Imbas Covid-19, E-Commerce Aji Mumpung Jualan Sayur

Perusahaan perdagangan secara elektronik atau e-commerce belakangan ini semakin gencar mempromosikan penjualan bahan pangan segar.
Ilustrasi grocery e-commerce. (Foto: futurist.gr)

Jakarta - Perusahaan perdagangan secara elektronik atau e-commerce belakangan ini semakin gencar mempromosikan penjualan bahan pangan segar, seperti sayur dan daging sebagai ladang cuan baru di tengah lesunya aktivitas ekonomi karena pandemi virus corona atau Covid-19.

Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung mengatakan pergeseran fokus tersebut ditengarai akibat dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diberlakukan pemerintah menyusul penyebaran pandemi Covid-19 di Tanah Air.

Menurut dia, orientasi belanja masyarakat saat ini adalah bagaimana memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari ketimbang keperluan lain yang bersifat sekunder. 

“Ya bagus ini, selain sebagai strategi untuk mempertahankan bisnis e-commerce itu sendiri, pemasaran produk grocery juga bisa membantu warga yang tidak bisa keluar rumah akibat PSBB,” kata Ignatius Untung kepada Tagar, Rabu, 29 April 2020.

Baca juga: Finansial Berat, Garuda Tunda Gaji 25 Ribu Pegawai

Ignatius menambahkan kemampuan e-commerce untuk mempromosikan layanan penjualan mereka juga didukug oleh demand yang tinggi dari pasar. Sehingga, kombinasi perminatan yang besar dengan strategi marketing yang tepat diharapkan dapat membuka peluang bisnis secara berkelanjutan.

“Sekarang e-commerce jualan sayurnya lebih masif karena memang kebutuhannya juga besar, hanya saja kita tidak bisa tahu apakah strateginya seperti itu atau aji mumpung melayani kebutuhan masyarakat,” tutur dia.

Beberapa platform e-commerce besar Tanah Air, seperti Shopee dan Tokopedia tengah gencar mengiklankan produk kebutuhan rumah tangga berupa bahan pangan di masa pandemi saat ini.

Sebelumnya, Menteri Koperasi Teten Masduki dalam sebuah teleconference menyebut pihaknya mendorong pengusaha segmen usaha kecil dan menengah (UKM) untuk mensiasati penjualan melalui pemanfaatan media digital.

Pasalnya, pemasaran produk secara offline dinilai kurang relevan dengan kondisi PSSB seperti saat ini. “Saya mengajak pelaku UMKM dan juga koperasi untuk lebih aktif dalam memanfaatkan teknologi digital,” ucap dia, Selasa, 28 April 2020.

Bank Indonesia sendiri mencatat terjadi penurunan nilai transaksi uang elektronik pada sepanjang Februari 2020 menjadi Rp 15,17 triliun. Padahal pada Januari 2020 nilai transaksi yang sama masih bertengger pada kisaran Rp 15,87 triliun.

Mandeknya aktivitas tersebut juga terindikasi dari pembukaan jumlah transaksi yang hanya 431 juta transaksi per Februari 2020 berbanding 457 juta transaksi pada Januari 2020. []

Berita terkait
Hati-hati, OJK Kembali Jaring 81 Fintech Ilegal
Ketua Satgas Waspada Investasi OJK Tongam L. Tobing mengatakan pihaknya telah berhasil menemukan 81 fintech ilegal selama periode April 2020.
Daftar Kebijakan Relaksasi Pajak Selama Covid-19
Dirjen Pajak Suryo Utomo menyampaikan update kebijakan relaksasi pajak yang diberikan pemerintah dalam situasi pandemi Covid-19.
Update Corona Indonesia: 9.711 Positif, 1.391 Sembuh
Pemerintah masih menemukan penambahan kasus positif Covid-19 dalam negeri dalam kurun waktu 24 jam.