jatuh, tabrakan dengan objek lain dan pengendara tertabrak kendaraan atau benda lain yang bergerak.

Data Forbes dan Statista berdasarkan riset yang dilakukan oleh University of California Los Angeles dan diterbitkan dalam jurnal medis JAMA Network Open mengungkapkan potensi cedera fatal akibat penggunaan skuter listrik, terutama karena tidak terbiasa mengendarai di kepadatan lalu lintas.

Kendati demikian, dia tidak menampik jika tren penggunaan skuter listrik sedang menanjak di sejumlah kota besar dunia.

”Demam micro-mobility (skuter listrik) memang sedang terjadi di kota-kota besar dunia. Contohnya Berlin, yang bahkan sampai ada lebih dari lima perusahaan penyedia jasa ini,” kata Elisa.

Meski demikian konsumen utama jasa penyewaan skuter listrik tersebut bukan warga lokal karena harga sewa yang cukup mahal.

”Harga sewa skuter listrik mencapai 5 Euro. Pengguna terbesarnya itu turis,” ujarnya.

Misalnya warga Berlin kurang mengapresiasi keberadaan skuter listrik tersebut karena penggendaranya yang bisa dikatakan kurang tertib.

”Ada celotehan yang bilang bahwa pengguna terbesar skuter listrik, selain turis, dan biasanya mereka mabuk jadi membahayakan pejalan kaki,” kata Elisa.

Menurutnya, skuter listrik akan lebih menarik jika beroperasi di tempat wisata atau pusat kegiatan jenis tertentu yang banyak atraksi, bukan di jalan umum.

Saat ini di Indonesia, Grab menjadi pihak paling giat dalam usaha penyewaan skuter listrik menggunakan merek dagang GrabWheels dan tersebar di sejumlah tempat terutama di kota besar seperti Jakarta. []

Berita terkait
Yamaha EC-05, Tunggangan Skuter Listrik Canggih
Yamaha Taiwan mengumumkan akan merilis skutik baru bernama Yamaha EC-05, hasil kolaborasi dengan perusahaan lokal Taiwan, Gogoro.
Volkswagen Produksi Skuter Tenaga Listrik
Volkswagen (VW), produsen mobil asal Jerman akan menggandeng pabrikan China NIU memproduksi skuter listrik bertenaga baterai.
Spek Motor Royal Enfield, Sang Pembelah Gunung Himalaya
Royal Enfield tipe INT Interceptor 650 dan Continental GT 650 berhasil membelah gunung Himalaya.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.