Geser Jamban Terapung, Proyek Siring Sulap Banjarmasin

Era 1980-an, orang dengar Kota Banjarmasin bayangannya penuh dengan kekumuhan, khususnya di bantaran sungai, terutama di Sungai Martapura.
FESTIVAL ANAK SALEH INDONESIA: Presiden Joko Widodo menyapa para santri usai pembukaan Festival Anak Saleh Indonesia X di halaman Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), Jumat (15/9). FASI X tahun 2017 yang berlangsung 13-16 September 2017 tersebut diikuti kafilah dari 24 provinsi. ( Foto: Ant/Herry Murdy Hermawan/).

Banjarmasin, Ibu Kota Kalimantan Selatan (Kalsel), pada pertengahan September 2017 menjadi tempat perhelatan Festival Anak Saleh Indonesia (FASI) ke-10, dibuka oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Wajah Banjarmasin terkini tak lagi seperti era tahun 1980-an.

Pada era 1980-an hingga 1990-an, orang dengar Kota Banjarmasin bayangannya penuh dengan kekumuhan, khususnya di bantaran sungai, terutama Sungai Martapura yang terlihat jelas di pusat kota.

Kesan kumuh bukan saja karena banyaknya tumpukan sampah di bantaran sungai, melainkan begitu banyak bangunan rumah permukiman penduduk yang terbuat dari kayu beratap daun rumbia yang tak beraturan tempatnya, bahkan bangunannya agak ke tengah hingga menyita kawasan sungai.

Belum lagi di sana sini terlihat rumah-rumah lanting untuk home industry dan permukiman, juga terdapat jamban-jamban (WC terapung), bahkan tumpukan kayu galam dan kayu gergajian di beberapa lokasi.

Akan tetapi, sejak sepuluh tahun terakhir, kondisi bantaran sungai tersebut berbalik 180 derajat, terlihat asri, penuh taman-taman dengan aneka bunga, taman bermain, pohon-pohon penghijauan, lampu-lampu hias, toilet wisata, serta aneka fasilitas wisata lainnya, termasuk dermaga wisatanya.

Di lokasi itu pun terdapat panggung hiburan, lokasi pasar terapung, pusat kuliner aneka khas makanan lokal, seperti nasi kuning, pusat jajanan jagung bakar, dan banyak lagi kegiatan yang menggambarkan lokasi itu sebagai objek wisata yang dijuluki sebagai kota "seribu sungai".

Bahkan, di lokasi bantaran sungai juga terdapat fasilitas bangunan menara pandang sehingga jika orang masuk ke menara akan melihat Kota Banjarmasin berpenduduk sekitar 800.000 jiwa ini dari atas.

Pemkot pun melengkapi kawasan bantaran sungai dengan monumen kera besar berwarna kuning kemerahan berbadan besar, yakni Monumen Bekantan (Nasalis Larvatus).

Semua tersebut tercipta berkat gencarnya Pemerintah Kota Banjarmasin melalui Kantor Dinas Sumber Daya Air dan Drainase (SDA) membangun proyek siring yang membuat kawasan tersebut menjadi wilayah waterfront city.

Walau Kantor SDA sekarang berdasarkan aturan pemerintah hanya bidang di bawah Dinas PU, tidak menurunkan semangat Pemkot untuk terus membenahi bantaran sungai melalui proyek siring.

Seperti diakui Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina saat dialog pada acara panderan gardu BanjarTV, pembangunan proyek siring merupakan prioritas untuk menciptakan Banjarmasin sebagai kota metpropolis.

Masalahnya, Banjarmasin tidak miliki apa-apa, seperti hutan, tambang, atau lahan pertanian, tetapi hanya memiliki sungai agar kota ini maju, bagaimana sungai diolah untuk mendukung ekonomi masyarakat.

Dengan dasar pemikiran tersebut, Pemkot Banjarmasin didukung Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan pemerintah pusat dalam hal ini Balai Besar Wilayah Sungai Kementerian Pekerjaan Umum (PU) bertekad membenahi bantaran sungai menjadi wilayah waterfron city.

Waterfront City

Waterfront city adalah konsep pengembangan kota di tepian air, baik itu tepi pantai, sungai, maupun danau.

Pengertian "waterfront" dalam bahasa Indonesia secara harfiah adalah daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan.

Konsep waterfront city dikembangkan mengingat Kota Banjarmasin tergolong kota yang unik dibanding kota di mana pun karena terdapat sungai yang membelah kota dengan posisi meliuk-liuk.

Berdasarkan catatan, tak kurang dari 102 sungai membelah kota seluas sekitar 98 kilometer persegi ini, sungai-sungai tersebut merupakan anak dari dua sungai besar, yakni Sungai Barito dan Sungai Martapura.

