Hidup Sehat dengan Batatamba Warisan Budaya Kalimantan Selatan

Seseorang yang merasakan tubuhnya tidak sehat, akan berusaha berobat atau "batatamba" (sebutan orang Banjar Kalimantan Selatan).
Seseorang yang merasakan tubuhnya tidak sehat akan berusaha berobat atau "batatamba" (sebutan orang Banjar Kalimantan Selatan).(Foto:Ist)

Banjarmasin, (Tagar 25/12/2017)- Seseorang yang merasakan tubuhnya tidak sehat akan berusaha berobat atau "batatamba" (sebutan orang Banjar Kalimantan Selatan). Sebutan batatamba nyaris tak terdengar di perkotaan, tetapi di daerah-daerah terpencil, kata tatamba masih familier.

Batatamba salah satu warisan budaya urang Banjar Kalsel yang oleh sebagian masyarakat setempat masih mereka lakoni untuk menuju sehat, baik jasmani maupun rohani.

Pasalnya sejak zaman nenek moyang tempo dulu kesehatan jasmani dan rohani sesuatu yang sangat berharga dan mahal sekali karena mempunyai nilai tiada terhingga bagi kesempurnaan hidup dan kehidupan seseorang.

Oleh karena itu berapa pun banyaknya kekayaan serta memiliki uang, kesemua itu tak akan banyak makna dalam hidup dan kehidupan orang tersebut secara paripurna, jika tidak sehat jasmani dan rohani atau jiwa raga.

Sebagai contoh seseorang yang kaya atau banyak duit, tetapi tidak boleh memakan sesuatu yang enak, karena faktor kesehatan atau penyakit yang dia derita, misalnya gula darah (diabet), hipertensi (tekanan darah tinggi), dan hipatitis/liver.

Sementara bagi yang bersangkutan "liur masih manyurung" (bahasa daerah Banjar Kalsel) yang pengertiannya selera masih baik/normal, sehingga kekayaan atau yang banyak menjadi percuma, karena pantangan/larangan jika ingin sehat.

Begitu pula misalnya seseorang yang kaya atau mempunyai duit banyak, tetapi gangguan jiwa/sakit rohani, baik karena alami maupun ulah orang lain yang dengki. Maka kekayaan dan duit yang banyak menjadi tidak berharga, bahkan bisa habis untuk pengobatan, dan itupun belum tentu sehat.

Hal lain yang mungkin agak porno, seseorang yang banyak duit atau kaya raya, namun tidak bisa melakukan hubungan seksual, apalagi menikmati. Sehingga kekayaan tersebut percuma atau mungkin menjadi penikmat bagi orang lain.

Oleh karena itu terkadang orang tanpa menghitung pembiayaan atau berapa banyak uang harus keluar untuk batatamba, yang terpenting dirinya sehat.

Pasalnya dengan sehat tersebut bisa menikmati hidup dan kehidupan, kendati misalnya makan cukup dengan "pucuk gumbili cacap ke sambal acan" (daun singkong dengan sambal terasi). Sebaliknya kalau sedang sakit (garing) buah sawo mentah pun tidak bisa dimakan.

Pada umumnya, batatamba itu sebuah proses pengobatan tradisional bagi masyarakat Banjar Kalsel dan komunitas masyarakat terasing (Suku Dayak) yang merupakan penduduk asli Pulau Kalimantan yang relatif makan waktu, tergantung jenis atau tingkat keparahan penyakitnya.

Proses pengobatan dalam batatamba itu, baik cara mengobati (mananambai) maupun obat-obatan (tatamba) pada umumnya tradisional atau yang sudah mentradisi turun temurun berabad-abad lamanya dan hingga kini masih ada.

Dalam bahasa Banjar Kalsel, batatamba itu berasal dari kata "tatamba" yang artinya obat. Kemudian ditambah awal ba menjadi batatamba yang pengertiannya ialah berobat/pengobatan.

Kata-kata lain berasal dari tatamba tersebut yaitu batatambaan artinya melakukan pengobatan, mananambai = mengobati, dan tatambaan = obat-obatan.

Pengertian dari kata tatamba, batatamba, batatambaan, mananambai dan tatambaan tersebut sebagaimana Kamus Bahasa Banjar Indonesia yang disusun Guru Besar Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Prof Abdul Djebar Hapip.

Namun dalam konotasi masyarakat berpaham tradisional, batatamba itu tak ada sentuhan-sentuhan ilmu kedokteran atau tenaga medis dan paramedis, tetapi lebih banyak secara tradisi.

Sehat jasmani Mungkin kita masih ingat dalam semboyan olahraga ada perkataan bahwa dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Padahal kenyataan pula, ada orang gila atau terkena gangguan jiwa secara fisik-jasmani atau raganya tampak sehat.

Tanpa mempersoalkan asal usul pemikiran atau kata-kata yang bersumber dari masa Yunani Kuno itu, bahwa seseorang normal berpikir menginginkan sehat secara paripurna, yaitu sehat jasmani dan rohani.

