Kapolda Sumut Akui Ada Gerakan Makar

Kapolda Sumatera Utara mengakui saat ini ada gerakan yang mengarah pada perbuatan makar akibat ketidakpuasan pada hasil pemilu.
Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto didampingi Kabid Humas Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja ketika mengecek kesiapan KPU Provinsi Sumut (Foto: Tagar/Reza Pahlevi)

Medan - Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Agus Andrianto mengakui saat ini di Indonesia sudah ada gerakan yang mengarah pada perbuatan makar akibat ketidakpuasan pada hasil pemilu. Ia meminta jangan ada suatu kelompok yang mengatasnamakan masyarakat untuk menebar permusuhan dan berbuat makar.

"Kamtibmas kebutuhan bersama, mari kita sama sama menahan prasangka buruk apalagi ini di bulan suci ramadan. Jangan menebar kebencian dan jangan mengajak warga satu sama lain untuk saling bermusuhan," tambahnya.

Baca juga: Eggi Sudjana, Tersangka Makar People Power

"Jangan coba berbuat makar, sebab kita (kepolisian dan TNI) akan menindak dan menerapkan hukum. Saya tidak akan ragu-ragu untuk menerapkan pasal 170 dan 107 bagi siapa saja yang berusaha makar kepada negara ini," tuturnya.

Pernyataan tentang dugaan makar ini disampaikan Agus Andrianto kepada wartawan usai mengikuti rekapitulasi penghitungan suara tingkat Provinsi Sumatera Utara di Hotel JW Marriot, Medan, Kamis 9 Mei 2019. 

"Dari tanggal 6 sampai 9 Mei 2019 (hari ini) berlangsung rapat pleno KPU Provinsi, sampai sekarang target 30 kabupaten dan kota akan selesai. Sedangkan tiga daerah yaitu Kota Medan, Deli Serdang dan Nias Selatan belum selesai di tingkat kabupaten dan kota," ujar Agus. 

Baca juga: Eggi Sudjana, Diperiksa Polisi Senin 13 Mei 2019

Ia meminta jangan ada pihak manapun yang melakukan intervensi dan berasumsi negatif terhadap penyelenggara pemilu. Ia juga meminta peserta pemilu jangan hanya percaya data yang dimiliki sendiri, sebab belum tentu data milik sendiri itu benar dan data pihak lain dianggap salah.

"Kita jangan menduga (curang) terhadap penyelenggara. Kita harus percaya kepada penyelenggara pemilu. Kalau tidak percaya dengan penyelenggara, sama siapa lagi peserta pemilu harus percaya? Jika memang memiliki data dan sebagainya harus disampaikan dengan bukti-bukti, sebab semua perhitungan suara terbuka, tidak ada yang ditutupi. Jangan data orang lain dianggap salah," sambungnya. []


Berita terkait
0
Pandemi dan Krisis Iklim Tingkatkan Buruh Anak di Dunia
Bencana alam, kelangkaan pangan dan perang memaksa jutaan anak-anak di dunia meninggalkan sekolah untuk bekerja