Hanya PA 212 yang Sanggup Kumpulkan Jutaan Massa

Juru Bicara PA 212 Novel Bamukmin klaim dalam sejarah manusia dan dunia, yang bisa kerahkan massa belasan juta hanya PA 212.
Novel Bamukmin berbicara soal kecurangan Pemilu 2019 di kantor Tagar, Rabu 26 Juni 2019. (Foto: Tagar)

Jakarta - Juru Bicara Persaudaraan Alumni atau PA 212 Novel Bamukmin mengklaim bahwa dalam sejarah manusia diciptakan dan dalam sejarah dunia, yang bisa mengerahkan massa hingga menembus belasan juta hanya PA 212. 

“Dalam sejarah manusia diciptakan, hanya kami alumni 212 dengan izin Allah bisa mengumpulkan manusia 7 juta orang, tahun 2016-2018. Bahkan lebih dari 10 juta (orang) yang kumpul di sekitaran Monas,” kata dia.

Berkaca pada keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang tetapkan hasil rekapitulasi suara Pemilu dipercepat satu hari menjadi Selasa dini hari, 21 Mei 2019, Novel menduga putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 bakal dimajukan. Keputusan sengketa Pilpres di MK sebelumnya diagendakan pada Jumat 27 Juni 2019. Namun, belakangan diubah menjadi Kamis 26 Juni 2019.  

Dalam sejarah manusia diciptakan, hanya kami alumni 212 dengan izin Allah bisa mengumpulkan manusia 7 juta orang tahun 2016-2018. Lebih dari 10 juta bahkan yang kumpul di sekitaran Monas.

“Bahwa ada kemungkinan menduga-duga keputusan daripada MK ini bisa lebih maju karena kita mengingat keputusan KPU (rekapitulasi suara) pun bisa maju,” ujar Novel dalam wawancara khusus di kantor Tagar, Jalan Cawang Baru Utara, Jakarta Timur, Rabu, 26 Juni 2019.  

PA 212, FPI, GNPF-Ulama, relawan Prabowo-Sandiaga, serta ormas keagamaan lainnya menggelar halalbihalal di Patung Kuda, Monas yang puncaknya diperkirakan hari ini. Novel mengatakan aksi kedaulatan rakyat akan berlangsung damai.

“Karena masih masuk bulan Syawal, masih masuk hari lebaran, sekaligus halalbihalal. Ini kita berkumpul bersama dengan alumni 212. Kalau sudah berkumpul alumni 212 dari mana pun insya Allah hadir basis massa yang memang rutin terbanyak datang dari Jabodetabek, Jabar dan Banten,” kata dia. 

Menurut Novel, dalam beberapa hari terakhir ini aksi kedaulatan rakyat berjalan dengan tertib dan lancar. Ia mengapresiasi kinerja kepolisian yang tak membendung hak berpendapat warga negara Indonesia

“Kita sama-sama menjaga kondusifitas dan juga aspirasi bisa didukung untuk penyampaian langsung di sekitaran MK,” kata tim Advokasi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga itu.

Ia menyatakan PA 212 bersama ormas lainnya disebutnya perlu menggelar aksi kedaulatan rakyat. Agar MK tidak disetir oleh pihak tertentu dalam memutuskan sengketa Pilpres pertarungan kedua Jokowi vs Prabowo.

“Kita hadir memberikan support mengawal MK, agar MK ini tidak takut kepada intervensi manapun, dari kepentingan siapapun, agar MK bisa dengan memutuskan seadil-adilnya harapan masyarakat yang lebih luas.  MK bisa memutuskan dengan seadil-adilnya tanpa takut intervensi dari pihak manapun,” ujar dia.

Jemawa dengan Realitas 

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin memandang hal yang dibanggakan Novel mengenai meledaknya massa suatu realitas yang tak bisa disangkal. Namun, mantan politikus PBB itu di mata Ujang terlalu jemawa. 

“Bisa jadi. Memang benar (PA 212) berhasil mengumpulkan massa hingga yang disebutnya. Sebab ketika kita melihat gerakan yang lalu, memang terjadi. Tetapi apa maknanya? Apakah gerakan 212 untuk mengawal NKRI atau untuk tujuan lain,” imbuh dia.

Menurut dia, aksi pengerahan massa aksi 212 sah-sah saja sepanjang aksi tersebut berjalan tertib, damai, dan simpatisan massa mematuhi aturan perundang-undangan.

Ujang melanjutkan, soliditas PA 212 tak perlu diragukan berhasil melengserkan Ahok dari kursi DKI-1. Soliditas tersebut diprediksi gerakan terbesar di dunia demonstrasi.

Namun persoalan klaim Novel, ia rasa tak penting apabila ditujukan untuk gagah-gagahan, tanpa eksistensi organisasi.

“Begitu mengumpulkan orang berdemonstrasi sah-sah saja ketika mengungkapkan aspirasi politik. Tetapi kalau untuk kegagahan harus ditinjau ulang,” tutur dia.

PA 212 dan ormas lainnya tak mengindahkan imbauan Prabowo yang sempat melarang pendukungnya menggelar aksi di MK. Ujang menilai, hal tersebut terjadi karena komunikasi politik antar partai dengan non partai tak berjalan lancar.

“Dia (PA 212) yang selama ini mendukung non partai politik, ini pertarungan non parlemen bukan diparlemen. Tetapi memang gerakan-gerakan massa yang di geraki juga menjadi bagian terpenting dalam sejarah pascareformasi. Artinya memang ada gerakan kelompok islam yang berdemonstrasi besar damai, nyaman, yang itu memang dikelola kubu 02,” tuturnya

Menurut Ujang, ijtimak ulama bukanlah gerakan keagamaan tulen yang mendukung Prabowo secara pasang surut. Gerakan itu sempat menominasikan Salim Segaf Al Jufri dan Ustaz Abdul Somad sebagai pendamping Prabowo, namun dia lebih memilih seorang pebisnis, Sandiaga Uno. []

Baca juga:

Potensi Kerusuhan Massa FPI dan PA 212 dalam Sidang MK

Berita terkait
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.