Lyon - Seorang pendeta Ortodoks Yunani di Kota Lyon, Prancis, mengalami luka-luka akibat ditembak pada Sabtu, 31 Oktober 2020 sekitar pukul 4 sore waktu setempat. Polisi di wilayah tersebut sedang memburu seorang pria bersenjata yang diduga sebagai pelaku penembakan.
Sumber polisi mengatakan pendeta itu ditembak dua kali ketika dia sedang menutup gereja di Arondisemen ketujuh kota itu. Wartawan di tempat kejadian mengatakan mereka melihat seorang pria terluka ditarik dan dibawa keluar dari gedung.
Kementerian dalam negeri Prancis dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa polisi dan layanan darurat berada di tempat kejadian dan mengimbau pejalan kaki untuk menghindari daerah tersebut.
“Dia adalah pria berpenampilan Mediterania, berukuran 1,90m, memakai jas hujan hitam panjang dan topi hitam. Sepertinya dia menyembunyikan senapan yang digergaji di bawah mantelnya. Dia menembakkannya ke arah pendeta ortodoks dan melarikan diri," kata Ludovic Cassier dari Persatuan Polisi Unite SGP Police dikutip Tagar dari The Guardian.
Pendeta tersebut sempat mengatakan kepada para saksi bahwa dia tidak mengenal orang yang menyerangnya.
Pendeta korban penembakan itu merupakan warga negara Yunani berusia sekitar 40 tahun, terluka parah dalam serangan itu. Warga sekitar di tempat kejadian mengatakan mereka mendengar suara tembakan sebanyak dua kali diikuti oleh jeritan kesakitan.
Korban dalam keadaan sadar ketika dia dibawa dari gereja Ortodoks Yunani di Rue du Père Chevrier ke ambulans. Pendeta tersebut sempat mengatakan kepada para saksi bahwa dia tidak mengenal orang yang menyerangnya.
Baca juga : Identitas Pelaku Aksi Teror di Prancis Terungkap
Baca juga : Tiga Orang Tewas Dalam Serangan Teror di Prancis
Menteri dalam negeri, Gerald Darmanin, men-tweet bahwa dia sedang dalam perjalanan ke Lyon, kota terbesar ketiga di Prancis. Menurut dia, negaranya telah meningkatkan keamanan di seluruh negeri setelah serangan itu, dan menteri serta pejabat telah memperingatkan kemungkinan lebih banyak.
"Kami sedang berperang melawan musuh yang ada di dalam dan di luar," kata Darmanin.
Penembakan pendeta ini terjadi tiga hari setelah seorang pria bersenjata pisau membunuh tiga orang di sebuah gereja di Nice di Côte d'Azur, dan dua minggu setelah guru Samuel Paty seorang guru di Prancis dipenggal karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad. []