Sebutan lain dari jasmani dan rohani itu sebagaimana sebutan dalam Lagu Indonesia Raya, yaitu pengarangnya mendahulukan jiwa, kemudian baru badan, yang berarti pula rohani dan jasmani.

Gangguan jasmani/badan pada umumnya karena pengaruh eksternal atau kelalain/kecerobohan diri sendiri/yang bersangkutan.

Sebagai contoh patah tulang, karena jatuh (gugur = bahasa Banjar), muntah berak (muntaber) atau "bahiraan" (bahasa Banjar), "tasalihu" (keseleo), sakit mata atau "bilisan" (sakit mata berkepanjangan), "manggatar" atau "mariap dingin" (badan gemetar, terkadang dingin dan panas luar biasa tetapi juga gemetar) yang dalam ilmu medis bernama malaria.

Banyak ragam penyakit lain yang mengganggu kesehatan jasmani, baik karena faktor eksternal maupun internal/dari diri pribadi yang bersangkutan.

Sehat rohani Kesehatan rohani atau jiwa merupakan hal yang harus menjadi perhatian secara prima, sebab bisa berdampak negatif, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Karenanya pula harus mendapatkan perhatian bersama agar tidak menimbulkan permasalahan yang berakibat fatal.

Sementara gangguan atau penyakit jiwa bisa faktor internal (dalam diri pribadi sendiri) dan eksternal (pengaruh dari luar). Namun faktor internal itu pun terkadang sebagai sebab akibat dari pengaruh eksternal.

Sebagai contoh gangguan jiwa sebab pikiran yang kusut karena berbagai persoalan pribadi atau keluarga yang kunjung habis/selesai.

Selain itu, karena ketergantungan pada obat atau barang haram (terlarang) seperti narkotika. Kasus ini ada tali temali dengan pengaruh dari luar (berawal dari pergaulan), di samping kelalaian diri sendiri.

Namun percaya atau tidak, ada pula gangguan jiwa karena oengaruh atau gangguan alam gaib. Misalnya karena merusak kebun atau mamatikan anak dari mahluk gaib tersebut.

Padahal hanya membersihkan gulma yang menjelar oleh urang Banjar hulu Kalsel menyebutnya "balaran" dan yang dimatikan ular. Tetapi orang gaib itu menjadikan gulma balaran sebagai kebun dan ular yang mati jelmaan dari anaknya.

Kesalahan persipsi antara manusia dengan makhluk gaib itu juga akhirnya berbuntut terhadap kematian orang membersihkan ladangnya, seperti terjadi pada Hj Umi Kasum dan H Abdurrasid (kejadian ini daerah hulu sungai atau "Banua Anam" Kalsel tahun 1960-an).

Selain itu, karena ulah orang dengki atau senang terhadap orang lain/yang dianggap sebagai saingan. Kejadian ini pernah menimpa almarhumah Hj Rahmah, setiap tengah hari siang menarik-narik rambut karena kepala terasa sakit dan berputar.

Tatamba Dengan melihat jenis penyakit serta asal muasal penyakit tersebut sehingga cara pengobatan atau batatamba-nya pun setidaknya terbagi dua pendekatan/metoda.

Pendekatan pertama batatamba secara medis atau obat-obatan tradisional yang dalam ilmu pengobatan modern mungkin apa yang disebut herbal, serta diurut (dipijat).

Sebagai contoh patah tulang, baik karena jatuh ataupun kecelakaan lalu lintas dan faktor lain, kalau pengobatan secara medis bisa dipotong (diamputasi) dan dibalut dengan semen untuk penyembuhan. Tetapi secara tradisional cukup dengan diurut-urut oleh ahlinya bisa kembali baik.

Untuk penyembuhan patah tulang secara tradisional masih banyak terdapat di "Bumi Perjuangan Pangeran Antasari" Kalsel, seperti Kabupaten Banjar dan Banua Anam provinsi tersebut.

Contoh lain dengan cara diurut-urut dan meminum air kelapa yang dibakar, batu ginjal akan keluar asalkan belum besar atau besarnya masih seperti pasir. Pengobatan ini antara lain terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kalsel.

Sedangkan batatamba atau penyembuhan secara non medis (menggunakan ilmu-ilmu magis/alam gaib) pada umumnya terhadap seseorang yang terkena gangguan jiwa karena ulah orang lain.

Misalnya menyembuhkan perempuan yang "datang bulan" (haid/min) terus menerus karena ulah orang lain. Tenaga ahli tersebut ada pada komunitas masyarakat terasing di Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalsel tahun 1990-an.

Masih banyak tatamba yang menggunakan alam gaib untuk penyembuhan terhadap mereka yang terkena magis hitam, yang terkadang cara tersebut di luar daya tangkap pikiran manusia/irasional.(ant/wwn)

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.