Yogyakarta - Bakal calon bupati Sleman, Bantul, dan Gunungkidul diimbau untuk bisa merangkul para analis kebijakan. Supaya kebijakan pembangunan yang dibuat benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Pakar Kebijakan Publik Fisipol UGM, Profesor Wahyudi Kumorotomo mengatakan, sebagian besar kepala daerah yang ada sekarang ini minim memiliki tim analis kebijakan yang kuat. Sementara mereka hanya didukung oleh mantan tim sukses yang diangkat sebagai staf ahli atau staf khusus yang tidak memiliki kemampuan di bidang tersebut.
Wahyudi menilai pengambilan kebijakan di tingkat pusat dan di daerah, sebagian besar tanpa dilandasi hasil riset, survei, dan fakta di lapangan. Sehingga kebijakan yang diambil belum terasa di masyarakat secara maksimal. Di sisi lain, di tingkat pusat banyak kebijakan hanya dirumuskan di belakang meja.
“Banyak kebijakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di daerah namun berdasarkan kepentingan," kata dia, Sabtu, 19 September 2020.
Baca Juga:
Menurut dia, tiga kabupaten yang akan menggelar pemilihan kepala daerah (Pilkada) pada 9 Desember 2020 butuh sosok pemimpin yang berani membuat terobosan. Sebab, selama lima tahun terakhir tidak ada perubahan yang signifikan. "Dari segi perkembangan masih di tingkat menengah," katanya.
Ia mencontohkan, saat Hasto Wardoyo menjabat sebagai Bupati Kulon Progo periode 2011-2016 dan 2016-2019 sudah membuat terobosan. Adapun terobosan yang dilakukan ialah peningkatan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang cukup signifikan. "Untuk di Kabupaten Bantul dan Gunungkidul belum seperti itu," ujarnya.
Sementara untuk Kabupaten Sleman, lanjutnya, terjadi peralihan struktur ekonomi masyarakat, dari sektor pertanian ke sektor pengolahan, dan sebagian masuk ke sektor jasa tapi tidak didukung dengan terobosan-terobosan pendukung. "Banyak yang bisa dilakukan pemkab untuk memfasilitasi di sektor jasa seperti bisnis kreatif dengan jasa finansial yang baku," katanya.
Baca Juga:
Untuk jasa sektor wisata yang berkembang selama ini tidak akan selalu sustainable. Misalnya ada desa wisata, lalu desa yang lain latah meniru model bisnis serupa hanya untuk kegiatan wisata outbound. "Yang perlu dilihat adalah pangsa pasarnya akan seperti apa," imbuhnya.
Untuk diketahui, pelaksanaan Pilkada serentak di tiga Kabupaten di DIY diikuti sembilan pasang calon bupati. Pasangan calon bupati terbanyak ada di Gunungkidul dengan empat pasang calon bupati, Sleman tiga pasang calon bupati, dan Bantul dua pasang calon bupati. []