Jakarta – Festival kurma tahunan di Mesir telah dipindahkan ke Kairo tahun ini karena pandemi virus corona (Covid-19). Festival ini biasanya diselenggarakan di oasis Siwa, sekitar 560 kilometer sebelah barat Ibu Kota Mesir itu.
Jajaran kurma dalam berbagai warna dan jenis, digelar pada festival di Mesir, penghasil kurma terkemuka dan negara yang sangat menghargai buah yang rasanya manis ini. Festival tersebut berlangsung beberapa hari menjelang Ramadan.
Seperti banyak Muslim di berbagai negara lainnya, sebagian besar keluarga Mesir menyiapkan semangkuk kurma di meja sebagai hidangan pertama untuk berbuka. Kurma merupakan sajian berbuka yang khas bagi banyak orang dan tradisi ini telah berlangsung berabad-abad.
Festival kurma tahunan biasanya diselenggarakan di oasis Siwa di Mesir, sebuah kawasan terpencil di gurun yang terkenal dengan pohon-pohon kurmanya.
Tahun ini, karena pandemi virus corona, penyelenggara memindahkan lokasi festival ke Giza, di kawasan Kairo Raya.
"Festival kurma diselenggarakan di Kairo untuk pertama kalinya. Biasanya festival ini diselenggarakan di Siwa tetapi tahun ini, karena situasi yang disebabkan oleh virus corona, panitia pameran memutuskan untuk mengadakannya di Kairo dengan keikutsertaan perusahaan-perusahaan pengekspor kurma terbesar. Ada banyak jenis kurma dan perusahaan di sini,” kata Mona Saleh, salah seorang partisipan festival tersebut.
Para partisipan dalam pameran itu berasal dari berbagai daerah di Mesir yang dikenal sebagai penghasil kurma, kata Dr Mahmoud Hassan, koordinator umum festival tersebut.
"Gagasannya adalah mengirim pesan ke dunia bahwa Mesir ada di peta, bukan hanya ada di peta, tetapi juga merupakan produsen kurma terkemuka. Para partisipan pameran berasal dari seluruh provinsi di Mesir, dari Siwa, New Valley, Aswan, Kafr el-Sheikh dan semua provinsi yang menghasilkan kurma hadir di sini, begitu pula saudara-saudara kami dari Libya, Yordania, dan juga ada kurma Arab Saudi,” jelasnya.
Mesir adalah produsen kurma terkemuka pada tahun 2019, disusul kemudian oleh Arab Saudi, lalu Iran, seperti yang ada di data dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB.
Pada festival di Mesir, ada beberapa utusan dari negara-negara lain termasuk dari Yordania dan Libya.
Mabrouka Ibrahim Shahat, yang memimpin delegasi Libya pada eksibisi ini menempuh perjalanan panjang selama berhari-hari untuk dapat ambil bagian dalam festival ini.
“Kami kelelahan karena perjalanan ini, perjalanan dari Libya ke Mesir menghabiskan waktu tiga hari. Tetapi kami lupa akan rasa lelah itu sewaktu melihat banyaknya pengunjung yang mendatangi produk-produk kami, kebahagiaan orang-orang dengan keikutsertaan delegasi Libya, kegembiraan besar mereka melihat kami dalam pameran kurma di Kairo dan bagaimana mereka membeli produk kurma Libya, yang baru mereka lihat untuk pertama kalinya,” kata Mabrouka Ibrahim Shahat.
Dengan Ramadan yang kian dekat, dimulai pekan depan, waktu penyelenggaraan festival ini dianggap sangat pas oleh pengunjung festival tersebut.
"Kegiatan ini berlangsung untuk pertama kalinya di Kairo dan ini mendorong produk-produk serta kurma Mesir. Mesir telah lama sangat terkenal atas kurmanya, jadi kita harus mendorong acara-acara seperti ini. Karena ini berkaitan dengan nutrisi dan bulan Ramadan yang kian dekat, kurma merupakan makanan esensial di meja dalam bulan Ramadan, jadi saya harus datang dan melihatnya sendiri,” komentar Dina Moussa, salah seorang pengunjung.
Muslim biasanya mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW dalam berbuka puasa sejak sekitar 14 abad silam, yakni mengawalinya dengan minum air beberapa teguk dan menyantap beberapa butir kurma (uh/ab)/Associated Press/voaindonesia.com. []