Drainase Cianjur Buruk, Banjir Bandang Rendam Ratusan Rumah Warga

Drainase Cianjur buruk, banjir bandang rendam ratusan rumah warga. "Pembangunan trotoar yang menyempitkan jalan membuat Cianjur rawan banjir,” kata Iskandar.
Banjir bandang di Cianjur. (Foto: Ist/YouTube)

Cianjur, (Tagar 8/4/2018) – Buruknya drainase di pinggir jalan diduga penyebab terjadinya banjir bandang saat hujan lebat di berbagai wilayah di Cianjur, Jawa Barat termasuk di wilayah perkotaan.

Bahkan tempat ketinggian seperti jalan protokol, kawasan perkotaan hingga stasiun kereta api yang selama ini, tidak pernah tergenang banjir hingga siang menjelang masih tergenang air.

Warga di wilayah perkotaan yang jauh dari sungai menilai banjir yang terjadi hingga setinggi betis orang dewasa, akibat buruknya saluran air di kiri dan kanan jalan yang baru dibangun trotoar yang menghabiskan dana miliaran rupiah.

"Sejak pembangunan trotoar yang menyempitkan jalan membuat Cianjur rawan banjir. Padahal sejak saya kecil sampai saya punya cucu sudah puluhan tahun baru kali ini ada banjir," kata Iskandar warga Jalan Prof M Yamin di Cianjur, Minggu (8/4).

Iskandar menilai, pembangunan trotoar tidak seiring dengan perbaikan saluran air yang menyebabkan air meluap ke jalan ketika hujan turun dengan lebat setiap harinya.

Presidium LSM AMPUH Yana Nurjaman juga menilai, dana puluhan miliar untuk penataan kota belum terlihat hasilnya karena perencanaan yang tidak matang dan komprehensif, perencanaan program ditujukan hanya untuk tujuan estetika.

"Tujuannya hanya mempercantik kota, tidak menyentuh akar masalah, daerah perkotaan Cianjur yang katanya tidak bepotensi banjir, terpatahkan dengan kejadian banjir di beberapa titik tadi malam," kata Yana Nurjaman.

Dia menjelaskan, Pemkab Cianjur pernah menyusun program penanggulangan dan pencegahan banjir, namun tidak sampai tuntas, sehingga banjir akibat meluapnya saluran air terjadi hanya dalam satu malam.

Sementara Penggiat Seni Budaya dan Lingkungan Eko Wiwit berpendapat, seharusnya semua elemen baik pemerintahan maupun lembaga lainnya di Cianjur, sudah jauh hari sebelumnya merespons tanda atau indikasi adanya kerusakan ekologi di bagian hulu sungai.

"Cianjur Utara atau kawasan Cugenang, Pacet, Cipanas, Sukaresmi dan Cikalonkulon sebagai kawasan hijau dan resapan air menjadi skala prioritas Pemkab Cianjur, dalam penanggulangan dampak banjir di hilir dan sekitarnya," kata Eko.

Air di hulu saat hujan ataupun tidak, perlu tempat penampungan dan jalur air yang baik agar tidak semua air mengalir di atas permukaan tanah dan meluap menjadi gelombang air deras yang menyebabkan terjadinya banjir.

"Belasan tahun sudah banyak diingatkan kawasan Hijau Cianjur Utara sudah seharusnya terbebas dari berbagai pembangunan fisik dan pertambangan, namun kenyataannya masih saja ada pembangunan dan tambang," ujarnya.

Kawasan Cianjur Utara sebagai hulu penyangga bagi pusat Kota Cianjur ekologinya sudah tidak seimbang, tambah dia, sehingga sudah saatnya dihentikan keangkuhan kekuasaan untuk mengeksploitasi kawasan resapan air.

"Cianjur butuh banyak telaga, sawah, kolam tradisional dan jangan membelakangi sungai. Sungai harus jadi bagian kehidupan jangan sebaliknya sungai bukan tempat buang sampah dan kotoran," tegasnya.

Ratusan Rumah Terendam

Sebelumnya banjir merendam ratusan rumah di berbagai wilayah di Cianjur, Jawa Barat, dan merusak puluhan rumah yang terletak di sepadan sungai di wilayah utara kota.

Empat rumah rusak terbawa arus, 10 rumah rusak berat, 20 rumah rusak ringan, dan 50 rumah terendam banjir akibat meluapnya Sungai Cianjur, di Kelurahan Sayang, Kecamatan Cianjur.

Sedangkan di Desa Sukamaju dan Desa Sirnagalih, tujuh rumah terendam banjir akibat meluapnya Sungai Cianjur dan Sungai Ciharashas.

Longsor terjadi di Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang dan Desa Batulawang, Kecamatan Cipanas.

BPBD Cianjur juga mencatat bahwa sebagian besar wilayah Kelurahan Pamoyanan, Cianjur kota terendam banjir, sehingga satu rumah rusak dan terbawa arus, serta jembatan tidak dapat dilalui.

Sebagian besar wilayah Kelurahan Bojongherang, terendam banjir sedangkan di bagian utara Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, ratusan rumah warga terencam banjir Cileuncang akibat tidak berfungsinya drainase sejak beberapa tahun terakhir.

"Bukan hanya saat ini saja, sudah puluhan tahun ketika musim hujan tiba, air bah dari selokan di kiri kanan jalan tumpah ke jalan dan masuk ke rumah warga di sepanjang Jalan Raya Cipanas-Cianjur," kata Endi warga Desa Ciherang, Minggu (8/4).

Akibatnya tambah dia, arus lalulintas terhambat karena banyak material batu berbagai ukuran terbawa ke jalan, sehingga arus lalulintas macet hingga belasan kilometer dari kedua arah dan air setinggi paha orang dewasa masuk ke dalam rumah warga.

Sementara warga di sejumlah wilayah di Cianjur kota, mengatakan, banjir bandang akibat meluapnya Sungai Cianjur merupakan yang terbesar sejak puluhan tahun terakhir sehingga merusak rumah warga di sejumlah titik.

Hoerul Arif (22) warga Gang Rinjani, Kelurahan Sayang, mengatakan, sejak puluhan tahun tinggal di wilayah tersebut, baru kali ini rumahnya rusak berat dihantam banjir akibat meluapnya Sungai Cianjur yang terletak di belakang rumah.

Biasanya, tutur dia, air sungai hanya naik setinggi beberapa meter tidak sampai meluap ke perkampungan, namun kali ini air merendam puluhan rumah dan memutuskan jembatan yang biasa dilalui warga.

"Banjir paling parah yang saya alami sejak saya lahir sampai saya menikah, belum pernah air sungai merendam perkampungan. Saat ini, kami tidak tahu mau tinggal dimana karena rumah kami russak berat," kata dia.

Sementara Wakil Bupati Cianjur, Herman Suherman, yang sempat meninjau sejumlah lokasi menilai meluapnya sungai yang merendam sejumlah lokasi akibat kerusakan alam, sampah yang menumpuk di sungai dan penyempitan sepadan sungai.

"Kami sudah intruksikan semua aparat pemerintahan turun ke jalan untuk membantu warga membersihkan wilayah yang tergenang banjir. Kami akan melakukan evaluasi terkait rawan banjir yang melanda Cianjur, termasuk melakukan penertiban," tuturnya. (ant/yps)

Berita terkait
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.