Dualisme Arema Tak Berakhir, Aremania Murka dan Gelar Aksi

Aremania, suporter Arema FC, menggelar aksi damai memprotes konflik dualisme klub. Dualisme sudah berlangsung 9 tahun tanpa ada solusi.
Aksi damai Aremania bertajuk "Make Malang Great Again!" menuntut bersatunya kembali Arema di depan Stasiun Kota Malang, Senin, 16 November 2020. (Foto: Tagar/Moh Badar Risqullah)

Malang - Konflik dualisme klub sepak bola Arema sudah berlangsung 9 tahun tanpa ada solusi. Ini membuat Aremania, suporter Arema FC, murka dan menggelar aksi di depan Stasiun Kota Malang, Senin, 16 November 2020. Namun aksi protes Aremania yang bertajuk "Make Malang Great Again!" tetap damai.

Arema, salah satu klub legendaris yang sudah berdiri sejak era Galatama. Kini, klub itu terpecah dan terjadi dualisme. Perpecahan yang sudah berlangsung 9 tahun itu membuat suporter lelah. Mereka pun menggelar aksi dengan menuntut bersatunya kembali Singo Edan.

Suporter melakukan long march atau jalan kaki dari depan Stasiun Kota Malang sejak pukul 10 pagi. Aremania menggaungkan nyanyian hingga yel-yel persatuan sepanjang aksi. 

Kalau rugi, kita semua [Aremania] rugi. Dan, kerugian itu tidak terhitung. Lalu sampai kapan adik-adik kita berhenti berantem

Mereka juga membentangkan beragam poster tuntutan seperti, "BERSATU, TUNTASKAN!", "Make Malang Great Again", "Save Yayasan Arema" hingga makian yang ditujukan pada federasi, "PSSI Jancok". Poster itu dibentangkan pendukung setia klub kebanggaan warga Malang itu.

Koordinator Aksi Damai Aremania, Andi Sinyo mengatakan aksi ini merupakan gerakan bersama semua lapisan suporter menyikapi kondisi dualisme Arema saat ini. 

Menurut dia permasalahan sejak 9 tahun ini seperti berlarut-larut. Tidak ada solusi dan perbaikan dari persoalan yang terjadi.

Aksi Damai AremaniaAremania menggelar aksi damai bertajuk "Make Malang Great Again!" Suporter Arema FC menuntut bersatunya kembali Arema dalam aksi di depan Stasiun Kota Malang, Senin, 16 November 2020. (Foto: Tagar/Moh Badar Risqullah)

"Dualisme yang sudah berlangsung selama 9 tahun lamanya ini seperti tidak ada solusi. Aremania hanya bisa bertanya sampai kapan ini akan berakhir," kata Andi di sela-sela aksi itu.

Dia menuturkan imbas dualisme Arema ini menimbulkan kerugian pada Aremania. Tidak hanya pikiran, hati hingga terjadinya konflik horizontal sesama suporter. Dia mencontohkan adanya perang narasi di media sosial hingga pembakaran bendera-bendera bertuliskan Save Yayasan Arema.

Aksi AremaniaAremania menggelar aksi teatrikal dalam unjuk rasa bertajuk "Make Malang Great Again!" Suporter menuntut bersatunya kembali Arema dalam aksi di depan Stasiun Kota Malang, Senin, 16 November 2020. (Foto: Tagar/Moh Badar Risqullah)

"Kalau rugi, kita semua [Aremania] rugi. Dan, kerugian itu tidak terhitung. Lalu sampai kapan adik-adik kita berhenti berantem. Mereka sudah sering saling sindir," tuturnya. 

"Padahal, dulunya bersatu dan saling rangkul. Sampai kapan kalau masih saja tidak selesai," ujar dia lagi. 

Baca juga: 

DPRD Kota Malang Usulkan Bentuk Perda Arema Day

HUT ke-33 Arema Tetap Meriah Tanpa Konvoi di Malang

Berdasarkan pantauan Tagar, aksi masih berlangsung. Di tengah, Aremania menggelar aksi-aksi teatrikal. 

Mereka memberikan edukasi untuk persatuan Arema hingga menjelaskan kronologi terjadinya dualisme klub serta tokoh-tokoh di balik semua konflik tersebut. []

Berita terkait
Arema FC Songsong Falsafah Jawa di HUT ke-33
Arema FC telah melakukan perjalanan panjang selama 33 tahun berkiprah di kancah sepak bola Indonesia. Arema FC hadapinya dengan falsafah Jawa.
Liga 1 Ditunda, Arema FC Mengaku Prihatin
Arema FC mengaku prihatin dengan ditundanya kembali kompetisi Liga 1 dan Liga 2. Arema FC sendiri sudah mempersiapkan diri menghdapi liga.
Lampu Hijau Arema FC Kelola Stadion Gajayana
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang dan Pemerintah Kota Malang bakal memberi lampu hijau Stadion Gajayana dikelola Arema FC.