Emak-emak di Klaten Buang Air Besar di Sungai

Malah pengakuan tersebut disampaikan di hadapan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo disaksikan banyak orang.
Sejumlah emak-emak di Klaten saat pembukaan TMMD 2019 mengaku belum punya jamban sehingga terpaksa harus buang air besar di sungai, Kamis 11 Juli 2019. (Foto: Humas Pemprov Jateng)

Semarang – Umumnya, seseorang akan menutupi perilaku buruknya agar tidak ketahuan orang lain. Namun tidak bagi sejumlah warga Klaten, Jawa Tengah (Jateng).

Mereka berani terbuka soal perilaku tidak sehatnya, buang air besar (BAB), di sungai. Malah pengakuan tersebut disampaikan di hadapan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo disaksikan banyak orang, ketika pembukaan kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Tahun 2019 di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Klaten, Kamis 11 Juli 2019.

Ketika Ganjar bertanya kepada masyarakat siapa yang masih BAB sembarangan di wilayah desa tersebut, belasan warga tunjuk jari. Mereka langsung berlarian saat diminta orang nomor satu di lingkungan Pemprov Jateng itu maju ke depan.

"Ayo, sinten sing dereng gadaah WC? Ngacung (Ayo siapa yang belum memiliki WC? Tunjuk jari). Sinten sing tasih mbucal teng lepen, ayo rene maju (siapa yang masih BAB di sungai, ayo maju ke depan)," tanya Ganjar kepada warga yang berkerumun di pinggir lapangan.

"Lha kok akeh men (Lha kok banyak sekali). Iki kabeh mbucal teng lepen, padahal ayu-ayu lho (ini semua BAB di sungai? Padahal cantik-cantik lho)," sebut Ganjar bercanda.

Ganjar pun tidak bermaksud membuat malu atas kenyataan tersebut. Hanya ia cukup heran ketika mengetahui masih banyak warga Desa Jimbung yang ternyata belum punya jamban sehingga harus BAB sembarangan di sungai.

Total ada 17 ibu-ibu yang tergopoh-gopoh lari ke tengah lapangan untuk membuat pengakuan. Salah satunya warga yang bernama Semiyati, 45 tahun. Ia dan keluarganya saban hari BAB di sungai di belakang rumahnya.

Karena BAB sembarangan itu dapat menimbulkan banyak penyakit seperti kolera, disentri dan sebagainya

"Saben dinten nggih teng lepen pak (tiap hari ya di sungai pak), lha mboten gadah WC (karena tidak punya jamban)," aku Semiyati yang diamini tetangganya, Parjiyem, 55 tahun.

"Mbucal ting lepen luwih sekeco (BAB di sungai lebih enak)," timpal Parjiyem.

Ganjar pun hanya bisa geleng-geleng kepala sembari tersenyum demi mendengar pengakuan polos para warga. Ia pun sekenanya menyebut nama sungai yang digunakan BAB warga.

"Kaline kui mesti jenenge Kali Mekong, artine kali mepe bokong (Sungai itu pasti bernama Sungai Mekong, artinya sungai untuk berjemur pantat)," seloroh Ganjar yang disambut tawa semua hadirin.

Bukan tanpa alasan jika para warga berani mengaku masih BAB di sungai. Mereka sudah hafal dengan style kepemimpinan dari gubernur berambut putih itu. Ada harapan ketika mengaku, warga akan dibantu membuat jamban.

Dan benar saja, Ganjar kemudian memanggil pimpinan Desa Jimbung. Kepadanya disampaikan bantuan dari Pemprov Jateng untuk menyelesaikan persoalan itu. Ganjar membantu masing-masing Rp 1 juta kepada 17 warga untuk pembuatan jamban.

"Mengko digawekke ya, syarate gotong-royong (nanti dibangunkan jamban ya, syaratnya gotong-royong). Nek sampun gadah WC ampun mbucal teng lepen njih (kalau sudah punya WC jangan BAB di sungai ya), awas lho dicokot ulo (awas digigit ular)," kata Ganjar yang kembali disambut tawa warga penerima bantuan.

Ganjar pun mengakui persoalan sosial masyarakat masih banyak ditemukan di lapangan, khususnya di wilayah pedesaan. Karenanya melalui kegiatan TMMD berbagai persoalan tersebut diharapkan dapat teratasi.

"Sebenarnya ini tidak sulit, hanya butuh kesadaran semua pihak akan pentingnya kesehatan. Karena BAB sembarangan itu dapat menimbulkan banyak penyakit seperti kolera, disentri dan sebagainya," imbuh dia. []

Baca juga:

Berita terkait
0
FAO Apresiasi Capaian Kinerja Pertanian Indonesia
Kepala Perwakilan FAO, Rajendra Aryal mengapresiasi capaian kerja yang dilakukan jajaran Kementerian Pertanian selama tiga tahun terakhir.