Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Demokrat, Muhammad Nasir menuduh PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) melakukan penyelundupan produk baja dari China. Hal ini dilontarkan Nasir pada rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi VII DPR RI.
Menurut Nasir, modus penyelundupan itu dilakukan Krakatau Steel dengan menyontek produk asal China tersebut, sehingga seolah-olah baja itu diproduksi oleh BUMN. Tindakan ini membuat negara berpotensi merugi hingga Rp 10 triliun.
Coba bayangkan, rebound positif KRAS seperti kenaikan harga saham, restrukturisasi yang positif dan juga konsolidasi internal, bisa menjadi hancur, hanya karena isu negatif.
Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Islam Badan Koordinasi Sulawesi dan Barat (HMI Badko Sulselbar), Muhammad Awal Yanto, menyebut pernyataan Nasir hanyalah isu yang tidak berdasar. Bahkan menurutnya, saat perusahaan lain terkena dampak pandemi Covid-19, KRAS mampu menjalankan bisnis yang stabil dan melanjutkan rencana strategis perusahaan.
“Krakatau Steel berada di lajur positif, dan silahkan telusuri apa yang telah mereka (perusahaan) lakukan,” tuturnya berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Tagar, Jumat, 26 Maret 2021.
- Baca juga : Kunjungi Krakatau Steel, Menperin Apresiasi Pembangunan Pabrik Baru HSM
- Baca juga : Kemensos Terima Donasi PT. Krakatau Karya Abadi Rp 1,6 M
Awal menjelaskan, Kraktau Steel mencatat volume penjualan ekspor sebanyak 128.341 ton di sepanjang tahun 2020, atau 12 persen dari total volume penjualan di tahun 2020 yang sebesar 1.603.732 juta ton. Sementara tahun 2021 ini, manajemen KRAS memperkirakan peningkatan target ekspor hingga 17,2 persen atau sebanyak 155 ribu ton.
“Dengan data-data itu, harusnya mereka (perusahaan) justru didukung” katanya.
Awal menegaskan, argumen yang punya potensi menjadi fitnah, idealnya tidak diucapkan oleh anggota DPR seperti Muhammad Nasir. Menurutnya, pernyataan demikian bisa mencederai institusi lembaga perwakilan rakyat tersebut.
“Coba bayangkan, rebound positif KRAS seperti kenaikan harga saham, restrukturisasi yang positif dan juga konsolidasi internal, bisa menjadi hancur, hanya karena isu negatif,” sebut Awal.[]