Jakarta - Eks Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengkritisi soal pemecatan Terawan Agus Putranto dari keanggotaan IDI Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Menurut Siti, seharusnya IDI membina dokter sekelas Terawan, bukan malah 'membinasakannya'.
Menanggapi hal itu, Ketua Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan Anggota (BHP2A) IDI, Beni Satria menegaskan bahwa pihaknya tak sependapat dengan pernyataan Siti yang menyebut pemecatan Terawan berpotensi mematikan karier. Menurutnya, apa yang dilakukan IDI merupakan bentuk penegakan terhadap kode etik praktik kedokteran.
"Terkait mematikan, tentu kami tidak sependapat dengan itu. Sinergitas antara Ikatan Dokter Indonesia khususnya di dalam menjalankan praktik kedokteran, apakah praktik kedokteran itu sesuai dengan koridor hukum, koridor etik, kemudian juga koridor disiplin, tentu ini hal yang akan sama-sama kita awasi," kata Beni dalam sebuah wawancara yang dikutip pada Senin, 4 April 2022.
Beni menegaskan, tugas dan tanggung jawab IDI adalah membina etika bagi setiap anggotanya. Kode etik itu bukan hanya ada dan berlaku di dalam IDI saja, tetapi juga seluruh organisasi profesi lainnya.
"Organisasi berfungsi agar bagaimana semua organisasi profesi tidak hanya dokter tapi advokat, hakim, semua punya kode etik tersendiri. Ranah kode etik ini lah yang hari ini kami tegakkan berdasarkan beberapa putusan dan ini sudah berlangsung lama sejak 2013," tuturnya.
Sebelumnya, Siti Fadilah menilai apa yang dilakukan IDI terhadap Terawan sama seperti "membinasakan dokter". Menurutnya, organisasi profesi seperti IDI mestinya membina dokter bila memang yang bersangkutan melakukan kesalahan alih-alih memecatnya seumur hidup.
"Padahal sebetulnya IDI kan pembina dokter, bukan pembinasa dokter. IDI adalah pembina dokter, memeluk. Kalo dokternya salah diajarin. Kalo dokternya ada kesulitan ditolongin. Seharusnya IDI itu begitu," kata Siti dalam sebuah wawancara stasiun TV swasta yang dikutip Senin, 4 April 2022.
"Kita bayar loh tiap bulan. Tapi bukan untuk kemudian memecat seumur hidup. Bagaimana memecat seumur hidup orang sekolahnya aja lama, pasiennya saja sudah banyak. Apa nanti namanya Dukun Terawan? Kan enggak lucu," lanjutnya.
Siti khawatir pemecatan Terawan akan memengaruhi produksi vaksin nusantara yang digagas sang Mantan Menkes tersebut. Menurutnya, rakyat justru akan kecewa terhadap IDI bila vaksin nusantara tak jadi diedarkan karena hal ini.
"Saya khawatir kalau pemecatan ini akan mempengaruhi diproduksinya vaksin nusantara oleh Dokter Terawan. Padahal ini adalah karya anak bangsa dan sudah diakui di luar negeri. Dan semuanya berdasarkan suatu fakta-fakta ilmiah yang jelas dan tegas," ungkapnya.
"Kalau sampai memengaruhi beredarnya vaksin nusantara, haduh ini rakyat sudah menanti-nanti, rakyat akan banyak kecewa terhadap IDI," lanjut Siti..
Bahkan, Siti menduga ada permainan bisnis dibalik terhambatnya vaksin nusantara. Ia menyebut kemunculan vaksin nusantara kemungkinan besar "mengganggu" para pedagang konvensional.
"Saya heran kenapa vaksin Nusantara ini susah banget berkembang di Indonesia. Padahal ini kalo di Indonesia berkembang maka segera cepat sekali ke mana-mana [distribusinya] dan akan menguntungkan Indonesia. Saya takutnya persoalan pribadi atau persoalan profesi ditumpangi dengan kepentingan bisnis kelompok tertentu," katanya. []
Baca Juga
- Pemecatan Terawan dari Keanggotaan IDI Belum Keputusan Definitif
- Pemecatan Dokter Terawan dari IDI Dinilai Berbahaya bagi Dunia Kedokteran
- Kemenkes Bantu Proses Mediasi IDI dan Terawan
- \Inilah Alasan Menkes Ingin Mendamaikan Terawan dan IDI