Empat Tokoh Partai Politik Berpengaruh di Indonesia dalam Pilpres 2019

Sosok di dalam tubuh partai politik sangatlah vital. Mari mengenal 4 tokoh partai di Indonesia ini.
Ilustrasi 4 pemilik partai di Indonesia. (Foto: Tagar/R Yaqin)

Jakarta, (Tagar 30/3/2019) - Sosok pemimpin di dalam tubuh partai politik sangatlah vital. Sebab, orang nomor satu di partai berperan sebagai lokomotif yang menentukan arah dan kebijakan partai. Maka itu, peran seorang pemimpin amat lah sentral untuk menuntun bawahannya menempuh perjalanan sampai kepada tujuan.

Diperlukan kerja kolosal oleh seluruh kader partai, mulai dari level paling atas sampai paling bawah. Dalam konteks ini, seorang pemimpin parpol harus benar-benar memahami tentang bagaimana sistem politik bekerja.

Di Indonesia terdapat beberapa pemimpin sekaligus pendiri parpol yang sosoknya layak diulas:

1. Megawati Soekarnoputri

Megawati Soekarnoputri dikenal sebagai Presiden Indonesia ke-5 setelah menggantikan KH Abdurrahman Wahid atau Gusdur. Kiprah politik pewaris trah Soekarno ini banyak dipengaruhi semangat perjuangan bapaknya sang proklamator RI. Slogan 'merdeka' identik dengannya.

Ibu Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani ini tergolong tidak banyak bicara. Namun, kerap tampil menjadi primadona saat PDI berkampanye. Megawati terpilih menjadi Ketua Umum PDI 1993-1998 ketika kongres PDI digelar pada 22 Desember 1993.

PDI yang sempat dualisme memicu Megawati sebagai salah satu pemimpin melakukan kongres PDI. Hasilnya nama PDI menjadi PDI Perjuangan pada 1998. Karir Mega di partai makin moncer dengan menjadi Ketum PDIP 1998-2000. Sejak itu, Mega menjadi Ketum PDIP berturut-turut untuk periode 2000-2005, 2005-2010, 2010-2015, dan 2015-2020.

Di awal era reformasi, PDIP memenangkan Pemilu 1999. Namun, saat pemilihan presiden lewat MPR digelar, Mega kalah suara oleh Gus Dur. Gus Dur hanya bertahan dari 1999-2001. Mega yang menjadi wakil presiden naik takhta menjadi presiden periode 2001-2004. Setelah habis masa jabatan, Mega kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam Pilpres 2004.

Namun, dia gagal melenggang kembali sebagai Kepala Negara setelah kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono yang akhirnya menjadi Presiden RI ke-6. Saat ini, Megawati Soekarnoputri menjabat sebagai Ketum PDIP Perjuangan.

2. Susilo Bambang Yudhoyono

Siapa yang tidak kenal dengan Susilo Bambang Yudhoyono? Pria asal Pacitan yang akrab disapa SBY merupakan Presiden Indonesia ke-6 dengan pangkat Jenderal TNI berbintang empat.

Karir politik SBY berawal ketika memutuskan pensiun dini dari militer pada tahun 2000. Kemudian suami Ani Yudhoyono ini ditunjuk untuk menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi (Mentamben) selama masa pemerintahan Gus Dur.

Tak lama, SBY harus meninggalkan posisinya sebagai Mentamben karena Gus Dur memintanya menjabat Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polsoskam) pada 10 Agustus 2001. Ketika pemerintahan berganti, Mega melantik  SBY menjadi Menko Polkam di Kabinet Gotong-Royong. Namun, pada 11 Maret 2004, SBY memilih untuk mundur dari jabatan tersebut.

Langkah pengunduran diri ini membuat SBY lebih leluasa menjalankan tujuan politiknya. SBY kemudian mendirikan Partai Demokrat.

Pada pemilu langsung perdana tahun 2004, SBY yang maju menjadi capres bersama dengan cawapres Jusuf Kalla meraih kepercayaan mayoritas rakyat Indonesia dengan perolehan suara di atas 60 persen. SBY akhirnya dilantik menjadi Presiden Indonesia ke-6 pada tanggal 20 Oktober 2004.

