Gula dan Karbohidrat Bisa Rusak Otak

Mengonsumsi gula dan karbohidrat secara berlebihan punya dampak buruk pada otak. Bahkan juga menyebabkan masalah kesehatan mental.
Ilustrasi makanan mengandung karbohidrat. (Foto: Pixabay)

Jakarta - Mengonsumsi gula dan karbohidrat secara berlebihan punya dampak buruk pada otak. Bahkan juga menyebabkan masalah kesehatan mental.

Mengutip Antara, Senin 10 Juni 2019, dokter Georgia Ede, M.D. dari Diet Doctor seperti dilansir Medical Daily mengatakan karbohidrat olahan memiliki efek negatif pada senyawa yang memasuki otak. Zat ini dapat mengacaukan hormon-hormon tertentu dan memengaruhi suasana hati secara negatif.

Ketika hormon insulin terpengaruh, hormon lain dalam tubuh juga bisa terpengaruh, termasuk hormon pengatur tekanan darah aldosteron, hormon seks estrogen dan hormon stres adrenalin dan kortisol.

Tingkat fluktuasi hormon-hormon tadi bisa menyebabkan banyak masalah dan kebanyakan mempengaruhi kesehatan mental, seperti perubahan suasana hati, serangan kecemasan, insomnia, lekas marah dan kesulitan berkonsentrasi.

Ketika kita mengonsumsi terlalu banyak gula dan karbohidrat maka kesehatan otak kita terancam. Konsumsi berlebihan karbohidrat olahan sebenarnya meningkatkan oksidasi dan peradangan, dua penyebab dan gejala dari banyak penyakit, termasuk gangguan psikotik semisal skizofrenia dan gangguan bipolar.

Untuk itu, diet rendah karbohidrat dan ketogenik bisa menjadi pemacu kesehatan otak. Rencana makan ini dikatakan memberi otak energi melalui ketogenesis dan glukoneogenesis.

Asupan rendah karbohidrat meningkatkan produksi keton tubuh yang dapat menyediakan hingga 70 persen dari kebutuhan energi otak.

Di sisi lain, glukoneogenesis memberi otak pasokan glukosa yang dibutuhkan bahkan jika asupan karbohidrat cukup rendah.

Oleh sebab itu, ketika karbohidrat rendah, otak mendapatkan bahan bakarnya dari keton yang diproduksi melalui ketogenesis dan glukosa yang diproduksi di hati melalui glukoneogenesis.

Baca juga: 

Berita terkait
0
Pandemi dan Krisis Iklim Tingkatkan Buruh Anak di Dunia
Bencana alam, kelangkaan pangan dan perang memaksa jutaan anak-anak di dunia meninggalkan sekolah untuk bekerja