Indonesia Tetap Ngotot Sebut Seks Bebas Sebagai Penyebab Penularan HIV/AIDS

Program penanggulangan HIV/AIDS di Thailand justru dimulai dengan memanfaatkan media massa untuk sosialisasi informasi HIV/AIDS yang akurat
Ilustrasi: Situs https://hivaids-pimsindonesia.or.id/download (Dok Syaiful W. Harahap/Repro)

Oleh: Syaiful W. Harahap*

Catatan: Artikel ini pertama kali ditayangkan di Tagar.id pada tanggal 4 Februari 2023. Redaksi. 

TAGAR.id - Mengapa Thailand dengan kunjungan Wisman (wisatawan manca negara) sebanyak 39,92 juta di tahun 2019 bisa mengatasi penyebaran HIV/AIDS?

Laporan aidsdatahub.org menunjukkan pada tahun 2022 jumlah warga Negeri Gajak Putih itu yang hidup dengan HIV mencapai 520.000 dengan pertambahan kasus baru sebanyak 6.500 per tahun.

Bandingkan dengan Indonesia yang menerima Wisman sebanyak 16,1 juta (thejakartapost.com, 3/2-2020) jumlah warga yang hidup dengan HIV sebanyak 540.000 dengan pertambahan kasus baru sebanyak 27.000 per tahun.

Sementara itu data di siha.kemkes.go.id menunjukkan sampai 30 Juni 2022 jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS secara nasional mencapai 618.284 yang terdiri atas 478,784 HIV dan 139.500 AIDS.

Ternyata sejak awal pandemi di awal tahun 1980-an pemerintah Thailand melancarkan lima program dengan skala nasional. Program penanggulangan HIV/AIDS di Thailand justru dimulai dengan memanfaatkan media massa (ketika itu belum ada media online dan media sosial) menyebarluaskan informasi HIV/AIDS yang akurat dengan pijakan fakta medis sebagai media pembelajaran masyarakat (Integration of AIDS into National Development Planning, The Case of Thailand, Thamarak Karnpisit, UNAIDS, Desember 2000).

Celakanya, di Indonesia sebagian besar media massa, belakangan muncul media onlie dan media sosial, justru menyebarluaskan berita dan informasi tentang HIV/AIDS yang dibumbui dengan norma, moral dan agama.

Akibatnya, fakta medis tentang HIV/AIDS tenggelam yang menyuburkan mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS.

Lihat saja situs pemerintah https://hivaids-pimsindonesia.or.id ini yang tetap berpegang teguh pada mitos daripada menyampaikan fakta. Buktinya, di situs resmi pemerintah, dalam hal ini Kemenkes, itu, tertulis: "PENCEGAHAN PENULARAN HIV Dengan ABCD ABSTINENCE Hindari Seks Bebas."

ilus opini seks bebas

Ilustrasi (Foto: see.news)


Padahal, seks bebas adalah jargon moral yang mengabaikan fakta tentang cara-cara penularan HIV/AIDS dengan pijakan fakta medis yang justru menyuburkan mitos

Informasi tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS dengan pijakan fakta medis sudah diperkenalkan sejak 40 tahun yang lalu yaitu di awal epidemi HIV/AIDS.

Judul Berita Berbalut Mitos

Tapi, sampai sekarang banyak kalangan, termasuk pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dinas kesehatan (provinsi, kabupaten dan kota), aktivis dan media (media massa dan media online/portal berita serta media sosial) tak terkecuali situs kesehatan dan artikel ilmiah mengabaikan fakta medis dan menyuburkan mitos (anggapan yang salah) tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS.

Lihat saja beberapa judul berita di bawah ini:

  • Seks Bebas Jadi Faktor Utama Penularan HIV/AIDS (mediaindonesia.com, 1/12-2020)
  • 92 Orang di Cimahi Tertular HIV/AIDS Akibat Seks Bebas (news.detik.com, 1/12-2020)
  • Sejumlah Remaja Tulungagung Terinfeksi HIV/AIDS karena Seks Bebas, Ini Faktanya (merdeka.com, 2/12-2021)
  • Kasus HIV AIDS Meningkat, Warga Cilegon Dihimbau Tidak Seks Bebas, Gonta-ganti Pasangan dan Narkoba Suntik (disway.id, 28/9-2020)
  • Hasil Penelitian, LGBT dan Seks Bebas Picu HIV-AIDS di Kota Malang Meningkat (republika.co.id, 3/2-2022)
  • Pergaulan Seks Bebas Bisa Tularkan HIV, Ini Penjelasannya (halodoc.com, 30/10-2020)
  • KPA Tulungagung sebut sejumlah remaja terinfeksi HIV/AIDS karena seks bebas (jatim.antaranews.com, 1/12-2021)
  • Pengaruh Seks Bebas Pada Remaja Terhadap Meningkatnya Resiko Terjadinya HIV/AIDS (researchgate.net, Desember 2019)
  • Lebih dari 1.000 Orang di Bandung Kena HIV, Akibat Free Sex-Narkoba (jawapos.com, 25/8-2022)
  • HIV/AIDS Meningkat di Mahasiswa, Ini Bahaya Pergaulan Bebas dalam Kajian Keislaman (islam.nu.or.id, 28/8-2022)
  • Seks Bebas, 85 Kasus HIV/AIDS di Sulbar (regional.kompas.com, 16/8-2011)
  • Bahaya Seks Bebas: Dari HIV/AIDS sampai Mandul (solopos.com, 1/9-2022)
  • Seks Bebas Penyebab Tingginya Penularan AIDS Tulungagung (jatim.antaranews.com, 22/6-2017)

