Ekonomi Mantap, BI Tahan Suku Bunga Acuan 5 Persen

Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 5 persen setelah melihat perkiraan inflasi yang stabil.
Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan suku bunga acuan BI 7-days repo rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen guna mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik dan mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman. (Foto: Ant/Sigid Kurniawan)

Jakarta - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7 Days Rapo Rate pada level 5 persen. Begitu pun dengan deposit facility yang tidak berubah di angka 4,25 persen dan fasilitas bunga lending 5,75 persen. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan BI memutuskan untuk mempertahkan suku bunga acuan setelah melihat perkiraan stabilitas dari sisi inflasi.

Selain itu menurut Perry, penahanan suku bunga dalam kisaran yang sama juga dinilai akan efektif untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dalam negeri di tengah ketidakpastian global. "Strategi operasi dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi likuiditas khususnya pada momentum pergantian tahun," ujarnya dalam konferensi pers usai menggelar Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Kamis 19 Desember 2019.

Pendekatan lain yang akan dilakukan oleh BI disebut Perry bakal menyasar di sektor makroprudensial yang akomodatif dengan terus mengedapankan aspek kehati-hatian. "Untuk mencapai hal tersebut BI akan bekerja sama dengan otoritas terkait guna menjaga stabilitas," imbuhnya.

Beberapa aspek yang menjadi perhatian bank sentral kedepannya, antara lain mendorong permintaan domestik, serta meningkatkan ekspor, pariwisata, dan aliran masuk modal asing, termasuk penanaman modal asing (PMA). Dalam kesempatan yang sama, Perry juga menyebut bahwa terdapat beberapa indikator positif dari perundingan perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China dan proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit. Meskipun demikian dirinya memproyeksi pertumbuhan ekonomi dunia secara makro masih tetap dalam tekanan.

Bank IndonesiaBank Indonesia. (Fot: indonesia.go.id)

Menurut catatannya, laju pertumbuhan ekonomi global masih akan berada pada kisaran 3,0 persen hingga penutupan 2019. Proyeksi tersebut merosot dari capaian 2018 yang diketahui berada pada level 3,6 persen. Sementara optimisme perekonomian dunia diperkirakan baru akan terjadi pada 2021 dengan asumsi 3,1 persen.

"PDB (pendapatan domestik bruto] AS dan China melambat akibat perang tarif. Begitu juga dengan India yang menurun akibat konsolidasi sektor riil dan sektor keuangan. Eropa dan Jepang membaik walaupun relatif terbatas," tegas Perry.

Di dalam negeri sendiri, prediksi ekonomi hingga penutupan tahun cukup optimistis dengan sektor konsumsi sebagai penopangnya. Hal tersebut diharapkan dapat membantu pencapaian target pertumbuhan 5,1 persen pada sepanjang 2019. Adapun, Bank Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat meningkat menjadi 5,1 persen hingga 5,5 persen pada 2020.

Dari sisi neraca pembayaran, defisit transaksi berjalan 2019 diprakirakan sekitar 2,7 persen dari PDB. Sementara pada 2020 tetap terkendali dalam kisaran 2,5-3,0 persen terhadap PDB. Lebih lanjut, posisi cadangan devisa hingga akhir November 2019 masih tergolong tinggi dengan 126,6 miliar dolar AS atau atau setara dengan pembiayaan 7,5 bulan impor.[]

Baca Juga:

Berita terkait
BI Bisa Turunkan Bunga Acuan, Tapi Ada Syaratnya
Dari faktor eksternal, Bank Indonesia (BI) berpeluang untuk menurunkan suku bunga acuan di November ini.
BI Turunkan Suku Bunga Acuan Menjadi 5,5 Persen
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan Bl 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen.
Bank Indonesia Gelar Sosialisasi Peraturan Bank
Bank lndonesia telah meluncurkan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) sebagai wujud interkoneksi antarswitching dan interprobabilitas sistem pembayaran nasional.
0
Banyak Kepala Daerah Mau Jadi Kader Banteng, Siapa Aja?
Namun, lanjut Hasto Kritiyanto, partainya lebih mengutamakan dari independen dibandingkan politikus dari parpol lain.