Untuk Indonesia

Hizbut Tahrir adalah PKI Masa Kini

'PKI dan HTI itu lebih berbahaya mana? Sama berbahayanya, hanya berbeda pakaian.' - Denny Siregar
Ilustrasi. (Tagar/AF)

Oleh: Denny Siregar*

Anda tahu bagaimana PKI beraksi dulu?

Pada saat euforia politik terjadi di Indonesia, terbentuklah yang namanya Partai Komunis Indonesia. PKI ini memang kepanjangan tangan negara komunis di dunia waktu itu, yaitu Rusia (dulu namanya Uni Soviet) dan China.

Seperti kita tahu, pada masa itu terjadi perebutan wilayah ideologi komunis yang diwakili Rusia dan China, dan wilayah ideologi Kapitalis yang diwakili Amerika dan negara-negara barat sekutunya. Jerman terbagi dua. Korea dan Vietnam juga. Dan sekarang gelombang itu menuju Indonesia.

Dengan sistem yang legal, PKI menyusup ke pemerintahan, militer sampai dunia pendidikan. Orangnya di mana-mana. Jaringannya solid dan besar. Dan mereka bergerak dengan sabar.

Hingga pada waktunya mereka bergerak untuk menguasai negara, terjadilah pemberontakan yang luas di Indonesia. Dan pada waktu itu, menghancurkan PKI yang sudah bercokol di mana-mana sangat tidak mudah. Militer terpecah dan hampir saja negeri ini menjadi negeri komunis.

Meskipun negeri akhirnya memakai konsep kapitalis seperti yang kita pakai sekarang ini hasil Mbah Harto negosiasi dengan Amerika, kita terhindar dari paham Komunis. Negeri ini akhirnya memilih yang terburuk dari yang paling buruk.

Nah, pola penyusupan yang sama dilakukan oleh Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI.

Gerakan transnasional yang tidak terbatasi oleh batas negara ini, mengulang kembali sistem yang pernah dipakai PKI. HTI masuk melalui jalur pemerintahan, militer dan mengusasi dunia pendidikan.

Polanya sama meski "jubahnya" berbeda. Dulu tahun 1965 pakai jubah "Komunis" karena tren ideologi saat itu. Sekarang pakai baju "Agamis" karena memang kekinian. Sekarang orang kalau dianggap religius, duh senangnya. Sama seperti ketika masa PKI, dianggap keren karena revolusioner.

Musuhnya ya sama, yaitu Nahdlatul Ulama atau NU. Dulu PKI musuh bebuyutan dengan Banser NU. Mereka bisa saling bantai jika bertemu. Hingga akhirnya PKI kalah karena NU dibantu oleh pemerintah.

Sekarang pun HTI dicegat di mana-mana oleh Banser NU. Penyebaran virus ideologi khilafahnya itulah yang harus diredam, dihajar bila perlu. Karena jika HTI berkuasa nanti, NU lah yang dikerdilkan oleh mereka.

HTI dan PKI sama-sama ingin mengganti Pancasila. Jadi benar bahwa tagar #2019GantiPresiden waktu itu berpotensi makar. Karena kata "Ganti" yang dipakai HTI dengan menunggangi oposisi bermakna bukan hanya mengganti seorang Presiden saja, tetapi lebih luas lagi menjadi ganti sistem khilafah dengan khalifahnya dari mereka.

Jadi kalau ada yang tanya, "PKI dan HTI itu lebih berbahaya mana?" Jawab aja, sama berbahayanya. Wong modelnya ya gitu-gitu juga. Cuman sekarang pakaiannya ganti, biar lebih relijius dan diterima.

Nah, sekarang sudah di bulan September mereka akan teriak-teriak "Ganyang PKI, ganyang PKI!"

Supaya apa? Supaya PKI terkubur dan HTI - dengan menunggangi partai dan ormas - tampak menjadi seperti penyelamat negeri ini.

Paham kan, sayang ? Seruput dulu kopinya....

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
0
Gempa di Afghanistan Akibatkan 1.000 Orang Lebih Tewas
Gempa kuat di kawasan pegunungan di bagian tenggara Afghanistan telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan mencederai ratusan lainnya