Jokowi, Selamat Datang (Lagi) di Danau Toba

Sebuah tulisan menarik dari Viktor S. Sirait tentang perhatian penuh dari Presiden Jokowi kepada kawasan Danau Toba
Presiden Jokowi dalam Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba. (Foto: Ist)

Oleh: Viktor S. Sirait

Presiden Joko Widodo kembali mengunjungi kawasan Danau Toba, Sumatera Utara. Kali ini dia akan mengunjungi Toba Samosir, Humbang Hasundutan, dan Samosir mulai Senin, 29 Juli 2019, sampai Rabu, 31 Juli 2019.

Dalam sejarahnya, belum ada seorang Presiden RI yang paling sering mengunjungi Danau Toba seperti Jokowi. Lebih penting dari itu adalah Danau Toba masuk dalam empat destinasi wisata super prioritas selain Mandalika, Labuan Bajo, dan Borobudur. Karena itulah Jokowi melakukan kunjungan ke Samosir, ingin memastikan bahwa proyek nasional di sana berjalan dengan baik.

Sejak menjabat presiden pada 2014, Jokowi memberi perhatian penuh pada kawasan Danau Toba. Berbagai proyek infrastruktur digenjot di kawasan ini terutama untuk membuka akses seluas-luasnya bagi wisatawan menikmati indahnya danau terbesar di Asia Tenggara ini. Jalan tol dibuka dan saat ini sudah sampai ke Tebing Tinggi. Dalam dua tahun ini diharapkan akan sampai ke Parapat, Kabupaten Simalungun, sebagai pintu gerbang Danau Toba dari Medan dan Bandara Kuala Namu.

Proyek infrastruktur lainnya juga saat ini sedang digenjot seperti pembangunan Bandara Sibisa, jalan lingkar luar Samosir, pelebaran tano ponggol, dan lainnya.

Bandara Silangit di Siborong-borong, Tapanuli Utara, juga sudah naik status menjadi bandara internasional dan diresmikan langsung oleh Jokowi. Akses penerbangan dari dan menuju Danau Toba ke kawasan Asia, terutama Singapura dan Malaysia terbuka lebar.

Jokowi juga sejak tiga tahun lalu sudah membentuk Badan Pengelola Otorita Danau Toba (BPODT), sebuah badan otonom untuk mempercepat akselerasi pembangunan dan koordinasi kawasan wisata Danau Toba.

Baca juga: Pak Jokowi, Pariwisata Danau Toba Masih Autopilot

Jokowi sudah memberikan perhatian sepenuhnya pada Danau Toba. Bahkan danau purba ini menjadi anak emas Jokowi. Namun bagaimana dengan kesiapan masyarakat dan pemerintah daerah di kawasan Danau Toba?

Menurut saya, sejauh ini belum tampak koordinasi yang baik antar tujuh kepala daerah di kawasan Danau Toba. Masing-masing masih jalan sendiri, belum terintegrasi dengan baik. Contohnya, Ajibata di Kabupaten Toba Samosir dan Parapat di Kabupaten Simalungun adalah akses masuk menuju Pulau Samosir, Kabupaten Samosir. Di dua tempat ini masih sering terjadi kutipan liar bagi wisatawan, terutama parkir liar. Akibatnya, banyak wisatawan yang tak mau datang ke tempat ini. Akibat lebih jauh, wisatawan pun tak mau mengunjungi Samosir.

Atraksi pariwisata pun masih jalan sendiri-sendiri. Padahal, atraksi wisata di Danau Toba itu seharusnya terintegrasi dengan baik dan saling mendukung antar tujuh daerah yang ada. Ketika satu atraksi budaya berlangsung di Samosir, misalnya, atraksi wisata lainnya dalam kurun waktu yang hampir sama juga harusnya ada di daerah lain. Sehingga, wisatawan sekali berkunjung ke Danau Toba bisa memperoleh beberapa atraksi budaya sekaligus.

Potensi wisata lainnya seharusnya juga bisa dilirik dan dikembangkan oleh para kepala daerah, tidak hanya semata-mata mengandalkan keindahan Danau Toba. Agro wisata, seperti kopi di Lintong Ni Huta dan kemenyan di Humbahas, perajin ulos di Taput, pertanian di Simalungun, durian di Dairi, dan lainnya, harusnya juga bisa dikembangkan untuk diintegrasikan dengan wisata danau.

Kotornya Danau Toba akibat keramba, baik swasta maupun penduduk lokal, juga harus menjadi prioritas. Sudah puluhan tahun danau yang lahir dari letusan Gunung Toba ini benar-benar tak bersih lagi akibat banyak keramba dan limbah di sana. Belum lagi eceng gondok yang semakin meluas. Harus ada upaya yang benar-benar serius dan berkomitmen untuk menghapus keramba di seluruh Danau Toba.

Kesiapan dan mental masyarakat di kawasan Danau Toba sebagai tuan rumah pun masih harus banyak dibenahi. Keramahtamahan masyarakat harus terus diperbaiki. Sudah sering terdengar kabar banyak penjual makanan atau oleh-oleh di sana yang seenaknya menaikan harga. Akibatnya, banyak wisatawan yang kapok kembali ke sana.

Baca juga: Kamar Hotel Jokowi di Samosir, Menghadap Danau Toba

Kebersihan juga harusnya menjadi prioritas untuk seluruh tempat wisata di Danau Toba. Namun, sejauh ini hal itu masih sulit direalisasikan. Budaya bersih dan profesional masih jauh dari angan-angan. Sangat sulit mendapatkan toilet yang bebas dari bau di semua tempat wisata di kawasan ini. Bahkan, yang lebih parah, rata-rata toilet sudah rusak dan tak bisa digunakan hanya beberapa bulan setelah dibangun.

Masih banyak pekerjaan rumah untuk benar-benar menjadikan Danau Toba sebagai surga bagi wisatawan. Presiden Jokowi sudah memberikan hatinya, memberikan jalan bagi masyarakat Batak menjadi tuan atas dirinya sendiri di kampung halamannya. Sekarang tugas selanjutnya ada pada diri kita masing-masing. Kesempatan emas yang diberikan Jokowi ini tak datang dua kali.

Pak Presiden, selamat datang (lagi) di Toba, masyarakat di sekitar Danau Toba sangat mencintai bapak.

Horas, horas, horas.

*Viktor S. Sirait, Pengurus DPP Bara JP

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.