Facebook Ladang Gosip Emak-emak Bahas Pelakor

Facebook saat ini digunakan orang tua maupun anak muda yang bebas berselancar tidak ada batasan usia. Ironi, mereka saling menghujat soal pelakor
Ilustrasi - Facebook (Foto: pixabay)

Bantaeng - Media sosial atau biasa disebut medsos, jika digunakan secara positif maka hasilnya akan menimbulkan kemaslahatan bagi orang banyak. Namun sebaliknya, apabila digunakan negatif akan menghasilan kemudaratan. Salah satu media sosial yang paling banyak digandrungi masyarakat saat ini adalah Facebook.

Warganet dari tua hingga muda bebas berselancar di dunia maya. Pada intinya, bermedia sosial kini sudah menjadi hal lumrah bagi siapa pun. 

Menyelami media sosial tentu tidak sekadar untuk menghabiskan waktu atau menghilangkan rasa jenuh pikiran. Beberapa orang di antaranya telah menjadikan media sosial sebagai kebutuhan dan bahan rujukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkannya.

Bagi orang yang kreatif dan inovatif, medsos bahkan dikelola sebagai ladang usaha, tanpa perlu bertatap muka dengan konsumen.

Lucunya lagi, film Bollywood atau lebih tepatnya serial drama yang bukan cerita asli dari Indonesia, karena diadaptasi dari kisah di India dijadikan bahan pergunjingan.

Namun, ada hal-hal menarik hingga membuat muak pun muncul ketika melihat beranda Facebook yang saya kelola. Ada orang yang kadang terlihat memang konyol, membuat risih, atau bahkan mengasihani. Sangat beragam jenis postingan yang ingin diungkapkan warganet. 

Mengapa demikian? Banyak di antara netizen memposting realitas yang mereka alami di kehidupan nyata, kemudian menuliskan apa saja yang sedang dipikirkan secara bebas tanpa filter, tanpa memedulikan orang lain risih atau tidak. 

Istilahnya, dikit-dikit update status, unjuk gigi dengan swafoto lalu di-upload. Terlihat ingin terus eksis, namun masa bodo dengan privasi atau hal lain yang menjadi penilaian di mata orang banyak. Utamanya emak-emak atau ibu-ibu, atau apalah sebutan nge-tren mereka saat ini.

Bergunjing Soal Pelakor Membuat Jengah

Sebelum berlanjut, saya mau mengungkap suatu hal yang menyebalkan tentang penggunaan medsos di kalangan emak-emak yang berkaitan dengan inti pembahasan ini, yaitu tentang perebut laki orang atau biasa disebut pelakor. 

Seperti dijelaskan di atas, pelakor adalah akronim dari perebut laki orang. Bahasa yang belakangan ini kian sering menyeruak menjadi buah bibir masyarakat. 

Entah karena pengalaman pribadi, tetangga, hingga pengaruh dunia selebritis yang acap kali menggaungkan istilah pelakor, memang istilah tersebut sedang laris manis menjadi pembahasan emak-emak di media sosial. 

Kata pelakor yang acap kali diucapkan warganet dapat membuat sakit hati pihak-pihak tertentu, bahkan bisa saja menyulut emosi seseorang. 

Menurut saya pribadi, sebagai warganet yang juga pernah terlibat beberapa urusan dengan manusia yang 'beraliran' pelakor- pelakor ini adalah semacam spesies baru. 

Kenapa? Karena hingga kini pun saya masih bertanya-tanya, dari mana datangnya keberanian untuk merebut dan mengklaim suami milik orang lain. 

Apabila disederhanakan, bagaimana sepak terjang emak-emak dalam membahas pelakor di media sosial? Khususnya yang sempat terpantau di beranda Facebook (FB) yang saya kelola.

Membahas Pelakor Sinema Negeri Seberang 

Di laman FB, apabila berbicara tentang pelakor, bukan hanya sekadar postingan sindir menyindir tentang wanita yang dikhianati sahabatnya. Atau sang suami mengkhianati istri, karena ternyata ada 'reuni' terselubung bersama mantan. 

Atau tentang sosok yang sebelumnya tak pernah dikenal sebelumnya, bahkan tidak pernah diharapkan keberadaannya lalu tiba-tiba hadir menjadi benteng bernama pelakor dalam sebuah bahtera rumah tangga. 

Lain daripada itu, di beranda Facebook saya, telah sampai pada tahap menganalisis sebuah film yang mana tokoh utamanya adalah seorang pelakor.

Lucunya lagi, film Bollywood atau lebih tepatnya serial drama yang bukan cerita asli dari Indonesia, karena diadaptasi dari kisah di India dijadikan bahan pergunjingan. Serial drama ini menghadirkan sosok perempuan, yaitu dua orang bersahabat bernama Nandini dan Mauli. 

Mauli bersuamikan Kunal yang kemudian tersengsem dengan sahabat istrinya, Nandini, dan cinta mereka saling berbalas. 

Cerita tentang persahabatan, pengkhianatan, kepercayaan, dan keluarga mengalir dalam serial Bollywood itu. Seiring berjalannya episode demi episode drama tersebut, anehnya, semakin menghebohkan para warganet. 

Terutama, Nandini yang menjadi bulan-bulanan netizen, karena selalu mendapat sumpah serapah dari status-status yang dituliskan emak-emak di medsos.

"Galauku tidak ada siaran, tidakmi kuliatki aksinya Nandini. #silsila" tulis akun Fatma Namian di FB pada 14 September 2019. 

Dari tulisan tersebut saya menginterpretasikan, betapa berpengaruhnya serial drama ini di Indonesia. Sampai-sampai ada seseorang berujung galau, gelisah, gundah gulana karena tidak bisa menonton serial kesukaannya. 

