Jakarta - Peneliti Alpha Research Database Indonesia Ferdy Hasiman mengatakan penurunan harga komoditas minyak dapat membawa berkah tersendiri bagi perbaikan keuangan pemerintah. Sebab, selisih harga pembelian minyak dengan harga jual di masyarakat dapat menambal arus kas negara yang selama ini jebol untuk penangan pandemi Covid-19.
“Pertamina kan saat ini belum menurunkan harga jual BBM [bahan bakar minyak] di pasaran domestik, padahal harga minyak dunia sudah turun. Nah, selisih ini bisa dipakai untuk menambal APBN [Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara],” ujar Ferdy Hasiman kepada Tagar di Jakarta beberapa waktu lalu
Maka kata dia, ada baiknya pemerintah tidak cepat-cepat melakukan penyesuian harga di dalam negeri. Berdasarkan pengamatannya di lapangan, masyarakat tidak terlalu mempermasalahkan harga BBM pertamina saat ini.
“Untuk Pertamina sendiri mereka harus pandai-pandai menjaga keseimbangan supaya fluktuasi harga minyak ini tidak berimbas jauh dan memberatkan konsumen di tingkat masyarakat,” ucapnya.
Harga komoditas minyak terus mengalami tekanan seiring dengan kelesuan global akibat pendemi Covid-19. Rekdaksi Tagar mencatat minyak mentah Amerika Serikat (AS) turun sekitar 20 persen menjadi di bawah 15 dolar AS per barel pada Senin, 20 April 2020. Besaran tersebut merupakan level terendah dalam dua dekade terakhir.
Sementara itu, harga minyak acuan West Texas Intermediate yang menjadi patokan AS turun 18,7 persen menjadi 14,84 dolar AS per barel.
Untuk diketahui, pada sepanjang 2019 impor BBM yang dilakukan oleh Pertamina berjumlah 80,6 juta barel. Besaran tersebut setara dengan valuasi 5,7 miliar dolar AS. Adapun, sumber pengiriman berasal dari beberapa negara, seperti diantaranya dari Arab Saudi, Nigeria, Algeria, Amerika, dan Australia.
Terkhusus Amerika, pemerintah berencana menambah kuota impor menjadi hampir dua juta barel pada 2020. Angka tersebut melonjak dari realisasi impor 2019 yang hanya sebesar 1,3 juta barel. []