Guide Termuda Taman Sari Diminta Jadi Menantu Dokter

Salsa sudah menjadi pemandu wisata di Taman Sari sejak duduk di bangku sekolah dasar. sejarah Taman Sari dirinya pelajari dari internet.
Seorang pemandu wisata Kompleks Situs Taman Sari, Yogyakarta, yang tergabung dalam Tim Support, menunggu di salah satu tikungan di kawasan itu, Jumat, 10 Juli 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Yogyakarta - Obyek wisata Taman Sari, Yogyakarta kembali dibuka untuk umum sejak 8 Juli 2020. Belasan orang terlihat berdiri tidak jauh dari loket tiket masuk obyek wisata Taman Sari, Yogyakarta, Jumat, 10 Juli 2020. 

Seluruhnya terlihat rapi dan mengenakan masker. Beberapa di antaranya juga mengenakan faceshield. Mereka adalah para pemandu wisata atau tour guide sedang mengikuti briefing pagi. 

Saya lupa juga (sejak kelas berapa), tapi masih SD. Awalnya sih cuma ngelihat ayah kok kayaknya kerjanya enak, iseng aja sih pertamanya.

Aktivitas rutin yang dilaksanakan sejak destinasi wisata itu kembali dibuka. Masker dan faceshield menjadi barang yang wajib selain hand sanitizer.

Beberapa belas meter dari para pemandu wisata sedang mengikuti briefing tersebut, sejumlah calon wisatawan tampak berdiri menunggu loket dibuka. Sementara, seorang gadis berhijab duduk tidak terlalu jauh dari mereka.

Gadis itu, Salsabilla Fitri Innazfauziah, 20 tahun, merupakan satu dari puluhan pemandu wisata di Taman Sari. Salsa, sapaan akrabnya merupakan pemandu wisata termuda di situ. Dia menjadi pemandu wisata sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).

"Saya lupa juga (sejak kelas berapa), tapi masih SD. Awalnya sih cuma ngelihat ayah kok kayaknya kerjanya enak, iseng aja sih pertamanya," kata gadis tidak pernah melepas maskernya selama berada di tempat itu.

Setelah Salsa tamat SD, ayahnya menyarankan agar Salsa belajar sejarah tentang Taman Sari, agar bisa lebih detil menjelaskan pada wisatawan. Salsa pun belajar pada pemandu wisata senior di Taman Sari.

Tidak puas hanya belajar secara lisan, Salsa kemudian rajin membuka-buka internet untuk mempelajari sejarah Taman Sari.

"Mereka (senior) cerita langsung tak praktekin, tapi crosscheck di internet juga, tanya-tanya juga sama yang ngerti sejarahnya Taman Sari itu kayak gimana, supaya aku menjelaskan enggak simpang siur," tuturnya.

Salsa mengaku pada awalnya hanya menjadi pemandu untuk wisatawan domestik, sebab untuk wisatawan mancanegara biasanya sudah dihandel oleh pemandu lain.

Taman Sari YogyakartaPemandu wisata atau guide termuda di kawasan Taman Sari, Yogyakarta, Salsabilla Fitri Innazfauziah, 20 tahun, melintas di depan mural yang ada di area Taman Sari, Jumat, 10 Juli 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Diminta Menjadi Menantu Wisatawan

Mengenai suka dan duka menjadi pemandu wisata termuda, kata Salsa, dia lebih banyak mengalami suka daripada duka. Selain mendapatkan uang jasa, dia juga mendapat banyak pengalaman, karena sering menghadapi berbagai tipe wisatawan.

Pernah, kata Salsa, ada wisatawan jatuh hati padanya. Ada juga meminta untuk wefie atau berswafoto bersama. Bahkan, Salsa pernah diminta untuk menjadi menantu wisatawan yang berkunjung. Hal itu terjadi sebanyak dua kali, dari wisatawan yang berbeda.

Kejadian pertama terjadi saat Salsa masih sekolah di salah satu SMK Pariwisata di Yogyakarta. Saat itu Salsa memandu keluarga seorang dokter bertugas di salah satu rumah sakit di Jakarta.

"Dia bilang, 'Mbak Salsa mau ya jadi mantu saya, soalnya anak saya yang nomor tiga belum nikah'. Jadi saya bilang, 'Nggak, Pak. Terima kasih tawarannya, tapi saya masih sekolah'. Saya bilang gitu," kata Salsa.

Peristiwa kedua terjadi saat Salsa mengantar wisatawan dari Jakarta juga. Tapi kali ini ibu dari si wisatawan memintanya menjadi menantu.

