Hadiri Pameran Koleksi Istana, Mega Tulis Apa di Buku Itu?

Usai menghadiri Pameran Lukisan Koleksi Istana Kepresidenan, Megawati Soekarno Putri memberikan pesan dan kesannya di buku yang disedikan bagi pengunjung.
Presiden kelima RI Megawati Soekarno Putri (kanan) didampingi kurator pameran Asikin Hasan (kedua kanan) melihat salah satu satu koleksi lukisan Istana Kepresidenan pada pameran lukisan bertajuk Senandung Ibu Pertiwi di Galeri Nasional, Jakarta, Kamis (10/8). Pameran dalam rangka peringatan HUT ke-72 RI tersebut menampilkan 48 lukisan karya 41 pelukis yang diciptakan antara abad 19 dan 20, yang terbagi menjadi empat tema yaitu, Keragaman Alam, Dinamika Keseharian, Tradisi dan Identitas, dan Mitologi dan Religi. (Foto: Ant/Muhammad Adimaja)

Jakarta, (Tagar 11/8/2017) - Usai menghadiri Pameran Lukisan Koleksi Istana Kepresidenan Republik Indonesia, dengan tema 'Senandung Ibu Pertiwi', Megawati Soekarno Putri memberikan pesan dan kesannya yang tertulis di buku yang disedikan bagi para pengunjung.

"Dalam perjuangan Indonesia Merdeka. Para Seniman pun termasuk pejuang bangsa yang ikut menorehkan karya-karya mereka dalam bingkai-bingkai peristiwa-peristiwa yang tidak bisa di rekam melalui photo atau teknologi modern," tulis Mega di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Kamis (10/8).

Sekaligus Megawati mengharapkan segala bentuk kesenian di Indonesia jangan pernah pudar. "Seniman lukis, musik, tari, jangan pudar karyamu bagi nusa dan bangsa. Merdeka. Megawati, Presiden ke-5 RI," tambah Mega menutup pesannya pada buku itu.

Adapun pameran itu dalam rangka menyambut 72 tahun Kemerdekaan RI, dimotori oleh Kementerian Sekretariat Negara dengan menyelenggarakan Pameran lukisan Koleksi Istana Kepresidenan Republik Indonesia. Pameran bertajuk 'Senandung Ibu Pertiwi' ini dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo dan mulai digelar pada 2-30 Agustus 2017 di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Datang yuk berkunjung! (ard)

Berita terkait
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi