Gejolak Parpol Rebutan Posisi Strategis Pasca-Pilpres

Pengamat politik Ade Reza Hariyadi menjelaskan faktor penyebab gejolak internal partai politik. Salah satunya perebutan posisi.
Bambang Soesatyo sedang diwawancarai. (Foto: Antara/Imam Budilaksono)

Jakarta - Pengamat politik Ade Reza Hariyadi menjelaskan berbagai faktor yang menyebabkan gejolak di internal partai politik (parpol) pasca-Pemilihan Presiden (Pilpres). Salah satunya adalah perebutan posisi.

Hal itu, menurut Ade, adalah faktor pertama pemicu gejolak internal partai. Itu bisa disebabkan karena persaingan internal untuk memperebutkan posisi strategis.

"Gejolak itu bisa disebabkan oleh adanya power struggle yang didorong oleh persaingan internal untuk merebut posisi-posisi strategis partai," ujar Ade Reza di Jakarta, Senin, 8 Juni 2019, seperti dilansir dari Antara.

Ade menerangkan posisi strategis bisa memperkuat kendali internal atas partai serta semakin memperbesar kesempatan untuk menjadi calon menteri yang layak dipertimbangkan oleh presiden.

Gejolak itu bisa disebabkan oleh adanya power struggle yang didorong oleh persaingan internal untuk merebut posisi-posisi strategis partai.

Faktor kedua adalah rasa kecewa akan kinerja pengurus. Biasanya itu terjadi pada partai yang perolehan suaranya sedikit. Dia menyatakan rasa kecewa itu akan mendorong munculnya desakan pergantian ketua umum partai politik tersebut.

Faktor ketiga adalah dari eksternal partai, yaitu munculnya kepentingan pemenang Pilpres yang memastikan loyalitas dukungan. Barisan anggota yang sakit hati di dalam suatu partai yang biasanya rentan terhadap faktor ini.

"Faktor eksternal ini bisa mengakselerasi dinamika internal partai politik bersangkutan, sekaligus menimbulkan campur tangan yang berlebihan yang mengganggu soliditas partai," ujar Ade.

Desakan Ketum Mundur

Akhir-akhir ini beberapa parpol mengalami gejolak internal partai pasca-Pilpres dan menjelang masa bakti ketua umum berakhir.

Gejolak tersebut mulai dialami oleh Demokrat dan Golkar. Kedua partai itu mengalami gejolak yang justru datangnya dari internal.

Wacana pergantian tampuk kepemimpinan Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dilontarkan oleh Gerakan Moral Penyelamat Partai Demokrat (GMPPD). Gerakan tersebut justru diprakarsai oleh politikus senior partai tersebut di antaranya Max Sopacua, Achmad Mubarok, Sahat Saragih, dan Ahmad Yahya.  

Sedangkan di tubuh Partai Golkar terdapat wacana untuk memajukan Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar yang seharusnya berlangsung pada Desember 2019, dimajukan menjadi bulan Oktober. wacana pemajuan itu datang dari kader pendukung Bambang Soesatyo (Bamsoet) sebagai calon ketua umum Partai Golkar periode 2019-2024 agar bisa menggantikan Airlangga Hartarto. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Jurus Jitu PLN Tekan Emisi dan Dongkrak Bauran Energi Bersih
PT PLN (Persero) gencar menerapkan teknologi substitusi baru bara dengan biomassa ( co-firing) untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap.