Duterte Sebut Perang Melawan Narkoba Jauh Dari Selesai

Presiden Duterte sebut perang melawan Narkoba jauh dari selesai, Filipina perlu pembatasan ketat pandemi Covid-19
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, di Pangkalan Udara Villamor di Pasay, Metro Manila, Filipina, 28 Februari 2021 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Eloisa Lopez)

Manila – Dalam pidato kenegaraan, Senin, 26 Juli 2021, Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mempertahankan perang brutal melawan peredaran gelap narkoba (Narkotika dan bahan-bahan berbahaya) yang telah menewaskan ribuan orang. Padahal, Duterte diharapkan berfokus pada pandemi Covid-19. Kepada Pengadilan Kriminal Internasional Duterte menyerukan perang terhadap narkoba belum selesai.

Presiden Duterte, Senin, 26 Juli 2021, menyatakan perang melawan narkoba jauh dari selesai, walaupun ia sudah meluncurkan perang brutal terhadap narkoba lebih dari lima tahun dan telah menewaskan ribuan orang. Tindakannya memicu tuduhan atas kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Duterte, dalam pidato kenegaraan terakhirnya, mempertahankan tindakannya tersebut dengan menyatakan kampanye itu berhasil menurunkan tingkat kejahatan dan meningkatkan kedamaian dan ketertiban.

“Jalan kita masih panjang untuk berjuang melawan narkoba yang terus berkembang,” kata Duterte dalam pidato yang berlangsung hampir tiga jam tersebut. Banyak pihak sebelumnya memperkirakan pidatonya akan berfokus pada pandemi Covid-19.

pemberantasan narkoba filipinaSeorang anggota Badan Pemberantasan Narkoba Filipina, PDEA, mengumpulkan bungkusan Metamfetamin Hidroklorida yang juga dikenal sebagai "Shabu" yang mereka temukan tersembunyi di dalam silinder baja di salah satu penyelundupan narkoba terbesar di Manila, Filipina, pada 7 Agustus 2018. (Foto: voaindonesia.com/AP)

Duterte, usia 76 tahun, tidak memenuhi syarat untuk kembali dipilih. Namun, ia mengisyaratkan kemungkinan akan mencalonkan diri sebagai wakil presiden. Itu dipandang para kritikus sebagai mengakali peluang untuk berkuasa kembali.

Sebelum pidatonya, ratusan aktivis turun ke jalan di Manila meskipun ada kekhawatiran akan tertular varian delta virus corona yang lebih menular. Mereka membawa spanduk-spanduk yang mengkritik catatan Duterte terkait hak asasi manusia sekaligus upaya Presiden Filipina itu dalam mengatasi krisis Covid-19.

"Dutertelah yang memaksa kami melakukan protes selama pandemi. Duterte ingin tetap berkuasa selama enam tahun lagi. Menurut saya, itu adalah satu-satunya ancaman terbesar bagi negara saat ini, untuk tetap berkuasa setelah 2022. Jadi, dialah yang mendorong rakyat melancarkan protes. Kebijakannya memaksa rakyat memprotes," ujar Renato Reyes, pemimpin demonstrasi ketika Duterte mempersiapkan pidato terakhirnya di hadapan Kongres.

Bulan Juni 2021 lalu, jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC - International Criminal Court) memberi izin dilakukannya penyelidikan secara formal atas pembunuhan terkait perang melawan narkoba. Menurut ICC, ada kemungkinan telah terjadi kejahatan terhadap kemanusiaan.

Duterte yang menantang ICC untuk mengadilinya, kembali mencemooh pengadilan itu. Ia menyatakan dirinya tidak pernah menyangkal bahwa ia akan membunuh orang yang dipandang akan menghancurkan negara.

unjukrasa duterte manilaPara pengunjuk rasa berbaris di sepanjang Commonwealth Avenue menjelang Pidato Kenegaraan tahunan terakhir Presiden Filipina Rodrigo Duterte, di Quezon City, Filipina, 26 Juli 2021 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Eloisa Lopez)

“Saya tidak pernah menyangkal dan ICC dapat merekamnya: siapa saja yang menghancurkan negara, saya akan binasakan kalian. Siapa saja yang menghancurkan anak-anak muda negara ini, saya akan bunuh kalian. Saya akan benar-benar menghabisi kalian karena saya mencintai negara ini."

Organisasi hak asasi manusia menuduh Duterte menghasut kekerasan yang mematikan. Organisasi itu mengatakan polisi telah membunuh sejumlah tersangka pengedar narkoba yang tidak bersenjata dan melakukan ‘pemberantasan’ berskala besar. Polisi menyangkal hal tersebut. Duterte menegaskan bahwa polisi berada di bawah perintah hanya membunuh untuk membela diri.

“Masalah narkoba telah menghantui negara kita selama puluhan tahun, menghancurkan keluarga, dan merusak moral masyarakat. Ketika menjabat, saya berkomitmen untuk mengakhiri masalah ini secepat mungkin."

"Duterte tidak mewujudkan apapun dari apa yang ia janjikan bertahun-tahun lalu untuk memberantas narkoba - tidak ada yang bisa ditunjukkan kecuali mayat-mayat yang dibunuh polisi," kata Carlos Conde, peneliti untuk Human Rights Watch Filipina.

Duterte yang memenangkan kursi kepresidenan tahun 2016 dengan janji memberantas korupsi, kejahatan dan narkoba, tetap sangat populer meskipun menghadapi kritikan atas pembunuhan itu dan upayanya mengatasi pandemi Covid-19.

Dengan lebih dari 1,5 juta infeksi virus corona dan lebih dari 27.000 kematian, Filipina dilanda wabah terburuk kedua di Asia Tenggara (mg/ka)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Presiden Duterte Ancam Tangkap yang Menolak Vaksinasi Covid-19
Perkembangan vaksinasi Covid-19 di beberapa negara, AS utamakan lansia, Kuba pakai vaksin sendiri dan Filipina tangkap warga yang tolak vaksinasi
Duterte Sebut Penyelidikan ICC Terkait Narkoba Penghinaan
Presiden Duterte menyebut penyelidikan internasional ICC terkait narkoba itu sebagai hal yang menghina sistem pengadilan Filipina
Duterte Umumkan Langkah Filipina Cegah Virus Corona Baru
Untuk mencegah varian baru virus corona, Filipina, umumkan langkah baru yang lockdown atau karantina wilayah kedua jika kasus melonjak
0
Dalam Dua Hari, Vaksinasi PMK Tembus 58 Ribu Dosis
Pemerintah terus melakukan percepatan vaksinasi terhadap hewan ternak untuk mencegah peningkatan jumlah hewan sakit PMK.