Padahal itu hanyalah sebuah tontonan. Sesuatu yang direkayasa seseorang yang disebut sebagai sutradara. 

Dalam kalimat berikutnya ada yang menyebutkan, "tidakmi kuliatki aksinya Nandini". Sebuah dialeg dari Butta Toa Bantaeng yang berarti "tak kulihat lagi aksinya Nandini". Seperti pengutaraan kekecewaan atas sesuatu, sehingga dia tidak lagi dapat menyaksikan hal yang dinantikannya. 

Kata 'aksinya' merujuk pada tokoh atau pemeran yang bernama Nandini. Siapa itu Nandini? Jawabnya, ya si pelakor. Betapa penting dan membuat penasaran si pelakor ini dalam kehidupan emak-emak penggemarnya. Dia yang dibenci namun di saat yang bersamaan juga dielu-elukan.

Status berikutnya berbunyi, "tempakakrang tama. Punna parallu bunomi langsung tuka Kunal. Tania tau joka. Burukne apami injo arenna dende." Bila dialih bahasakan, "tampar saja, kalau perlu bunuh saja si Kunal, dia bukan manusia. Lelaki macam apakah dia itu."

Menurutku, itu sebuah ungkapan kemarahan. Postingan yang di-update setelah menyaksikan sebuah adegan tertentu di serial drama yang ditontonnya. 

Sementara Kunal dikenal sebagai sosok yang mengkhianati istri dan 'bermain api' dengan sosok pelakor yang merupakan sahabat istrinya. Benar-benar sebuah alur cerita yang bisa membuat sekumpulan istri-istri naik pitam dengan kenakalan para suami.

"Teami benk assiguppa sikalinna di rakaki tanre' kulle assakra nangai-ngai, astaga, kaminjo-minjo kapang punna pelakor," tulis akun Annisa Nose pada 15 September 2019. 

Artinya, "katanya sudah tidak ingin bertemu ternyata setelah dipeluk malah diam saja, sepertinya dia suka. Mungkin memang seperti itulah sifatnya pelakor."

Media Sosial Menjadi Koridor untuk Menghujat

Seperti yang dijelaskan di awal. Sampai saat ini saya sendiri masih bertanya-tanya, dari mana datangnya keberanian untuk merebut dan mengklaim suami milik orang lain seperti itu. 

Darimana datangnya keberanian untuk berbuat tega seperti itu. Kenapa pelakor berbuat curang dan emak-emak sampai rela berduel saling menghujat di laman Facebook. 

Siapakah yang statusnya paling bisa menyakiti hati para pelakor? Akankah pelakor dengar? Akankah pelakor tahu hujatan mereka? Ataukah sutradara tersenyum melihat kinerjanya begitu baik?

Selain menghujat, saya juga menemukan status yang mengungkap nilai-nilai yang bisa didapatkan dari menonton serial drama tentang pelakor.

Akun Ichal Faisal Msi pada tanggal 19 September 2019 menuliskan, "hikmah yang dapat diambil dari film Silsila adalah jangan mengenalkan suami pada teman wanitamu, jangan memuji dan pamer kemesraan di hadapan teman, jangan percaya kepada orang pendiam, jangan bawa siapapun ke tengah-tengah hubungan suami istri, jangan selalu curhat tentang kebaikan suamimu, jangan terlalu diabaikan dengan istilah dia sangat mencintaiku dan jangan beri tumpangan kepada wanita lain siapapun dia. Jadi kesimpulannya, 'Kawan jua penjahatnya' pelakor dimana-mana."

Lain lagi dengan pemilik akun Ummul Masyitha, dia turut mengungkap hikmah dari serial India yang viral itu, tapi dengan konotasi yang lucu. 

"Dari Nandini torang belajar, kalo mo jadi perebut musti sampe ba kawin. Jang cuma mati-mati di penginapan,". Kurang lebih artinya adalah "Dari Nandi kita bisa belajar, bahwa jika ingin menjadi perebut sebaiknya berujung pada pernikahan bukan cuma sebatas cinta di penginapan." 

Menurut saya, kalimat itu adalah sindiran untuk orang-orang yang berlaku curang di luar sana. Orang-orang yang sudah terlalu banyak melakukan hal sia-sia dengan mengorbankan rasa dan raganya untuk merebut milik orang lain yang disebut pelakor.

Melihat hal tersebut, saya mencoba melempar satu pertanyaan di Facebook tentang pelakor. Apa yang terlintas di pikiran Anda mendengar satu kata yakni pelakor? 

Mungkin jawabannya beragam. Ada yang menjawab dengan iklan-iklan produk jualan, sampai yang frontal dengan lagi-lagi menyebutkan tokoh utama serial drama India yang tengah viral itu, orang ketiga, Nandini si pelakor, sampah, seperti itulah jawaban dari akun Facebook yang berbeda-beda.

Begitulah beranda FB saya, yang diisi dengan cerita-cerita tentang pelakor yang ramai berlalu lalang, seperti sebuah ruang terbuka untuk berbicara apapun sebut saja ladang gosip. []

Berita terkait
Kenal di Facebook, Bocah 12 Tahun di Makassar Dicabuli
Seorang pemuda di Makassar ditangkap polisi karena mencabuli seorang anak di bawah umur yang dikenalnya di Facebook.
Kacamata Pintar Kerja Sama Facebook dan Ray-Ban
Facebook menggandeng Ray-Ban dilaporkan telah menggarap kacamata Augmented Reality (AR) dalam beberapa tahun terakhir.
Layar Lipat Surface Besutan Microsoft
Kabarnya, Microsoft tengah menggarap perangkat Surface layar ganda.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.