Dokter Terawan Agus Putranto bisa jadi tak akan punya waktu “buka praktik” lagi. Mulai Rabu ini ia akan punya jabatan baru -besar kemungkinan sebagai menteri kesehatan. Selasa, 22 Oktober ia memenuhi panggilan Presiden Jokowi ke Istana. Menjadi menteri kesehatan, dengan tanggung jawab demikian besar, sulit membayangkan dokter berpangkat mayor jenderal itu punya waktu mengobati pasien stroke dengan metode temuannya yang sempat menghebohkan tersebut: “cuci otak.”
Dilahirkan di Yogyakarta, 5 Agustus 1964, Terawan merampungkan studi dokternya dari UGM dalam usia 26 tahun. Ia langsung melamar menjadi dokter TNI Angkatan Darat. Ia pernah ditugaskan di Lombok dan Bali.
Tak puas hanya menjadi “dokter umum” Terawan kemudian melanjutkan studinya ke Universitas Airlangga, Surabaya. Ia mengambil spesialis ilmu radiologi. Dari sini ia kemudian lebih mengkhususkan lagi mendalami radiologi interversi. Ia lulus S2 dalam usia 40 sebelum kemudin kuliah lagi, mengambil S3 di Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pada 2013 bapak satu anak ini lulus dengan disertasi berjudul “Efek Intra Arterial Heparing Flusing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, Motor Evoked Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronik.
Ini metode penyembuhan stroke temuan Terawan. Metode yang dikenal dengan istilah “cuci otak” itu telah diterapkan Terawan kepada banyak penderita stroke. Hingga kini tercatat sekitar 40.000-an penderita stroke yang ditangani Terawan dengan metodenya itu. Sumber Tagar menyebut biaya penyembuhan ini sekitar Rp 40-an juta. Lama pengobatan sekitar lima jam.
Tapi penyembuhan stroke dengan metode yang juga disebut dengan “Terawan Theory” itu mendapat reaksi keras dari IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Pada Februari 2018 organisasi profesi itu "memecat" Terawan dari keanggotaan IDI selama setahun. Namun, pemecatan itu tak serta merta membuat Terawan menghentikan metode cuci otaknya. Ia tetap menerima pasien stroke, juga dari luar negeri, yang berdatangan ke RSP Angkatan Darat.
Kendati tak akan lagi memimpin RSP Angkatan Darat, tampaknya metode pengobatan Terawan tak kemudian “tenggelam.” Terawan telah “mentransfer” ilmu pengobatan strokenya itu ke sejumlah dokter RSPAD yang selama ini membantunya. []