Faldo Maldini: Jokowi-Prabowo Berkoalisi Saja

Wasekjen PAN Faldo Maldini menyatakan argumentasi Jokowi dan Prabowo demi bangsa, jadi lebih baik bergabung.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Faldo Maldini menyebut sebaiknya Prabowo dan Jokowi bergabung untuk bangsa. (Foto: Tagar/Gemilang Isromi)

Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Faldo Maldini mengaku belum mendapatkan argumentasi yang memuaskan dari Joko Widodo (Jokowi) maupun dari Prabowo Subianto. Sebaiknya sedari awal, Jokowi dan Prabowo berkoalisi, bukan justru bertarung dalam kontestasi pada Pilpres (Pemilihan Presiden) 2019.

“Kita coba mengingat 9 atau 10 bulan yang lalu mereka ini berkompetisi ikutan Pilpres ngomongnya untuk bangsa. Jadi kalau dulu ngomongnya untuk bangsa, sekarang juga ngomongnya untuk bangsa, ya buat apa kemarin berdua Pilpres. Gabung aja dari awal sekalian,” kata Faldo dalam wawancara khusus di kantor Tagar, Jakarta Timur, Jumat 5 Juli 2019.

Dalam konteks wacana rekonsiliasi antara kedua tokoh tersebut pun menurut dia akan dilakukan demi bangsa. Faldo mendorong capres petahana dan capres oposisi dapat memuaskan publik melalui gagasan yang tidak klise lagi, yang dapat diterima secara jelas oleh publik.

Ia menilai, saat ini masyarakat tidak bisa ditipu lagi seiring dengan keterbukaan akses informasi. Dengan perkembangan zaman dan munculnya teknologi yang mumpuni, membuat publik menjadi kian kaya akan informasi. 

Pria kelahiran Sumatera Barat itu menyatakan seandainya Prabowo (kubu 02) bergabung dalam koalisi Jokowi (kubu 01), maka harus tetap dikritisi. Perlu digarisbawahi, dalam politik hampir tidak dikenal kata mustahil.

“Pak Prabowo yang selalu kita kenal adalah orang yang sering berbicara soal kebocoran anggaran. Kalau Pak Prabowo gabung sama Pak Jokowi namun anggaran masih bocor, ya Pak Prabowo mesti kita kritisi,” ujarnya.

Bukan Pertarungan Abadi

Faldo menegaskan, pertarungan kubu 01 dan kubu 02 bukanlah pertarungan abadi. Dia menilai ada elemen masyarakat yang berpikir jika Pilpres 2019 adalah akhir dari demokrasi dan akhir dari perjuangan, karena hakim Mahkamah Konstitusi (MK) menolak keseluruhan gugatan Prabowo-Sandi.

“Kita sudah punya lahan, sudah punya jalan, yang namanya Mahkamah Konstitusi. Setelah di MK itu sudah selesai. Jika tidak percaya dengan MK, ya sulit melanjutkan demokrasi ini, karena itu adalah pintu terakhir,” jelas politisi muda PAN ini.

“Jadi melihat pertarungan 01 dan 02 ini jangan sampai benar dan salah saja. Ada ruang yang bisa tercipta di dalam membangun bangsa ini ke depan. Bukan enggak mungkin Pak Prabowo yang dalam hal ini adalah 02 diajak bergabung oleh Pak Jokowi. Bukan enggak mungkin juga Pak Prabowo itu menawarkan diri ke Pak Jokowi,” ujarnya melanjutkan.

Faldo menegaskan kemungkinan-kemungkinan itu akan terjadi asalkan elite politik serta masyarakat mampu berdemokrasi dengan baik. 

“Yang awalnya itu kita mengkritisi, menghina, jadi lebih menghormati. Karena kita sesama Indonesia. Politik kan probabilitas akan selalu ada kemungkinan, politik itu dinamis,” kata dia. []

Berikut ini wawancara eksklusif Tagar dan Faldo Maldini.


Baca juga:

Berita terkait
0
Mendagri Lantik Tomsi Tohir sebagai Irjen Kemendagri
Mendagri mengucapkan selamat datang, atas bergabungnya Tomsi Tohir menjadi bagian keluarga besar Kemendagri.