Indonesia-Uni Emirat Arab Kerja Sama Pengembangan Mangrove

Kemenko Marves melakukan kerja sama pengembangan mangrove dengan UEA. Dalam kerja sama ini, Indonesia menawarkan spesies mangrove untuk UEA.
Pertemuan Kemenko Marves dengan Kementerian Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup Uni Emirat Arab. (Foto:Tagar/Kemenko Marves)

Jakarta, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menawarkan spesies mangrove dari Indonesia untuk upaya rehabilitasi dan konservasi mangrove di Uni Emirat Arab UEA.

Secara alami, mangrove berfungsi sebagai pelindung pantai dari gelombang besar, penyerap karbon dan penghasil oksigen sekaligus sebagai tempat berlindung dan pemijahan ikan.

Hal itu disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves, Nani Hendiarti, saat bertemu dengan Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup Uni Emirat Arab, Mr. Abdullah Mohammad Bel Haif Al Nuaimi belum lama ini.

Dalam pertemuan itu, juga dibahas program rehabilitasi mangrove di Indonesia serta pentingnya kerja sama pengembangan mangrove kedua negara.

“Secara alami, mangrove berfungsi sebagai pelindung pantai dari gelombang besar, penyerap karbon dan penghasil oksigen sekaligus sebagai tempat berlindung dan pemijahan ikan. Oleh karena itu, kerja sama pengembangan rehabilitasi mengrove antara Indonesia dan UEA ini menjadi sangat penting dan urgent bagi kedua belah pihak,” kata Deputi Nani melalui keterangan tertulis yang diterima Tagar, Jumat, 30 Oktober 2020.

MangroveDelegasi Indonesia melakukan penanaman pohon mangrove sebagai tanda mata dan dukungan dalam kerja sama bilateral pengembangan mangrove dengan UEA. (Foto:Tagar/Kemenko Marves)

Selanjutnya, Kemenko Marves dan Kementerian Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup Uni Emirat Arab menyusun Memorandum of Understanding (MoU) di bidang pengelolaan dan rehabilitasi mangrove, termasuk kajian pengembangan ekosistem mangrove dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

MoU ini, juga sebagai kelanjutan kunjungan Mr. Ahmed Al Hashmi, Direktur Kewilayahan dan Biodiversitas Laut, Badan Lingkungan Persatuan Emirat Arab ke Indonesia pada 18 Februari 2020.

Deputi Nani menjelaskan, kegiatan rehabilitasi mangrove melalui program padat karya yang dicanangkan Pemerintah terbukti dapat membantu pemulihan ekonomi masyarakat pesisir yang terdampak pandemi COVID-19.

Hal ini, juga untuk mendukung program rehabilitasi mangrove Indonesia yang ditargetkan hingga 600.000 hektare dalam kurun waktu 4 tahun ke depan sebagaimana disampaikan oleh Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan pada kunjungannya ke Brebes, 22 Oktober 2020 dimana kontribusi multipihak termasuk UEA sangat diperlukan.

"Oleh karena itu, program kerja sama bilateral untuk pengembangan mangrove ini perlu segera diimplementasikan," jelas Deputi Nani.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Nani juga mengusulkan pengembangan Mega Proyek Mangrove seluas minimal 10.000 hektare dalam kurun waktu 4 tahun dan disambut baik oleh Menteri Abdullah. Serta, penanaman species mangrove dari Indonesia untuk membantu memperkaya dan memperluas wilayah mangrove UEA.[]

Berita terkait
KLHK: Padat Karya Penanaman Mangrove Pulihkan Perekonomian
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, memperluas cakupan Kegiatan Padat Karya di 34 provinsi.
KLHK: 7 Taman Nasional Indonesia Masuk ASEAN Heritage Park
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan, saat ini jumlah ASEAN Heritage Park mencapai 49, dan 7 diantaranya ada di Indonesia.
KLHK Resmi Gelar Festival Iklim 2020
Wakil Menteri LHK Alue Dohong, resmi membuka Festival Iklim 2020
0
Menlu Blinken Sebut G7 Bertekad Dukung Ukraina
Menlu Blinken, 24 Juni 2022, menegaskan kelompok negara-negara industri maju (G7) bertekad melanjutkan dukungan mereka pada Ukraina