Edukasi dan Kesehatan Berpeluang Jadi Unicorn

Tahun ini, pendidikan dan kesehatan akan menjadi startup tersubur di Indonesia dan memungkinkan berkembang menjadi unicorn.
Managing Director Digitaraya, Nicole Yap (kiri) bersama dengan Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif Fadjar Hutomo membicarakan peluang pendidikan dan kesehatan menjadi startup unicorn. (FOTO: Tagar|Dicky Kurniawan).

Jakarta - Managing Director Digitaraya, Nicole Yap mengatakan tahun ini, pendidikan dan kesehatan akan menjadi perusahaan rintisan (startup) tersubur di Indonesia dan memungkinkan berkembang menjadi unicorn. Hal tersebut karena masyarakat semakin memperhatikan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas.

"Tahun lalu sudah ada tambahan satu startup unicorn. Ke depannya akan banyak unicorn baru yang muncul karena industri ini berkembang sangat cepat antara lain pendidikan dan kesehatan. Seperti kita ketahui, saat ini banyak orang yang ingin mengakses pendidikan berkualitas, dan semakin peduli dengan kesehatan," ujar Nicole dalam acara Digitaraya Impact 2020, di Jakarta, Kamis, 23 Januari 2020.

Persoalan terbesar di negeri ini adalah edukasi dan kesehatan.

Untuk diketahui, unicorn adalah perusahaan rintisan (startup) milik swasta yang nilai kapitalisasinya lebih dari 1 miliar dolar AS. Di atas unicorn adalah decacorn yakni startup yang memiliki kapitalisasi 10 miliar dolar AS dan hectocorn yakni startup dengan kapitalisasi 100 miliar dolar AS.

Senada dengan Nicole, Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Fadjar Hutomo mengatakan sektor pendidikan dan kesehatan memiliki potensi yang besar untuk menjadi perusahaan startup di tahun ini. "Persoalan terbesar di negeri ini adalah edukasi dan kesehatan. Dari masalah yang terbesar itulah akan muncul potensi-potensi startup, atau jika berbicara tentang unicorn, bisa jadi muncul dari sektor tersebut," kata Fadjar kepada pers.

GojekIlustrasi. (Foto: www.gojek.com)

Namun untuk mencapai itu semua, menurut Fadjar, persaingannya akan sangat ketat. Tingkat literasi masyarakat yang rendah serta keuangan inklusif akan menjadi problem yang harus dihadapi para pelaku industri kreatif dalam mengembangkan perusahaan barunya.

Masih ada peluang meskipun persaingannya sangat ketat.

"Kita tahu persoalannya sudah sangat ketat, dan kita juga butuh financial inclusion. Kemudian literasi kita juga masih menjadi problem, namun disitu juga masih ada peluang walaupun persaingan sangat ketat. Mungkin juga sepakat edukasi dan health juga butuh solusi," jelas Fadjar.

Bekraf saat ini tidak terlalu mementingkan terkait target jumlah startup unicorn yang harus dicapai di tahun ini. Namun, Fadjar mengatakan, Bekraf akan lebih memfokuskan diri untuk membangun ekosistem startup yang berkualitas.

"Kalau kita bicara startup dan sebelum kita bicara soal unicorn, penting juga untuk kita membangun 'zebra-zebranya', karena unicorn itu dilahirkan dari proses zebra-zebra itu yang akan menjadi unicorn. Buat kita itu tidak penting (target unicorn), tetapi yang paling penting adalah membangun ekosistemnya, yang paling bawah dari piramida startup, yakni pondasinya," kata Fadjar.

Mengenai startup zebra, Nicole mengatakan perusahaan harus melakukan bisnis yang nyata, berusaha mendisrupsi dengan inovasi solutif, terus mengejar profit serta membantu masalah masyarakat. "Ekosistem startup di Indonesia telah berkembang sangat pesat selama satu dekade ini. Banyak juga startup lokal yang menghadirkan inovasi-inovasi solutif untuk mendisrupsi industri dan memainkan peranan yang penting untuk memudahkan kehidupan keseharian masyarakat," jelasnya.

logo tokopedialogo Tokopedia

Dalam pengembangan startup, Fadjar mengatakan akan banyak sekali tugas yang harus dikerjakan. Indonesia harus memiliki banyak makers untuk berproduksi, karena makers ini yang akan bisa memanfaatkan market place yang besar.

"Indonesia harus punya banyak makers untuk berproduksi, apa manfaatnya punya satu unicorn, market place besar, tetapi yang dihasilkan dan diperdagangkan disitu bukan produk kita. Bukan kita anti dengan itu, tapi manfaatnya akan lebih besar ketika makers-makersnya yang bergerak di situ," katanya.

Sebelumnya pemerintah pernah menargetkan akan ada lima startup unicorn di Indonesia. Indonesia saat ini, berdasarkan beberapa riset yang disebut Presiden Jokowi, memiliki empat unicorn yakni Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak.[]

Baca Juga:


Berita terkait
Digitaraya Berhasil Kembangkan 73 Startup Sejak 2018
Digitaraya sebagai startup accelerator di Indonesia berhasil mengembangkan dan meluluskan lebih dari 73 perusahaan startup baru.
Kominfo Tetap Fokus Pengembangan Startup
Startup atau perusahan rintisan akan tetap menjadi fokus Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Startup Bidang Kesehatan Diprediksi Jadi Unicorn
Rudiantara memprediksi tahun depan Indonesia akan memiliki empat hingga lima unicorn baru.