Jakarta - Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Australia, Imran Hanafi menjelaskan beberapa profesi yang diuntungkan saat pandemi Covid 19. Hal itu dia sampaikannya saat menjadi pembicara dalam webinar bertajuk “Tatanan Ketersedian Lapangan Kerja di era Pandemi” pada 5 Desember 2020.
Imran mengatakan, ada beberapa profesi yang mendapatkan keuntungan dan profesi yang dirugikan dengan adanya pandemi berkepanjangan yang menyerang hampir semua negara di dunia.
Ini bukan masalah situasi apa yang kita hadapi, tetapi bagaimana sampai kita memiliki kemampuan beradaptasi di setiap keadaan yang ada.
“Seperti misalnya orang yang (untung) bergerak di bidang kesehatan, makanan, IT, e-commerce termasuk pertanian. Bahkan, adapula profesi yang bekerja di tourism atau penerbangan, otomotif, dan konstruksi (rugi). Mereka yang kemudian mendapati masalah besar di era pandemi ini,” kata mantan dosen Universitas Hassanudin Makassar tersebut.
Baca juga: Ganjar Pranowo Harapkan Kecukupan Pangan di Tengah Pandemi
Imran berharap banyak pihak bisa beradaptasi dengan keadaan pandemi. Dengan kemampuan yang dimiliki di bidang pendidikan, mampu beradaptasi dengan kondisi terkini.
“Ini bukan masalah situasi apa yang kita hadapi, tetapi bagaimana sampai kita memiliki kemampuan beradaptasi di setiap keadaan yang ada,” ucapnya.
Selanjutnya, Imran menyarankan perguruan tinggi baik swasta maupun negeri senantiasa melakukan penyesuaian kurikulum pendidikan terhadap perubahan lingkungan yang ada.
Sebagai contoh, kata dia, ada beberapa profesi yang menurutnya dikatakan pemenang dalam era Covid-19 seperti yang bergerak di bidang informasi teknologi (IT).
Dijelaskannya, banyak aplikasi yang berkembang saat pandemi. Semisal, Zoom, GSX Techedu, Byju Raveendran dan beberapa aplikasi yang dikembangkan oleh produsen layanan game online.
Kemudian Imran juga menjelaskan permasalahan terkait penyesuaian kurikulum pada beberapa kampus di Australia.
Baca juga: Joe Biden Perkecil Skala Pelantikan Presiden Cegah Pandemi
“Ada beberapa program studi yang dianggap tidak visible dalam situasi sekarang ini. Sehingga beberapa perguruan tinggi di Australia ini menutup beberapa program studi yang sebenarnya lama eksis, yang menjadi program studi di perguruan tinggi itu tidak harus selalu sama setiap saat. Padahal dunia sekarang sudah banyak yang berubah,” tuturnya.
Dia menambahkan, jika ada program studi atau mata pelajaran yang ingin diajukan, maka orangtua atau masyarakat bisa memberi usulan, apakah mendorong untuk menerima atau menolak ajaran program studi yang diajukan.
“Keterlibatan masyarakat luas sangat besar di dalam memberikan kontribusi bagi kemajuan program studi, sehingga pendidikan itu harus dikembangkan bersama, bukan hanya dari satu pihak saja,” kata Diplomat RI di Negeri Kangguru tersebut. [] (Magang/Victor Jo)