"Dik Salsa jadi mantu saya aja ya, anak saya sekarang enggak punya pacar".

"Jadi saya bilang, 'Ibu terima kasih tawarannya'. Sambil saya ketawa-ketawa," ucap gadis mengaku sampai sekarang belum mempunyai pacar ini.

Hal-hal semacam itu, bagi Salsa hanya merupakan bumbu dari pekerjaan dan tidak untuk dipikir secara serius. Mengenai duka dialami selama menjadi pemandu wisata, salah satunya adalah saat wisatawan membandel dan tidak taat aturan, khususnya saat pandemi Covid-19. 

Dia mencontohkan wisatawan tetap ingin memegang bangunan atau bagian-bagian dari situs Taman Sari. 

"Misalnya pas pandemi gini, kan nggak boleh pegang bangunan, tapi masih ngeyel (ngotot), padahal kan aturannya gitu. Kan kasihan pemandunya juga," tuturnya.

Taman Sari YogyakartaDua wisatawan berpose di salah satu spot foto di area Taman Sari, yakni Sumur Gumuling, Jumat, 10 Juli 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Perubahan Kebiasaan Akibat Pandemi

Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal dalam kehidupan, termasuk protokol dan standar serta jam kerja pemandu wisata di Taman Sari.

Saat ini, ada aturan baru yang disepakati oleh pengelola dan pemandu wisata, yakni pemerataan tugas pemandu. Dari sekitar 80 pemandu wisata yang ada, dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing beranggotakan 23 orang.

Dalam sehari kedua puluh tiga orang ini akan bergantian mengantarkan wisatawan, sehingga masing-masing pemandu mendapatkan kesempatan yang sama. Juga diberlakukan patokan harga untuk jasa pemandu, yakni Rp100 ribu.

"Kalau dulu kan setiap hari kita bisa cari tamu nih, dan jamnya fleksibel, nggak ditentuin atau dipatok. Kalau sekarang, berangkat harus jam setengah delapan, pulang jam lima. Bener-bener pakai jam kerja. Kalau dulu kan orang ngeliat guide itu santai, cuma kayak orang main tapi dibayar," tuturnya.

Dengan sistem baru tersebut, menurut Salsa, pemandu menjadi lebih tertata. Tapi wisatawan yang sudah memiliki pemandu langganan, akan lebih sulit diantar oleh pemandu yang disukainya, sebab untuk membuat janji menjadi lebih sulit.

"Sekarang enggak bisa begitu, karena ada jadwalnya. Jadi kalau belum waktunya dia bawa tamu ya enggak bisa," kata Salsa.

Selain jam kerja, perbedaan lain adalah penghasilan. Dulu, sebelum pandemi, Salsa mengaku bisa mendapatkan Rp500 ribu per hari. Bahkan jika hari libur, dia bisa meraup hingga Rp1 juta per hari.

Tapi, dengan sistem baru ini, tidak bisa. Sebab semua sudah diratakan, yakni Rp100 ribu untuk sekali antar. Penghasilan tambahan bisa diperoleh hanya jika wisatawan memberikan uang tips.

"Disamain. Pokoknya tamu udah dipatok harga Rp100ribu di luar tiket masuk. Itu untuk satu rombongan, minimal lima orang dan maksimal 10 orang. Jadi penghasilannya semua sama, kecuali kalau ada tamu yang kasih tips," kata dia.

Pematokan harga jasa guide sebesar Rp100 ribu, menurut Salsa, sekaligus bertujuan agar tamu menghargai pemandu. Sebab sebelumnya, saat tidak ada standar harga jasa, ada tamu yang membayar Rp5 ribu, Rp10 ribu, bahkan pernah ada yang tidak membayar dan tidak mengucapkan terima kasih.

"Muter sampai dua jam cuma ngasih Rp20 ribu, ada yang nggak ngasih, malah ada yang langsung cabut nggak bilang terima kasih".

Taman Sari YogyakartaDua pemandu wisata di kawasan wisata Taman Sari, Yogyakarta, berkoordinasi untuk keamanan dan kenyamanan pengunjung maupun pemandu dan warga sekitar, Jumat, 10 Juli 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Dua Tim Pemandu Wisata

Suasana Taman Sari pagi itu cukup sunyi. Wisatawan datang pun tidak sebanyak hari-hari sebelum pandemi Covid-19. Para pemandu wisata berdiri di depan gerbang masuk kompleks Taman Sari, menunggu giliran mereka mengantar wisatawan.

