IMF Ingatkan Prospek Ekonomi Global Masih Tidak Pasti

Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan bahwa krisis ekonomi global tidak separah yang dikhawatirkan, namun prospek tetap tidak pasti.
IMF memperingatkan bahwa banyak negara tidak akan melihat ekonomi mereka kembali ke tingkat sebelum pandemi hingga 2022 atau 2023. (Foto: Tagar/ AFP/Brendan Smialowski/Kantor IMF).



Washington- Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan bahwa krisis ekonomi global tidak akan separah yang dikhawatirkan tahun ini. Namun, produk domestik bruto (PDB) masih akan berkontraksi 4,4 persen dan pandemi masih berlangsung berarti prospek ekonomi tetap tidak pasti, kata IMF, Selasa,13 Oktober 2020 waktu setempat.

Dalam laporan terbarunya, Outlook Ekonomi Dunia, IMF menyebutkan bahwa suntikan besar-besaran bantuan pemerintah membuat ekonomi tidak jatuh lebih jauh. Namun, pertumbuhan pada 2021 diperkirakan akan sedikit lebih lambat dari perkiraan yang dirilis Juni lalu. Bahkan lebih lemah dalam beberapa tahun ke depan karena imbas parah kerusakan abadi yang ditimbulkan oleh Covid-19.

Kalau Tiongkok dikeluarkan dari laporan IMF ini, maka pertumbuhan ekonomi global tahun depan diproyeksikan akan negatif.

"Ini adalah krisis terburuk sejak depresi hebat, dan dibutuhkan inovasi yang signifikan di bidang kebijakan, baik di tingkat nasional maupun internasional, untuk pulih dari bencana ini," Kepala Ekonom IMF, Gita Gopinath dalam laporan yang dirilis menjelang pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia.

"Resesi tidak terlalu parah tetapi masih dalam dan pendakian dari bencana ini kemungkinan akan berlangsung lama, tidak merata, dan sangat tidak pasti," katanya lagi.

IMF meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini sebesar 0,8 poin persentase. Namun lembaga internasional ini memangkas prospek pertumbuhan 2021 menjadi 5,2 persen.

IMF memperkirakan ekonomi Amerika Serikat (AS) akan turun 4,3 persen tahun ini dan mencatat pertumbuhan 3,9 persen tahun 2021. Pemerintah AS telah mengeluarkan stimulus lebih dari US$ 3 triliun untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang terdampak pandemi Covid-19.

China, yang menjadi negara awal penyebaran virus, ekonominya bisa pulih lebih cepat. Tahun ini, pertumbuhan ekonomi Negeri Ginseng itu diperkirakan mencapai 1,9 persen tahun ini, dan akan meningkat menjadi 8,2 persen tahun depan, menurut laporan itu. "China sangat mempengaruhi ekonomi global. Kalau Tiongkok dikeluarkan dari laporan IMF ini, maka pertumbuhan ekonomi global tahun depan diproyeksikan akan negatif," ucap Gopinath.

Untuk negara miskin, akan membutuhkan pembiayaan lunak serta keringanan utang.

Gopinath menambahkan, sebagian besar negara akan melihat ekonomi mereka kembali ke tingkat sebelum pandemi pada tahun 2022. Beberapa negara seperti di Amerika Latin tidak akan melihat pemulihan sampai 2023.

Ilustrasi Covid-19Ilustrasi Covid-19 (Foto: Pixabay)

Negara-negara seperti India, Spanyol dan Italia diproyeksikan akan mengalami penurunan ekonomi dua digit pada tahun 2020. "Sementara Inggris hanya meleset dari ambang itu dengan kontraksi 9,8 persen," tutur Gopinath.

Menurutnya, di tengah kemacetan ekonomi yang meluas, stimulus pemerintah yang cepat sebesar US $ 12 triliun di seluruh dunia membantu menyelamatkan nyawa dan ekonomi masyarakat serta mencegah bencana keuangan. Namun, kedalaman krisis, yang menyebabkan pengangguran besar-besaran serta lebih dari satu juta kematian, dukungan stimulus berkelanjutan akan menjadi penting, terutama dalam menghadapi risiko yang "luar biasa besar".

"Sangat penting bahwa dukungan kebijakan fiskal dan moneter tidak ditarik terlalu dini," kata Gopinath dalam posting blog yang menyertai laporan tersebut.

Penyebaran Covid-19 tetap menjadi faktor penting dalam pemulihan. Bila krisis pandemi ini masih berlanjut, maka akan mengancam jutaan pekerjaan.

IMF menyerukan kelangsungan hidup termasuk dukungan upah, pembayaran tunai dan jalur kredit untuk usaha kecil dan menengah sampai pemulihan berlangsung. Diingatkan bahwa menghapusnya terlalu cepat dapat menyebabkan gelombang kebangkrutan dan mendorong ekonomi kembali ke dalam resesi.

"Untuk negara miskin, akan membutuhkan pembiayaan lunak serta keringanan utang," kata Gopinath.

Luka Ekonomi

Gopinath mengingatkan, meskipun bila krisis virus sudah berlalu, sebagian besar ekonomi akan mengalami kerusakan permanen. Dalam jangka menengah, pertumbuhan global diperkirakan melambat menjadi 3,5 persen.

"Ekonomi global akan kehilangan output yang menakjubkan sebesar US$ 28 triliun dalam periode lima tahun hingga 2025 dibandingkan dengan ekspektasi sebelum pandemi," ucap Gopinath mengutip laporan Outlook Ekonomi Dunia.

Bank Dunia atau World Bank menyebutkan, lebih dari 150 juta orang kemungkinan akan masuk ke dalam jurang kemiskinan ekstrem pada tahun 2021. Kondisi buruk ini merupakan pertama kalinya dalam lebih dari dua dekade. Sementara IMF memperingatkan bahwa krisis akan memperburuk ketidaksetaraan, terutama bagi perempuan.

Volume perdagangan dunia juga diperkirakan akan anjlok 10,4 persen tahun ini sebelum naik 8,3 persen tahun depan. Untuk itu, IMF meminta pemerintah untuk memikirkan kembali prioritas pengeluaran mereka dan mengarahkan pendanaan ke proyek-proyek yang akan meningkatkan produktivitas, termasuk investasi energi hijau dan pendidikan.

Dengan meningkatnya utang, menurut Gopinath, pembuat kebijakan mungkin perlu menaikkan pajak bagi mereka yang berpenghasilan tertinggi. Dan memastikan bahwa perusahaan membayar bagian pajak mereka secara adil sambil menghilangkan pembelanjaan yang boros. []

Berita terkait
Luhut Jawab Komentar IMF Soal Rasio Utang Indonesia
Luhut menjawab komentar Dana Moneter Indonesia (IMF) yang menyebutkan rasio utang terhadap produk domestik bruto Indonesia mencapai 38% pada 2030.
IMF Beri Keringanan Utang 25 Negara, Indonesia Masuk?
Dewan Eksekutif IMF setuju untuk memberi keringan pembayaran utang pada 25 negara sebagai bagian dari respons dampak pandemi Covid-19.
Bank Dunia Sebut Indeks SDM Indonesia Naik Meski Pandemi
Indeks SDM Indonesia mengalami peningkatan menurut laporan Bank Dunia. Pemerintah lantas mengaitkan dengan belanja negara tahun ini