Jakarta - Pakar Politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta Ujang Komarudin menilai akan ada perubahan besar jika Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) berkoalisi dengan Partai Gerindra.
Ujang mengatakan setelah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto hadir dalam Kongres V PDIP di Bali, hubungan antara kedua partai semakin mencair.
"Artinya menandakan bahwa politik cair, kita tahu pada tahun 2009 lalu, antara Prabowo dan Megawati bersatu menantang SBY dalam Pilpres. Namun kemudian Megawati dan Prabowo 2014 dan 2019 terpisahkan, dan pasca-pilpres mereka bermesraan kembali," kata Ujang kepada Tagar, pada Selasa, 13 Agustus 2019.
Ini kekuatan yang tidak bisa diremehkan, kekuatan yang signifikan ke depan.
Ada hal menarik jika kedua partai ini bersatu, kata Ujang, akan lahir kekuatan baru. "Jika mereka bersatu pastinya ada pengaruh bagus, dan ini merupakan pengaruh yang besar," tuturnya.
Ujang menilai, Gerindra dan PDIP merupakan dua partai besar yang berhasil meraup suara terbanyak dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019. Hasil raihan kursi legislatif terbanyak dibandingkan partai lainnya itu bisa menjadi modal dalam tingkat pengawasan dan penetapan RUU.
"Ini kekuatan yang tidak bisa diremehkan, kekuatan yang signifikan ke depan," ucap Ujang.
Sebelum memenuhi undangan datang ke Kongres V PDIP di Bali, Prabowo sempat bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu 13 Juli 2019.
Pada Rabu 24 Juli 2019, Prabowo menemui Megawati di kediaman Presiden ke-5 Indonesia itu, di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta. Dalam pertemuan itu, Jokowi yang diagendakan datang berhalangan hadir lantaran harus menemani tamu negara.
Baca juga: