Jakarta - Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal Andika Perkasa menyebutkan Enzo Zenz Allie tetap sebagai taruna Akademi Militer (Akmil) meskipun masa depannya nanti bisa jadi bukan anggota aktif TNI.
Adanya keputusan ini, kata Andika, TNI Angkatan Darat (AD) punya alasan tersendiri memandang perkara yang belakangan ini heboh di masyarakat terkait Enzo.
Enzo dipertahankan menjadi taruna Akmil, karena pria blasteran Perancis ini memang sudah memenuhi standar pengukuran untuk masuk di Akmil.
Dia mengatakan Enzo dipertahankan menjadi taruna Akmil, karena pria blasteran Perancis ini memang sudah memenuhi standar pengukuran untuk masuk di Akmil.
"Namun, penilaian terhadap calon perwira, belum menjadi anggota aktif TNI. Penilaian terhadap calon pada tahap pendidikan 4 tahun. Maka selama 4 tahun pula penilaian berlaku dan tidak semuanya berhasil," kata Andika di Mabes TNI AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa, 13 Agustus 2019.
Dia menjelaskan tak semua taruna Akmil bisa menjadi perwira TNI AD. Pada 2014 ada tiga taruna Akmil dikeluarkan sebelum dilantik menjadi anggota TNI AD. Sedangkan pada 2015 terdapat satu taruna, 2016, ada 4 taruna, dan 2018 sebanyak 5 orang dikeluarkan.
"Tahun ini 2019 sudah ada 2 orang yang kami keluarkan. Berbagai alasan. Ada yang karena kesehatannya mereka tidak bisa mengikuti standar. Ada yang karena jasmaninya dan juga ada yang karena mental ideologinya," ucap dia.
Menurut dia, tak ada alasan mengeluarkan Enzo dari Akmil. Alasannya, karena indeks moderasi bernegara Enzo sudah memenuhi standar. Hal tersebut bisa dikatakan Andika karena pengukuran itu bisa dipertanggungjawabkan.
"Kesimpulannya Enzo Zenz Allie dilihat dari indeks moderasi bernegara itu ternyata kalau dikonversi menjadi presentase itu memiliki nilai 84% atau nilainya di situ 5,9 dari maksimum 7," tuturnya.
Pengukuran terhadap taruna Akmil, kata Andika, dapat dilihat dari cara pandang mereka menilai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Misalnya yang saya sebut tadi indeks moderasi bernegara tadi misalnya pandangan yang bersangkutan mau pun taruna yang kita ambil, kita ukur ya, apa pandangan mereka tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia, tentang keberagaman, toleransi beragama, bagus anak-anak ini," ucapnya.
Meski begitu, hasil pengukuran itu tidak berlaku selamanya karena nantinya taruna-taruna Akmil harus melewati evaluasi berkala untuk bisa menjadi anggota TNI aktif.
"Penilaian terhadap calon pada masa pendidikan dan karena tahap yang diikuti Enzo ini selama 4 tahun, maka selama 4 tahun itu pula penilaian berlaku dan tidak semuanya berhasil," katanya.
Sebelumnya nama Enzo Zenz Allie ramai diperbincangkan setelah dokumentasi antara taruna akmil itu lancar berbincang dengan bahasa Perancis dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Hebohnya remaja bertampang blasteran itu diikuti rasa penasaran warganet yang kemudian mencari jejak digital Enzo di internet. Tak lama viral, foto anak dari pasangan almarhum Jean Paul Francois Allie dan Siti Hadiati Nahriah itu memegang bendera tauhid. Ditambah beredarnya screenshot postingan Ibu Enzo yang semakin memperkuat kabar itu.
Warganet lantas bereaksi dengan memandang Enzo berkaitan dengan organisasi HTI yang jelas dilarang di Indonesia.
Baca juga: