Jalur Penularan Virus Corona Bisa Lewat Feses

Publikasi baru mengungkap sejumlah jalur penularan virus corona. Diare mungkin menjadi salah satu jalur penularan sekunder untuk virus corona baru.
Virus Corona. (Foto: Antara/HO)

Jakarta - Publikasi baru mengungkap sejumlah jalur penularan virus corona. Diare mungkin menjadi salah satu jalur penularan sekunder untuk virus corona baru, demikian kata para ilmuwan.

Dikutip news.com, hal tersebut terungkap setelah publikasi studi terbaru melaporkan pasien dengan gejala perut dan tinja yang encer, Senin, 10 Februari 2020.

Selain itu, terdapat jalur utama yakni dari tetesan (droplet) bermuatan virus dari batuk orang yang terinfeksi.

Para peneliti dalam kasus awal mengatakan mereka sangat fokus pada pasien dengan gejala pernapasan. Bahkan mungkin mengabaikan mereka yang terkait dengan saluran pencernaan.

Terhitung sebanyak 14 orang dari 138 pasien (10 persen) di rumah sakit kota Wuhan yang dipelajari dalam makalah baru oleh penulis China dalam Journal of American Medical Association (JAMA).

Gejala yang ditimbulkan seperti diare dan mual satu atau dua hari sebelum pengembangan demam dan kesulitan bernapas.

Pasien Amerika Serikat (AS) pertama yang teridiagnosis terkait 2019-nCoV juga mengalami buang air besar encer selama dua hari dan kemudian terdeteksi pada fesesnya.

Meskipun jarang, kasus lainnya yang serupa di China didokumentasikan dalam Lancet.

Seorang profesor kesehatan lingkungan University of Southampton William Keevil memberikan komentar kepada Science Media Centre di Inggris jika gejala virus corona di tempat lain tidak jauh berbeda dengan SARS.

"Yang penting, 2019-nCoV telah dilaporkan di tempat lain di tinja pasien dengan gejala perut atipikal, mirip dengan SARS yang juga ada di urin, menunjukkan rute penularan feses yang sangat mudah ditularkan," kata William.

Sebenarnya kemungkinan itu tidak sepenuhnya mengejutkan bagi para ilmuwan. Hal ini mengingat jika virus baru itu milik keluarga yang sama dengan SARS.

Kumparan udara hangat yang berasal dari kamar mandi turut mencemari beberapa apartemen dan diangkut oleh angin ke gedung lain yang berdekatan di kompleks itu.

Hal ini dilihat dari penularan tinja dari SARS yang melanda ratusan penderita di perumahan Amoy Gardens Hong Kong pada tahun 2003.

Seorang bioengineer di University of California, Riverside Jiayu Liao menjelaskan tentang proses penularan virus corona melalui tinja.

"Berdasarkan literatur, virus 2019-nCoV yang ditemukan dalam tinja dapat ditularkan melalui penyebaran tinja," ujarnya.

Jiayu juga menambahkan jika dia tidak tahu dalam jangka waktu berapa lama virus corona mampu bertahan di luar tubuh.

"Kami masih tidak tahu berapa lama virus ini dapat bertahan di luar tubuh - HIV hanya dapat bertahan sekitar 30 menit di luar tubuh dan pada kisaran suhu berapa 2019-nCoV sensitif," tambahnya.

Seorang ahli epidemiologi di University of Toronto David Fisman mengatakan jika penyebaran tinja ini dapat menghadirkan tantangan baru terhadap virus corona.

"Penyebaran tinja dapat menghadirkan tantangan baru terhadap pencegahan virus, tetapi lebih cenderung menjadi masalah di dalam rumah sakit, yang dapat menjadi penguat epidemi," tuturnya.

Tidak jauh berbeda, Seorang ahli virologi di Texas A&M University-Texarkana Benjamin Neuman, memperingatkan jika sementara penularan tinja layak dipertimbangkan, tetesan dan menyentuh permukaan yang terkontaminasi kemudian menggosok mata, hidung, atau mulut menjadi kemungkinan besar cara penularan virus tersebut berdasarkan data saat ini.

Sebelumnya, para ahli medis telah memperingatkan jika virus corona mampu menyebar melalui mata dan orang-orang terutama dokter yang tidak melakukan upaya perlindungan untuk dirinya sendiri.

Bahkan menurut laporan dalam The Lancet, sebuah jurnal medis yang ditinjau oleh rekan sejawat, pakar pneumonia Cina Guangfa Wang terinfeksi virus corona ketika mengunjungi Wuhan bulan lalu.

Kasus tersebut terjadi lantaran dia tidak memakai kacamata pelindung, meskipun sudah mengenakan masker wajah selama kunjungannya.

"Sebagai dokter mata, kami percaya bahwa transmisi 2019-nCoV melalui mata diabaikan," kata laporan itu.

"Paparan mata yang tidak dilindungi terhadap 2019-nCoV di Klinik Demam Wuhan memungkinkan virus menginfeksi tubuh," tambahan dari laporan tersebut.

Selain itu, laporan tersebut juga mencatat jika SARS jenis lain dari corona virus juga menyebar melalui selaput lendir di mata, mulut, dan hidung. Semua dokter spesialis mata yang memeriksa kasus yang dicurigai, harus memakai kacamata pelindung. []

Berita terkait
Inggris Gelontorkan Rp 769 Miliar Cegah Virus Corona
Inggris menggelontorkan dana bantuan sebesar Rp 769 miliar atau 45 juta untuk mencegah penyebaran virus corona di negara-negara berkembang.
Virus Corona Membuat Inflasi China Melonjak
Inflasi di China mengalami kenaikan ke level tertinggi dalam delapan bulan terakhir dipicu oleh virus corona.
Virus Corona, Warga Arab Daftar Jadi Relawan Wuhan
Sejumlah warga dari negara-negara Arab ramai-ramai ingin mendaftar sebagai tenaga sukarelawan di Wuhan, China, yang dikenal awal virus corona