Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berkomitmen untuk mendorong pengembangan bahan bakar nabati (BBN) biohidrokarbon yang karakteristiknya sama atau bahkan lebih baik daripada senyawa hidrokarbon atau BBM berbasis fosil.
Hal ini disampaikan Kepala Badan Pengembangan SDM Kementerian ESDM, Prahoro Yulijanto Nurtjahyo pada pembukaan webinar bertajuk "Menyongsong Era Biohidrokarbon di Indonesia", yang dilangsungkan secara virtua.
Menurutnya, BBN biohidrokarbon yang ramah lingkungan nantinya dapat langsung digunakan sebagai substitusi BBM fosil tanpa perlu penyesuaian mesin kendaraan. "BBN biohidrokarbon dapat dibedakan menjadi green-gasoline, green-diesel, dan bioavtur," ungkap Parhoro.
Hal yang sama juga dikatakan Tatang Hernas Soerawidjaja, Ketua Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia (IKABI). Ia menambahkan, Indonesia dianugerahi kekayaan nabati luar biasa yang bisa menjadi pusat biohidrokarbon dunia dan negara maju di era perekonomian berbasis nabati (bio-based economy).
"Semoga inovasi anak-anak bangsa Indonesia memadai untuk memberdayakan kekayaan nabati luar biasa ini menjadi potensi penggerak pertumbuhan tangguh dan pesat perekonomian negeri kelak," tutur Tatang.
Pada kesempatan yang sama, Lies Aisyah, Peneliti - PPTMGB Lemigas mengharapkan pengembangan bahan bakar nabati untuk energi bisa mengurangi ketergantungan pada impor minyak. Selain itu juga untuk menggantikan solar dan bensin, yang saat ini implementasi mandatori untuk solar sudah bertaraf B30.
Kebijakan pemerintah dalam arahan mandatori biodiesel dan pengembangan biohidrokarbon/green fuels mutlak dilakukan untuk mendorong ketahanan energi nasional, penghematan devisa negara dan pengurangan emisi CO2. "Penyusunan arah kebijakan biohidrokarbon dan perumusan standar dan mutu (spesifikasi) serta nomenklaturnya menjadi prioritas utama," ucap Lies.
Andianto Hidayat, VP Downstream Research Technology Innovation PT Pertamina (Persero) mengungkapkan kesiapan Indonesia dalam menyongsong era biohidrakarbon. Hal ini diawali produk katalis anak negeri (katalis merah putih) serta sinerji BUMN yang dapat menghasilkan produk dalam hasil co-processing RU II Dumai dan RU III Plaju guna menuntaskan Biofuel generasi I yang berbasis minyak lemak nabati serta bahan berpati dan biofuel generasi II dari bahan lignoselulosa.
"Percepatan penelitan, pengujian dan pengembangan biohidrokarbon (proyek biorefinery Pertamina) ini karena dukungan pemerintah khususnya Kementerian ESDM dalam memberikan relaksasi harga biodiesel," katanya. []
- Baca Juga: ESDM Resmikan 3 Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik
- Kementerian ESDM Dukung PLN Terbitkan Green Financing