TAGAR.id, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan pada Agustus 2022 mencapai 4,69 persen. Komoditas seperti biaya pendidikan, bahan bakar dan tempat tinggal ikut mendorong nilai inflasi pada bulan tersebut. Sasmito Madrim melaporkannya untuk VOA.
Di tengah kekhawatiran yang melanda masyarakat akan naiknya harga bensin, BPS meminta pemerintah untuk memberi perhatian khusus pada komoditas tersebut agar sejumlah harga komoditas lainnya tidak menjadi naik dan mendorong inflasi secara umum.
"Kemarin pada 1 April ada kenaikan harga bensin dan sekarang belum ada kenaikan. Kalau dilihat tren, ini penting menjadi perhatian karena komoditas ini memberi multiplayer (effect) dalam ekonomi yang cukup besar," kata kepala BPS Margo Yuwono pada Kamis, 1 September 2022.
Dalam laporannya, BPS menyebutkan nilai inflasi tahunan pada Agustus mencapai 4,69 persen atau 3,63 persen secara tahun kalender (periode Januari hingga Agustus 2022).
Lembaga tersebut juga memaparkan bahwa 11 kota dari 90 kota di tanah air yang disurvei telah mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Ambon dengan nilai inflasi mencapai 0,82 persen, sementara Bekasi mencatat inflasi terendah sebesar 0,12 persen.
Margo menambahkan sejumlah komoditas yang mendorong inflasi pada Agustus 2022 di antaranya yaitu biaya pendidikan dan tarif kontrak rumah. Sedangkan untuk komponen harga yang diatur pemerintah yang menyumbang inflasi antara lain adalah bahan baku rumah tangga dan tarif listrik.
Ia mengatakan pemerintah perlu memperkuat pengendalian inflasi pada 2022, khususnya dari sisi suplai dan distribusi pada komoditas pangan dan komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah.
Kendati demikian, Margo menyebutkan bahwa gejolak pasokan komoditas pangan, seperti cabai dan bawang merah, yang sempat terjadi kini sudah membaik sehingga bisa menekan nilai inflasi, bahkan hingga mencapai deflasi.
INDEF: Risiko Kemiskinan Akan Meningkat
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, mengkhawatirkan inflasi inti yang cukup tinggi yang mencapai 3,04 persen secara tahunan. Belum lagi harga sejumlah komoditas yang masih bergejolak terus menjadi faktor penyumbang inflasi.
Dengan kondisi ini, menurutnya, besar kemungkinan jumlah masyarakat yang akan masuk dalam kategori miskin semakin tinggi pada kuartal kedua tahun ini.
"Kalau makanan sudah mulai meningkat lebih tajam, risiko terhadap garis kemiskinan akan semakin tinggi. Saya curiga kuartal (kedua) akan lebih sulit membaik," jelasnya kepada VOA, pada Kamis, 1 September 2022.
Tauhid juga khawatir kenaikan harga BBM akan meningkatkan besaran inflasi hingga 6-7 persen. Karena itu, ia menyarankan pemerintah agar tidak menaikkan harga BBM terlalu tinggi yang dapat menambah beban hidup masyarakat.
Ia menyarankan, kenaikan harga BBM dapat berkisar di angka 5 persen yang sesuai dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. (sm/rs)/voaindonesia.com. []