DPR: IDI Buka-bukaan Angka Kematian Jangan Dihebohkan

Anggota Komisi IX DPR meminta agar tidak membesar-besarkan IDI yang buka-bukaan soal angka kematian akibat virus corona di Indonesia.
Prosesi pemakanan jenazah seorang pasien warga Nan Kodok, Kecamatan Payakumbun Timur, Kota Payakumbuh, dilakukan sesuai protap penanganan covid-19, Minggu, 19 April 2020 siang. (Foto: Tagar/Aking Romi Yunanda)

Jakarta - Anggota Komisi IX DPR Fraksi PDI Perjuangan (PDIP), Rahmad Handoyo meminta agar tak membesar-besarkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) buka-bukaan soal angka kematian akibat virus corona di Indonesia lebih besar dibanding yang diumumkan pemerintah pusat.

Saya kira IDI, pemerintah, dan seluruh elemen saatnya bersatu padu tidak perlu mempersoalkan hal yang seperti itu.

Menurut Rahmad, pernyataan IDI yang mengutarakan kematian akibat Covid-19 di Tanah Air lebih dari 1000 orang belum tentu semuanya akibat virus corona. Dia mengklaim, ada kematian yang tidak dideteksi sesuai protap Covid-19.

"Versi IDI itu ada sekitar 1000 lebih kematian, [tidak semua] menggunakan protap Covid-19. Nah, pemerintah juga sudah menyampaikan bahwa yang 1000 itu, atau yang meninggal itu kan belum dites. Belum tentu itu karena positif Covid-19 bisa jadi juga negatif," kata Rahmad kepada Tagar, Senin, 20 April 2020.

Pemakaman coronaPemakaman pasien positif corona TPU Pondok Ranggon, Jakarta, belum lama ini. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengungkap sejumlah fakta di balik kematian pasien Covid-19. (Foto: Antara/Muhammad Adimaja)

Harusnya pernyataan IDI itu, kata dia, dipertimbangkan sebelum disampaikan ke publik karena imbasnya dapat membuat polemik di tengah masyarakat.

"Terhadap perbedaan data hitungan pemerintah dengan IDI, saya kira tidak perlu kita perbesarkan. Kita nggak perlu berpolemik. Saya kira IDI, pemerintah, dan seluruh elemen saatnya bersatu padu tidak perlu mempersoalkan hal yang seperti itu," ujarnya.

Sikap IDI, kata dia, diterima sebagai masukan ke pemerintah pusat untuk penanganan Covid-19 di Tanah Air. Dia menilai tak ada yang perlu dipermasalahkan lagi terkait perbedaan jumlah meninggal akibat positif Covid-19. Karena sesuai yang dijelaskan pemerintah, data IDI dan yang diumumkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 terdapat pada yang sudah dan belum dideteksi.

"Itu saya kira cukup untuk menjadi masukan kepada pemerintah dan pemerintah juga sudah menjelaskan mengapa terjadi perbedaan. Itu kan hanya dari sudut pandang bahwa yang meninggal yang disampaikan oleh pemerintah itu yang jelas-jelas positif terpapar corona sekitar 500-an dari pemerintah," kata dia.

Di balik itu, Rahmad mengajak IDI dan semua elemen masyarakat untuk membantu pemerintah pusat dalam memutuskan rantai penyebaran Covid-19 di Indonesia. Rahmad juga berharap seluruhnya dapat mengikuti protokol Covid-19 yang dikeluarkan oleh pemerintah.

"Protokol Covid-19 yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah, ayo kita ikuti bersama-sama. Diharapkan rakyat patuh dengan protokol yang ada serta meningkatkan disiplin yang tinggi. Demikian juga selaku induk organisasi kedokteran IDI, ya marilah kita memberi masukan dari cara membangun nggak perlu menimbulkan gejolak dan polemik di masyarakat," kata Rahmad. []

Berita terkait
Update Corona Indonesia: 6.760 Positif, 747 Sembuh
Juru Bicara Pemerintah untuk virus corona atau Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan masih terjadi penambahan kasus positif Covid-19 di Indonesia.
Imbas Pasien Tak Jujur Bahaya Corona Hantui Tenaga Medis
Pasien yang tak jujur dapat membahayakan tenaga medis yang berjuang di garda terdepan penanganan virus corona
Jokowi Dukung Telemedicine, Solusi Lain Tangani Covid-19
Presiden Jokowi mendukung program telemedicine dalam proses menangani pasien virus corona.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.