Jakarta - Merokok telah menjadi bagian dari tradisi menjalin keakraban sosial. Merokok dianggap wajar di kalangan masyarakat, bahkan rokok telah menjadi kebutuhan dan gaya hidup.
Kenyataan itu menyebabkan jumlah perokok semakin meningkat tiap tahunnya. Bahkan, Indonesia memiliki jumlah penjualan rokok tertinggi kedua di dunia setelah Tiongkok. Setiap tahunnya, terhitung ada 316 juta batang rokok yang terjual di dalam negeri.
Walaupun sudah banyak kampanye dan regulasi yang bertujuan untuk mengurangi frekuensi rokok, nyatanya kebiasaan ini sulit dihilangkan karena adanya zat adiktif dalam rokok yang dapat membuat kecanduan.
Indonesia dinobatkan menjadi negara dengan jumlah perokok terbanyak di Asia Tenggara, persen yaitu 65 juta orang. Diantara angka tersebut, 66 diantaranya adalah laki-laki.
Baca juga:
- Kenali Mythomania, Penyakit Suka Halu Sering Berbohong
- Tiga Cara Ampuh Hilangkan Kecanduan Belanja Online
- Merasakan Makanan Seperti Ini? Bisa Jadi Anda Positif Corona
Di saat yang sama, kanker paru terus menjadi ancaman terbesar sebagai kanker pembunuh pria dewasa nomor satu di Indonesia, dengan lebih dari 26 ribu pasien yang meninggal setiap tahunnya.
Itu menunjukkan bahwa permasalahan rokok tidak dapat dipandang sebelah mata, pasalnya hampir semua kasus kanker paru disebabkan oleh kebiasaan merokok, atau menjadi perokok pasif dalam waktu yang lama.
Untuk itu, diperlukan langkah lebih jauh dan kesadaran dari para perokok untuk turut mengurangi risiko kesehatan dalam jangka panjang. Selain untuk para perokok, pemberian informasi tentang bahaya asap rokok dan upaya preventif perlu digalakkan kepada para perokok pasif, yang secara tidak sengaja terpapar oleh asap rokok di lingkungannya.
Banyak sekali orang yang tidak sadar bahwa dirinya justru sangat beresiko mengalami gangguan kesehatan karena menjadi perokok pasif. Maka dari itu, baik perokok aktif maupun perokok pasif perlu berupaya dalam mengurangi dampak negatif asap rokok dalam tubuh.
Dikutip dari siaran pers Vipro-G, berikut ini beberapa penelitian yang terbukti dapat mengurangi dampak negatif rokok pada tubuh:
Ekstrak teh hijau
Teh hijau terkenal memiliki berbagai manfaat untuk tubuh, terutama karena daun teh hijau mengandung konsentrasi antioksidan yang sangat tinggi, yang disebut polifenol.
Salah satu polifenol dalam teh hijau yang paling bermanfaat adalah Epigallocatechin Gallate (EGCG). Penelitian yang dilakukan oleh Kushargina, Rimbawan, dan Setiawan (2018) menunjukkan bahwa antioksidan pada teh hijau dapat memperbaiki 50 persen kerusakan sel akibat asap rokok, terutama karena kandungan EGCG-nya yang tinggi.
Kebiasaan minum extrak teh hijau 3 kali sehari selama 4 minggu dapat menurunkan radikal bebas pada perokok sedang (11-15 batang per minggu).
Ilustrasi. (Foto: Pixabay/rawpixel)
Buah dan sayuran
Perokok aktif maupun pasif memiliki risiko tinggi untuk terkena penyakit paru obstruktif kronik (COPD). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memprediksi bahwa jumlah penyakit paru akut ini akan terus meningkat tajam dan menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab kematian tertinggi di dunia pada tahun 2030.
Untuk mencegah hal tersebut, sebuah penelitian dari Kaluza, et al. (2015) menemukan bahwa ternyata konsumsi buah dan sayuran berbanding lurus dengan pengurangan risiko COPD. Setiap satu porsi buah dan sayuran yang dikonsumsi harian dapat mengurangi risiko penyakit paru kronik sebesar 8 persen bagi perokok aktif dan 4 persen bagi perokok yang telah berhenti.
Ilustrasi makanan sehat dan seimbang. (Foto: Pexels)
Batasi jumlah rokok
Sangat sulit bagi perokok berat atau perokok sedang untuk dapat berhenti merokok dalam waktu singkat.
Penelitian yang dilakukan Asosiasi Medis Amerika menyatakan bahwa mengurangi jumlah rokok dari 20 ke 10 batang per hari akan mengurangi risiko kanker paru sebesar 27 persen. Bahkan, risiko ini bisa dipangkas hingga 90 persen jika perokok memutuskan untuk berhenti sebelum berumur 45 tahun.
Ilustrasi rokok. (Foto: Pixabay)