Sutjiono, warga Jakarta yang pernah ke Banjarmasin dalam kaitan pertemuan dengan Direksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih Kota Banjarmasin pernah berkomentar tentang keberadaan sungai di Banjarmasin sebagai berkah.

Menurut dia, sungai di Banjarmasin jika dipelihara selain bisa menjadi sumber air baku untuk air bersih juga menjadi lokasi wisata.

Lihat juga kota Bangkok Thailand, Hong Kong, Nederland Belanda, Vinessia Italia, atau Singapura, sungai ditata sedemikian rupa hingga menjadi sebuah objek wisata yang menarik telah berhasil menciptakan kota tersebut sebagai kota tujuan wisata dunia.

Melihat kenyataan tersebut sebenarnya Kota Banjarmasin bisa mengejar kemajuan kota-kota ternama di dunia, tentu dengan memanfaatkan sungai dengan sebaik-baiknya.

Apalagi, Banjarmasin memiliki jumlah sungai yang melebihi dari kota-kota yang disebut di atas, yang sebenarnya memiliki kelebihan tersendiri, tinggal bagaimana pemerintah kota ini menciptakannya lebih menarik lagi.

Metropolis

Pembangunan proyek siring untuk mengubah bantaran sungai yang kumuh menjadi asri dan indah tersebut, menurut Muryanta, mantan Kepala Dinas SDA yang sekarang menjadi Kepala Kantor Perizinan Kota Banjarmasin itu, dimulai sejak jauh-jauh hari. Banjarmasin sudah memikirkan bagaimana kota ini menjadi metropolis dengan mengandalkan sungai.

Oleh karena itu, bertahap membenahi sungai, mulai dengan pembebasan beberapa lokasi bantaran sungai yang kumuh menjadi sebuah kawasan pertamanan yang indah.

Lihat saja tepian Sungai Martapura, baik yang di Jalan Sudirman, Jalan Piere Tendean, setelah dibebaskan dari permukiman kumuh, sekarang sudah menjadi kawasan wisata yang menarik dan menjadi ikon kota.

Kawasan yang akan dijadikan proyek siring di Banjarmasin sepanjang 5 kilometer tersebut, akan menjadi waterfront city.

Di lokasi tersebut akan ditambah dengan fasiltas perkotaan berupa pusat kuliner, pusat cendera mata, pusat informasi wisata, pusat hiburan dan kedai-kedai atau kafe kecil yang menyemarakkan kota ini.

Pemkot Banjarmasin juga bertahap dalam pembebasan tepian Sungai Kerokan, Sungai Teluk Dalam, Sungai Kuripan, Sungai Jalan Veteran, dan beberapa lokasi lain yang sudah menghabiskan dana tidak sedikit.

Belum lagi, pembangunan fasilitas berkaitan dengan kepariwisataan sungai, seperti penataan bantaran sungai dalam upaya menciptakan keindahan. Pembenahan sungai dilakukan karena arah pembangunan berkelanjutan kota ini dicanangkan sejak 2009 adalah berbasis sungai.

Menurut dia, karena arah pembangunan berkelanjutan berbasis sungai, tidak ada pilihan lain selain bagaimana agar sungai-sungai yang banyak membelah Kota Banjarmasin bisa menjadi daya tarik ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat ke depannya.

Pemkot juga membangun sejumlah dermaga pada titik strategis menghidupkan kepariwisataan sungai. Dermaga dimaksud untuk mengembalikan kejayaan angkutan sungai Kota Banjarmasin, seperti lokasi siring sungai Jalan Tendean dan Ujung Murung.

Di Banjarmasin terdapat 15 jembatan. Dengan demikian, kata Muryanta, dermaganya nantinya sebanyak 15 juga. Maksudnya, dengan adanya dermaga dekat jembatan, akan memudahkan masyarakat bepergian ke mana-mana, baik melalui angkutan sungai maupun angkutan darat.

Mereka yang melalui angkutan sungai dapat singgah di dermaga dekat jembatan, kemudian bepergian lagi lewat angkutan darat ke mana mereka mau. Dengan demikian, menghidupkan angkutan sungai maupun angkutan darat.

Berkat dari upaya tersebut, Kota Banjarmasin sekarang sudah menjadi destinasi wisata yang diminati, bahkan tak kurang dari lima ribu pengunjung setiap minggunya mendatangi kawasan bantaran sungai sebagai kawasan wisata sungai yang dahulu kumuh.

Pemkot Banjarmasin pun bertekad menjadikan Banjarmasin sebagai kota terindah di Indonesia. (hasan zainuddin/ant/yps)

Berita terkait
0
David Beckham Refleksikan Perjalanannya Jadi Pahlawan untuk Inggris
David Beckham juga punya tips untuk pesepakbola muda, mengajak mereka untuk menikmati momen sebelum berlalu