TAGAR.id, Buenos Aires, Argentina - Setelah didiagnosis menderita kanker payudara pada tahun 2009, Paula Estrada, memutuskan bahwa ia tidak hanya akan mengalahkan penyakit itu, tetapi juga tidak akan membiarkan dirinya kehilangan rambut pirangnya akibat kemoterapi.
Di rumahnya di Buenos Aires, Argentina, Estrada memutuskan membuat helm darurat dari kantong es --yang biasanya untuk mengatasi cedera olahraga -- membuat kulit kepalanya tetap dingin sehingga tidak mengalami kerontokan rambut.
Perangkat buatannya ternyata efektif mencegah kerontokan rambut. Hawa dingin dari helm menyempitkan pembuluh darah dan membantu mencegah obat kemoterapi mencapai folikel rambut Estrada.
Estrada menceritakan, pakar onkologi yang merawatnya sempat terkejut melihat rambutnya utuh.
"Pakar onkologi mengatakan, ‘bukankah kamu menjalani kemoterapi?' Saya sangat senang, Tapi saya tidak ingin tinggal diam. Saya ingin semua orang memiliki kesempatan untuk tidak kehilangan rambut, seperti yang saya alami," ujarnya.
Lebih dari satu dekade kemudian, versi helm Estrada telah membantu sekitar 60.000 pasien kanker di Argentina serta Chili, Meksiko, Spanyol dan Amerika Serikat.
Helm semakin banyak digunakan di rumah sakit-rumah sakit utama Argentina setelah disetujui oleh Food and Drug Administration pada tahun 2017.
Gonzalo Recondo, pakar onkologi yang merawat Estrada di rumah sakit CEMIC di Buenos Aires, mengatakan ada bukti jelas bahwa helm ini berguna untuk mencegah kerontokan rambut,
“Suhu dingin dari helm menciptakan penyempitan pembuluh darah (vasokonstriksi); vasokonstriksi menurunkan jumlah obat yang sampai ke folikel rambut dan membantu mencegah kerontokan rambut," kata Recondo.
Helm harus digunakan sejak sesi pertama kemo, dan harus berada pada kondisi suhu minus 20 derajat Celcius dan diganti setiap 30 menit.
Estrada menulis buku tentang pengalamannya itu dan kini sering diundang sebagai pembicara pada acara-acara membangkitkan motivasi. Setiap harinya, ia menghabiskan berjam-jam menanggapi pesan dari orang-orang yang membutuhkan saran untuk menggunakan helm hasil inovasinya,
Maringeles Fernandez, seorang pasien kanker hati berusia 48 tahun, mengatakan bahwa helm itu sangat berharga dan membuatnya melawan penyakit dengan cara yang berbeda.
Elsa Ram, seorang pensiunan berusia 64 tahun yang didiagnosis menderita kanker payudara, setuju.
“Saya pikir helm itu adalah kunci untuk menjaga suasana hati saya. Saya tidak merasakan apa-apa saat memakai helm. Setiap selesai menjalani kemoterapi, saya melepas helm dan menjalani hidup saya seperti orang lain," tutur Ram. (ab/uh)/Reuters/voaindonesia.com. []