Selain pemandu wisata yang berada di depan pintu masuk, beberapa pemandu wisata lainnya sudah ada di dalam kawasan Taman Sari, duduk di beberapa titik. Mereka adalah tim pendukung bertugas membantu tim guide.

Ketua Umum Paguyuban Pramuwisata Taman Sari Yogyakarta (PPTSY), Agus Purwanto, menjelaskan, paguyuban telah membuat standarisasi pemandu yang bekerja di situ.

PPTSY membagi pemandu wisata yang bertugas menjadi dua, yakni Tim Guide dan Tim Support. Tim Guide bertugas mengantar wisatawan berkeliling, sementara Tim Support membantu Tim Guide dalam mengestimasi dan memanajemen waktu kunjungan. Tujuannya untuk mengantisipasi terjadinya penumpukan wisatawan.

"Bagi yang sudah mengantar wisatawan, dia wajib melapor ke TIC (tourist information center) kemudian mereka menggantikan Tim Support. Jadi sekarang kita bantu Tim Guide, sebentar kita dibantu," jelasnya.

Agus menjelaskan, ada jeda waktu tertentu untuk setiap grup wisatawan satu dengan lainnya. Saat grup pertama masuk area Taman Sari, grup kedua harus menunggu sekitar 10 menit untuk bisa masuk. Begitu seterusnya.

"Agar tidak ada penumpukan. Di satu spot kita rata-rata berhenti delapan sampai 10 menit. Di situlah fungsi Tim Support supaya Tim Guide fokus melayani wisatawan tanpa harus memikirkan estimasi waktu," lanjutnya.

Taman Sari YogyakartaSeorang pemandu wisata Kompleks Situs Taman Sari, Yogyakarta, yang tergabung dalam Tim Support, menunggu di salah satu tikungan di kawasan itu, Jumat, 10 Juli 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Larangan untuk Pemandu dan Tamu

Selain mengatur estimasi waktu dan membuat dua tim, ada beberapa aturan lain yang wajib dipatuhi oleh wisatawan maupun pemandunya.

Pemandu wisata harus dalam kondisi prima, kemudian wajib mengenakan masker, faceshield, dan membawa hand sanitizer. Sehingga tamu dan wisatawan tetap merasa aman dan nyaman.

Sementara, larangan untuk wisatawan, di antaranya tidak boleh berinteraksi secara langsung dengan warga sekitar, misalnya berhenti dan bercakap-cakap. Kedua, dilarang menyentuh bangunan apa pun.

"Itu untuk keamanan dan kenyamanan," kata dia.

Pengunjung juga wajib diperiksa suhu tubuhnya. Sebab pengelola dab pemandu wisata ingin agar wisatawan merasa aman dan nyaman.

Kompleks wisata Taman Sari berada di tengah perkampungan warga, maka ditetapkan bahwa pengunjung dalam satu grup maksimal 10 orang. Hak itu untuk meminimalisir interaksi dengan warga, sebab tidak semua warga memiliki sudut pandang yang sama.

"Kita mencegah timbulnya klaster dari kompleks wisata yang baru dibuka. Karena nanti imbasnya pada roda perekonomian," kata Agus.

Mengenai pembagian pemandu wisata menjadi tiga grup atau kelompok, menurutnya agar tercipta rasa keadilan. Sebab pada hari biasa belum tentu mereka mendapatkan tamu.

"Kita ada istilah adil dan merata. Semua memiliki kesempatan untuk mengantar wisatawan dan mendapatkan hasil, tapi mereka juga mempunyai tanggung jawab untuk membantu teman-teman lain dalam melaksanakan rule perjalanan wisata di kompleks ini," ucap Agus. []

Berita terkait
Menengok Gaya Bersepeda di Negeri Syariat Islam
Mengatur formasi sambil berdayung sepeda, mereka tampak semangat hingga berkeringat menyusuri ruas jalan Kota Banda Aceh di tengah pandemi corona.
Tahu Kecap, Kuliner Malam Legendaris Khas Kudus
Tahu kecap. Namanya sederhana. Namun cita rasanya tak kalah dengan kuliner legendaris lain di Kudus.
Bedah Rumah di Taput Dinikmati Warga Pemilik Avanza
Orang kaya memperoleh bantuan bedah rumah tidak layak huni dari APBD ditemukan di Desa Lumban Somin, Kecamatan Pangaribuan, Tapanuli Utara.
0
Rapid Test Covid-19 di Jerman Akan Dikenakan Biaya
Jerman akan mulai menarik bayaran untuk tes rapid Covid-19 yang sebelumnya gratis, kelompok yang rentan akan dikecualikan dari biaya tes