Kalau seks sebas (baca: zina, seks di luar nikah) merupakan penyebab HIV/AIDS, maka semua orang yang pernah melakukan seks bebas sudah mengidap HIV/AIDS. Seperti pasangan suami-istri yang menikah karena hamil duluan tentulah mereka sudah melakukan seks bebas. Itu artinya jika mengikuti pernyataan 'seks bebas penyebab AIDS,' maka semua pasangan suami-istri yang hamil duluan adalah pengidap HIV/AIDS.

Fakta tentang cara penularan IHV/AIDS bukan karena sifat hubungan seksual (seks bebas, zina, melacur, selingkuh, dan lain-lain), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom (lihat matriks sifat dan hubungan seksual terkait penularan HIV/AIDS).

sifat dan hubungan seksual terkait HIVMatriks: Sifat Hubungan Seksual dan Kondisi Saat Terjadi Hubungan Seksual Terkait Risiko Penularan HIV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Yang akurat adalah hubungan seksual yang tidak aman atau hubungan seksual yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, yaitu: laki-laki atau perempuan yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti. Juga laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan yang sering berganti pasangan, yaitu pekerja seks komersial (PSK) dan cewek prostitusi online.

'Seks bebas' sebagai jargon moral menyuburkan mitos. Dalam sebuah 'debat' di Facebook, misalnya, penulis diserang beberapa cewek terkait dengan 'seks bebas.' Saya ajak mereka membayangkan 10 teman pria mereka. Berapa yang pernah 'seks bebas'?

ilustrasi AIDS dentistryIlustrsi. (Sumber: dentistry.uic.edu)

Zina Hanya Seks dengan PSK

Salah seorang menyergah saya: Maaf, ya teman-teman cowok gue tidak pernah begituan (maksudnya: seks bebas-pen.) di tempat pelacuran."

Ketika saya tanya apakah dari 10 teman cowok itu ada yang pernah melakukan hubungan seksual dengan pacarnya?

Eh, semua cewek yang menyerang saya menghapus pertemanan. Nah, bagi mereka 'seks bebas' adalah zina dengan PSK di tempat pelacuran, kalau suka sama suka bukan dengan PSK dan tidak dilakukan di tempat pelacuran, maka itu bukan 'seks bebas.'

Maka, pemakaian 'seks bebas' dalam berita HIV/AIDS jadi kontra produktif yang jadi penghambat penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia.

Sudah saatnya informasi tentang cara-cara penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual disampakan secara faktual bukan dengan bumbu moral yang justru menenggelamkan fakta medis dan menyuburkan mitos.

Selain jumlah kasus yang terus bertambah, persoalan besar adalah infeksi HIV baru tidak semuanya terdeteksi sehingga warga, terutama laki-laki dewasa, jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Belakangan ini muncul fakta baru yaitu kaitan erat antara TB dan HIV/AIDS. Di RSU Kabupaten Tangerang, Banten, misalnya, 75% pasien TB di rumah sakit itu terdeteksi mengidap HIV/AIDS.

Bisa jadi kasus di daerah lain tidak muncul kasus TB dan HIV/AIDS karena 1001 macam alasan. Padahal, dengan mengabaikan fakta seperti yang terdeteksi di RSU Kab Tangerang itu justru jadi boomerang karena jadi mata rantai penyebaran TB dan HIV/AIDS di masyarakat karena mereka tidak ditangani secara medis, sementara di RSU Kab Tangerang pasien dengan TB dan HIV mendapatkan perawatan dan pengobatan sehingga memutus mata rantai penyebaran TB dan HIV/AIDS.

Indonesia merupakan negara keempat di dunia dengan pertambahan kasus HIV/AIDS terbanyak berdasarkan data tahun 2018 setelah China, Rusia dan India yaitu 78.000 infeksi HIV baru per tahun (aidsmap.com, 4/9-2018).

Apakah pemerintah membiarkan penyebaran HIV/AIDS terus terjadi yang justru bisa bikin Indonesia jadi 'afrika kedua' hanya untuk menonjolkan moralitas bangsa yang semu? []

* Syaiful W. Harahap, Redaktur di Tagar.id – Penulis buku “Pers Meliput AIDS” (Pustaka Sinar Harapan/Ford Foundation, Jakarta, 2000)

Berita terkait
Menyoal Peran Aktif Pers Nasional Menanggulangi HIV/AIDS di Indonesia
Setiap tanggal 9 Februari insan pers nasional memperingati Hari Pers, di saat epidemi HIV/AIDS mendekati ‘Afrika Kedua’ peran pers sangat kecil
0
Indonesia Tetap Ngotot Sebut Seks Bebas Sebagai Penyebab Penularan HIV/AIDS
Program penanggulangan HIV/AIDS di Thailand justru dimulai dengan memanfaatkan media massa untuk sosialisasi informasi HIV/AIDS yang akurat