Dosen ITS 50 Kali Juara Billiar

Prestasi tersebut 31 piala emas, 8 piala perunggu dan 11 piala perak. "Untuk mendapatkan prestasi sebanyak itu, ada teknik tersendiri bagi saya dalam bermain dan bertanding,"
Dosen Teknik Sipil di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Ir Ananta Sigit Sidharta MSc PhD di ruang kerjanya. (Lut)

Surabaya (Tagar 16/3/2018) - Usia yang semakin bertambah bukan menjadi penghalang untuk berprestasi. Bahkan, diusia 69 tahun, sosok Ir Ananta Sigit Sidharta, MSc., PhD masih energik mengajar dan berolahraga billiar.

Dosen Teknik Sipil di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini bukan orang sembarangan di olahraga billiar. Dia telah menorehkan segudang prestasi sejak muda hingga usianya kini. Tak kurang dari 50 kejuaraan baik nasional maupun internasional berhasil diboyong.

[caption id="attachment_49396" align="alignleft" width="712"]Ir Ananta Sigit SidIr Ananta Sigit Sidharta MSc PhD saat beraksi di meja hijauharta MSc PhD beraksi di meja hijau Ir Ananta Sigit Sidharta MSc PhD saat beraksi di meja hijau di meja hijau. Tak heran, meski kini Ananta sudah berusia hampir 70 tahun, namun dia masih dikenal sebagai pemain billiar yang ditakuti para lawannya. Segudang prestasi itu menjadi bukti bahwa Ananta sulit ditandingi. Segudang prestasi tersebut diantaranya 31 piala emas, 8 piala perunggu dan 11 piala perak. "Untuk mendapatkan prestasi sebanyak itu, ada teknik tersendiri bagi saya dalam bermain dan bertanding," kata Ananta. (Ist)[/caption]

Koleksi Piala dan Rekor Dunia

Salah satu dari prestasi yang telah ditorehkannya mampu mengantarkan Ananta menjadi pemecah rekor dunia dalam kompetisi billiar jenis libre tunggal putra di ajang the 14th SEA GAMES Jakarta tahun 1987 dengan nilai rata-rata 60,00.

Meskipun nilai tersebut diperoleh waktu masih muda. Namun, saat ini Ananta mengaku masih memiliki tekad kuat untuk menjadi pemecah rekor lagi kedepannya. Ananta juga masih menjadi pemain billiar di Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX di Bandung pada tanggal 19-29 September 2016 lalu. Dia pun mendapat penghargaan meja billiar buatan Amerika dari Komite Olaraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur.

Umur Hanya Bilangan Angka

"Banyaknya prestasi yang saya raih, bukan sebuah keberuntungan melainkan kerja keras saya dari umur 15 tahun hingga sekarang. Di umur 15 tahun tersebut saya mulai mengenal billiar. Ketika bermain saya selalu didampingi serta dilatih oleh paman saya yang biasa menjadi pemain billiar di ajang PON," cerita Ananta.

Di usia mudanya itu, Ananta menjadi sosok pemain yang selalu terlibat dalam perlombaan bidang olahraga antar kota sampai internasional. Diantaranya terdapat sebanyak 25 kali mengikuti Kejuaraan Nasional (Kejurnas), 11 kali mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON), 6 kali mengikuti SEA GAMES, serta 7 kali perlombaan lainnya.

"Meski usia sudah berumur, semangat untuk bermain dan berbagi ilmu serta pengalaman terus saya coba lakukan untuk keberlanjutan prestasi bangsa ini," ungkapnya.

Memang bagi Ananta, billiar bukan sekedar olah raga, namun sudah menjadi bagian hidupnya. Bermain billiar pun tak hanya sekedar bisa dan mahir, namun bermain billiar seperti belajar memahami seni karena menuntut keterampilan, teknik, dan keuletan.

Lawan Menunggu Adalah Ilmu

Dari penerapan semua itu, akhirnya Ananta punya sisi yang sangat ditakuti lawan, yaitu pada pemukulan bola yang tepat sasaran, terus menerus dengan jarak antarbola yang berjauhan. Keahlian ini membuat lawan berasa kesulitan dan gugup dalam pemukulan bola selanjutnya sehingga tidak heran 31 piala emas mampu ditorehkan.

Pemukulan bola yang tepat terus-menerus, juga merupakan faktor utama menjadi seorang pemenang bermain billiar. Seperti diketahui, dalam peraturannya, lawan tidak akan bermain sampai lawannya yang sedang bermain melakukan kesalahan teknik atau pemukulan bola yang tidak tepat.

"Jika lawan menunggu dalam waktu lama ketika saya bermain, maka lawan akan terasa jenuh sehingga akan berdampak pada semangatnya dan kefokusannya dalam bermain," jelas Ananta. (lut)

Berita terkait
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.