Di Pemilu 2009, SBY kembali maju mencalonkan diri menjadi Kepala Negara. Sebagai petahana SBY sukses meraih suara kemudian dikukuhkan menjadi presiden bersama pasangannya wakil presiden Boediono.

3. Surya Paloh

Surya Paloh dikenal sebagai pengusaha pers dan pemilik stasiun televisi Metro TV. Tak hanya itu, Surya Paloh aktif sebagai politikus dan memiliki harian Media Indonesia serta Lampung Post yang tergabung dalam Media Group.

Pers memang menjadi pilar demokrasi, dikenal sebagai lembaga keempat setelah legislatif, yudikatif dan eksekutif. Melambungnya nama tokoh-tokoh dari berbagai disiplin ilmu atau sosok dalam masyarakat sering muncul karena peranan pers sebagai sumber informasi. 

Dengan demikian, bisnis pers dianggap prestisius serta memberi kebanggaan. Di sana lah Surya Paloh berkecimpung.

Di dunia politik, mantan Ketua Dewan Penasihat Golkar ini mendirikan Partai Nasional Demokrat (NasDem) bersama Sri Sultan Hamengkubuwono X.  Di awal berdirinya Partai NasDem, Surya Paloh menjadi Ketua Dewan Pembina Organisasi Masyarakat NasDem.

Saat ini, Surya Paloh menjabat sebagai Ketua Umum NasDem. Partai berlambang mercy itu masuk di dalam koalisi pemenangan Jokowi-Ma’ruf di Pilpres 2019.

4. Prabowo Subianto

Prabowo dikenal sebagai pendiri Partai Gerindra lantas manjabat sebagai ketua umum partai berlambang burung garuda tersebut. Prabowo tercatat beberapa kali menjadi kontestan capres serta cawapres di kontestasi pemilihan presiden sejak 2004, tetapi selalu kandas dengan kegagalan.

Tonggak panggung politik Prabowo yang paling menyedot perhatian bermula saat maju menjadi Ketua Umum Partai Golkar pada Konvesi Capres partai berlambang beringin itu pada 2004. Meski lolos sampai putaran akhir, akhirnya Prabowo kandas di tengah jalan. Ia kalah suara oleh Wiranto.

Tahun berganti, Prabowo memulai peruntungannya di Pilpres 2009 sebagai cawapres pendamping capres Megawati. Kala itu, partai bentukan Prabowo, Partai Gerindra, telah berdiri sebagai kendaraan politiknya. 

Namun, hasil Pilpres 2009 berkata lain, Megawati-Prabowo gagal duduk menjadi orang nomor 1 dan 2 di Indonesia. Pasangan itu dikalahkan oleh hasil suara capres dan cawapres SBY-Boediono.  

Kembali lagi ke panggung pilpres di 2014, Prabowo naik takhta menjadi capres. Prabowo dipilih menjadi capres atas rekomendasi petinggi Partai Gerindra serta sejumlah partai Koalisi Merah Putih. 

Untuk mendongkrak suara, Prabowo menggaet Hatta Rajasa dari Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai cawapres. Namun, kenyataan berkata lain, suara Pilpres 2014 diungguli Jokowi-JK. 

Kini, di Pilpres 2019, Prabowo kembali maju menjadi capres dengan didampingi cawapres Sandiaga Uno.

Di balik rekam jejaknya di politik, Prabowo diduga mendalangi penculikan dan penghilangan paksa terhadap sejumlah aktivis pro-reformasi pada 1997. Sedikitnya 13 orang, di antaranya seniman Teater Rakyat Widji Thukul, aktivis Herman Hendrawan, dan Petrus Bima hilang dan belum ditemukan hingga sekarang. Mereka diyakini sudah meninggal.

Baca juga: Tiga Gagasan PSI Paling Ramai Dibicarakan Masyarakat

Berita terkait
0
Indonesia Akan Isi Kekurangan Pasokan Ayam di Singapura
Indonesia akan mengisi kekurangan pasokan ayam potong di Singapura setelah Malaysia batasi ekspor daging ayam ke Singapura