Emmy Hafild, Aktivis Lingkungan Calon Menteri Jokowi

Emmy Hafild digadang-gadang menjadi Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam kabinet kerja Jokowi.
Aktivis sekaligus politikus Emmy Hafild disebut menjadi menteri kabinet Jokowi. (Foto: Facebook/Emmy Hafild)

Jakarta - Beredar kabar Nurul Amy Hafild, dikenal dengan nama Emmy Hafild, akan menjadi Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam kabinet kerja Jokowi periode 2019-2024. Berita diketahui dari linimasa WhatsApp, dan kini viral di kalangan masyarakat.

Emmy Hafild merupakan aktivis lingkungan hidup yang tergabung dibawah naungan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). Perempuan kelahiran Sumatera Utara, 3 April 1958 itu mulai bergabung sejak 1996. Meski perempuan, ia memiliki jiwa yang berlawanan dengan ketidakadilan. Bahkan, tak sungkan bertindak keras.

Ayahnya adalah seorang pegawai perkebunan sekaligus pendukung Partai Syariat Islam Indonesia (PSII). Saat orde baru, PSII dianggap terlarang. Dan Emmy kecil pernah mendapat perlakuan tak mengenakkan. 

Saat Emmy masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), sang ayah ditangkap pihak berwajib dengan alasan korupsi. Menurut penuturan keluarga, penangkapan itu terjadi karena ayahnya tidak mau menjadi anggota Partai Golkar.

Emmy melihat jelas ketidakadilan yang terjadi disekitar tempat tinggal, yakni penggunaan kolam renang dan bioskop yang hanya boleh dipergunakan oleh anak staf perkebunan.

Sejak saat itu muncul bibit-bibit penolakan terhadap ketidakadilan dalam diri Emmy. Saat mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), ia dan keluarganya pindah ke Jakarta.

Saat berusia 24 tahun Emmy memutuskan bergabung di Yayasan Indonesia Hijau. Alasannya, sesuai dengan latar belakang sebagai mahasiswi Universitas Pertanian Bogor (IPB). Disana ia sempat menjabat sebagai koordinator lapangan selama dua tahun.

Kemudian, Emmy bergabung dalam organisasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). Selain itu, ia juga terlibat dalam membentuk gabungan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) antikorupsi. Bahkan, tercatat sebagai orang yang pernah melawan mantan Presiden Soeharto.

Emmy pernah mendapat perhatian Amerika Serikat (AS), saat menjadi orang pertama yang beraksi di depan Senat AS yang mengurusi urusan dana bantuan luar negeri dan lingkungan. Selain itu, ia sempat dijuluki Hero of Planet majalah Time atas kritikannya terhadap Freeport, soal penambangan di Irian Jaya.

Lulusan Universitas Wisconsin itu tidak hanya berkecimpung di lingkungan hidup. Emmy memutuskan untuk berjuang dalam panggung politik. Pada Pilkada 2017, ia menjadi juru bicara tim sukses Basuki-Djarot. Dan berlabuh di partai NasDem (Nasional Demokrat) yang diketuai Surya Paloh.

Pilihan Mantan Direktur Ekesekutif Greenpeace Asia Tenggara itu bukan tanpa alasan. Baginya, NasDem itu terbaik dan serius menjaga NKRI, bahkan konsisten dan konsekuen dalam menegakkan prinsip.

Awal bergabung, Emmy langsung dipercaya menjabat Surya Paloh sebagai ketua DPP Partai NasDem, membidangi pertanian dan maritim.

Dalam Pemilu Legislatif 2019, Emmy mencoba peruntungan sebagai anggota DPR untuk daerah pemilihan I Nusa Tenggara Timur (NTT). Sayangnya kalah bersaing dengan Kristiana Muki dan Ratu Nggadu Bonu Wulla dari partai yang sama. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.