Jakarta - Pakar Politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta Ujang Komarudin menilai sinyal mesranya Partai Gerindra dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memicu kecemburuan dari partai koalisi pendukung Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin.
"Masuknya Gerindra, membuat mereka sedikit kecewa dan gelisah," kata Ujang kepada Tagar, Selasa, 13 Agustus 2019.
Dengan otomatis ketika Gerindra masuk, ada jabatan yang harus diberikan kepada Gerindra.
Menurut dia, bila Gerindra masuk ke dalam gerbong koalisi pemerintahan maka telah disediakan kursi yang dapat mengakomodir kepentingan partai berlambang burung garuda tersebut.
"Dengan otomatis ketika Gerindra masuk, ada jabatan yang harus diberikan kepada Gerindra, itu untuk mengakomodir kepentingan Gerindra," tutur Ujang.
Dari situ maka dapat timbul perubahan peta politik seiring makin dominannya PDIP dalam memimpin koalisi pemerintahan. "Jadinya peta politik berubah lagi, bisa jadi PDIP yang dominan, justru akan tarik menarik kepentingan," tuturnya.
Bila benar terjadi, kata Ujang, masuknya Partai Gerindra ke koalisi pemerintahan membuat PDIP menjadi semakin berpengaruh. Namun, imbas lain bakal dihadapi kader dari partai berlambang banteng tersebut.
"PDIP ingin membuat pengaruh baru di internal, bisa jadi 5 tahun kemarin PDIP kurang bergigi," kata Ujang.
Ujang mengatakan salah satu bentuk cemburu muncul di hari yang sama ketika Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pada Rabu 24 Juli 2019. Saat itu, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh melakukan pertemuan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
"Kita tarik garis merahnya, Nasdem mencari perhatian, kekuatan baru, yang bisa memainkan kekuatan itu," kata Ujang.
Baca juga: