Surabaya - Dinas Peternakan (Disnak) Jawa Timur menyiagakan 127 Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) pasca ditemukannya virus antraks di Gunung Kidul, Yogyakarta. Atensi diberikan agar virus antraks tidak masuk ke Jatim.
Kepala Disnak Jawa Timur Wemi Niamawardi mengatakan, Puskeswan ini untuk memantau masuknya dan hewan terjangkit penyakit antraks, mulai dari kecamatan hingga perdesaan.
"Kita akan melakukan pemeriksaan untuk melakukan mengawasi perkembangan adanya potensi hewan antraks," ujar Wemi, dikonfirmasi, Selasa 21 Januari 2020.
Disnak juga akan memperketat pengawasan hewan ternak diperbatasan sehingga hewan yang akan masuk ke Jawa Timur bisa terdeteksi. Setiap hewan yang masuk dilakukan pemeriksaan di pos-pos perbatasan.
Kita akan melakukan pemeriksaan untuk melakukan mengawasi perkembangan adanya potensi hewan antraks.
Wemi juga berharap agar masyarakat melaporkan ke petugas disnak kabupaten/kota maupun Puskeswan, ketika melihat ada kematian ternak mencurigakan. Hewan yang matinya mencurigakan sebaiknya langsung dilakukan pemotongan.
Pengawasan dan penyidikan penyakit akan dioptimalkan lewat laboratorium kesehatan hewan dengan pengambilan sampel untuk dilakukan pengujian. Tiga laboratorium di Malang, Tuban, dan Madura telah bergerak mengambil sample yang ada di sekitar wilayahnya.
"Kabupaten/ kota yang mempunyai laboratorium juga rutin melakukan pemeriksan kesehatan hewan. Jadi antraks bisa diantisipasi masuk ke Jatim)," tuturnya.
Seluruh pedagang dan peternak diminta agar mengikuti prosedur berdagang yang benar, ketika mendatangkan atau mengirim sapi ke luar Jatim. Setiap pengiriman ada rekom dan izin serta ada sertifikat veteriner atau surat keterangan kesehatan hewan dari dokter hewan yang berwenang.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunung Kidul, Yogyakarta, mengisolasi hewan ternak dari Kecamatan Ponjong dan Rongkop guna mengantisipasi penyebaran kasus antraks. Hal tersebut menyusul ditemukannya dua belas orang suspect antraks.
Pencegahan hewan ternak keluar dari Kecamatan Ponjong dan Rongkop pun dilakukan untuk mencegah bakteri antraks keluar dari dua wilayah yang disinyalir menjadi endemik penyakit tersebut. []